21

343 19 9
                                    

Hanbin menggelengkan kepalanya berkali kali, bibirnya mengukir senyum remeh

“gak mungkin”

Irene tersenyum tipis, atensinya tak teralih dari jalanan didepannya

“kenapa gak mungkin? Lo udah liat kartu identitas gue, dan gue bahkan ada didepan lo sekarang” jelasnya

“trus, kenapa lo deketin gue lagi sekarang?” tanya Hanbin tiba tiba

Irene menggedikkan bahunya, lalu menengok ke arah Hanbin

“gue gak tau kalo itu adalah lo” bohong Irene

Lagi lagi Hanbin menunjukkan smirknya

“gak mungkin, muka gue gak berubah sama sekali. Gak usah bohong”

Irene harus menggunakan alasan apa? Apa sudah saatnya untuk jujur? Secepat ini?

“gak mau jujur?” tanya Hanbin

“lo, cinta pertama gue. Gue Cuma bisa selalu menyukai lo dalam diam, sampe saatnya waktu lo nyeret gue ke lorong deket gudang, gue ngerasa bahwa lo juga punya perasaan yang sama kayak gue” jelas Irene dengan senyum tipis yang sama sekali tidak luntur sejak mulai bicara

Lagi lagi Hanbin bersmirk, atau bahkan.. lelaki berhidung besar itu mulai mengeluarkan suara tawa. Irene memandangnya aneh, memang apa yang lucu dari penjelasannya?

“lo salah kalo mikir gitu, gue lakuin itu Cuma karna anak anak”

Irene semakin tak mengerti ucapan Hanbin, gadis itu menatap lelaki yang terduduk disampingnya dengan seksama

Hanbin mencoba menarik ingatannya pada 7 tahun lalu, saat kejadian dimana ia mencium Irene di lorong dekat gudang sekolah mereka

“woy homo!” panggil seseorang pada Hanbin, namun Hanbin sama sekali tak meresponnya karena lelaki berhidung besar itu tau bahwa yang memanggilnya hanya akan menjadikannya sebagai bahan ejekan

“woy!” seseorang yang memanggil Hanbin sebelumnya, kini menepuk pundak lelaki berhidung besar itu dengan cukup keras hingga membuat Hanbin sedikit meringis

Hanbin menoleh, dilihatnya lah Junhoe –teman satu kelasnya, beserta teman temannya yang lain sudah berada di sekelilingnya. Hanbin hanya bisa menghela nafasnya kecil, kali ini Junhoe akan berbuat apa lagi padanya?

“ada rumor seru tentang lo, udah tau belon?” tanya Junhoe

Hanbin terdiam, namun matanya menatap Junhoe lekat –menandakan kepenasarannya

“semua orang bilang lo homo”

Hanbin malah mengernyitkan dahinya dan mengangkat sebelah alisnya. Ia semakin tak mengerti apa yang Junhoe bicarakan

“awalnya sih gue emang gak berfikiran apa apa, tapi setelah denger rumor dan gue fikir fikir lagi sih, emang lo gapernah pacaran ataupun nunjukin ketertarikan sama cewek”

Hanbin memang sengaja tak pernah menunjukan ketertarikannya pada siapapun, karena ia bertekad menyimpan hati dan perasaannya hanya untuk Hayi. Terlebih, orang tuanya bisa saja memarahinya jika ia bermain main dengan pendidikannya

“gue gak tau apa yang lo denger, tapi gue gak seperti apa yang lo semua fikir” jawab Hanbin dingin

Junhoe tersenyum remeh, bukankah Hanbin hanya mengelak? Tch, terlihat sekali –fikirnya

“buktiin” titah Junhoe

Bertepatan dengan titah Junhoe, seorang gadis berkacamata dengan sebuah buku besar ditangannya melewati mereka. tidak segan segan dan tanpa fikir panjang, Hanbin langsung meraih salah satu lengan siswi itu. Menatapnya sesaat, lalu matanya mengarah pada name tag yang digunakan si gadis

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 05, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Beautiful RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang