12

159 11 0
                                    

Irene mengangguk kecil menanggapi kata kata yang keluar dari mulut Hanbin. Saat mobil Irene terhenti karena lampu lalu lintas yang berwarna merah, Hanbin langsung membuka pintu mobil dan keluar. Irene berteriak memanggil Hanbin namun lelaki berhidung mancung itu berjalan cepat menjauh dari mobil milik Irene hingga suaranya mungkin sudah tidak dapat terdengar lagi oleh Hanbin

Baru beberapa langkah berjalan, Hanbin melihat sebuah toko buku kecil, ia melihat jam ditangannya kemudian menggedikkan bahunya acuh, memutuskan untuk melangkahkan kakinya masuk kedalam toko buku tersebut. Cukup lama melihat lihat didalam toko buku itu, Hanbin tiba tiba menghentikan langkahnya di hadapan suatu buku berwarna biru dan hitam berjudul “My BeautifulRegret : Can You Remember Me, H?”

Hanbin mengernyitkan dahinya dan mengangkat sebelah alisnya ketika melihat inisial yang berada didalam judul buku digenggamannya tersebut, ia memutuskkan memasukkan buku itu kedalam keranjang bersama novel lain yang ia dapatkan dari toko buku tersebut.

Saaat Hanbin menaruh keranjangnya di meja kasir, sang kasir menggenggam buku yang menarik perhatian Hanbin tadi, lalu menatap Hanbin dengan senyum yang terukir di bibirnya

“that’s a best seller novel.You wouldn't regret having bought it”

Bibir Hanbin hanya meng-O, tak lupa ia mengangguk dan tersenyum. Setelah selesai membayar, Hanbin berpamitan pada sang pemilik toko buku lalu melangkahkan kakinya keluar toko. Lagi lagi ia melirik jam ditangannya, ia masih memiliki waktu 15 sebelum jam masuk kantor. Laki laki itu memilih melangkahkan kakinya ke pinggir jalan lalu menyegat taksi. Ia fikir, tempat kerjanya akan dapat ditempuh hanya 10 menit dengan taksi.

Sesampainya dikantor, Hanbin langsung disambut oleh Irene yang kini menatapnya sinis. Ketika kaki Hanbin berhenti didepan tubuh Irene, Irene langsung mengangkat dagunya menunjuk ke arah satu lorong dengan beberapa pintu di sisi sisinya

“ruangan lu dipojokan sebelah kiri”

Hanbin mengernyitkan dahinya dengan mata yang masih menatap Irene, perempuan dihadapannya itu pura pura jual mahal sekarang, padahal jelas jelas kemarin seperti minta disentuh. Hanbin tersenyum kecut kemudian mengerlingkan matanya, kaakinya ia bawa melangkah ke arah lorong yang tadi ditunjuk Irene

Ketika mendapati pintu terujung sebelah kiri di lorong itu, Hanbin meraih kenop pintu laalu membukanya. Kakinya ia bawa melangkah  masuk kedalam ruangan itu, matanya ia bawa menelusuri sisi demi sisi  ruangan itu

“ruangan ini diluuar ekspetasi gua, kayaknya gua bisa nulis lagu tiap saat kalo di ruangan begini” ucap Hanbin dengan tangan yang menelusuri portable speaker dimejanya

Lelaki berhidung mancung itu melangkahkan kakinya ke kursi yang nantinya akan ia duduki setiap hari, kemudian ia mendudukan dirinya disana. Tangannya tergerak untuk membuka tasnya, mengeluarkan buku buku yang ia beli di toko buku yang ia kunjungi tadi. Ia menata buku buku itu dibelakang kursinya.  Tapi tidak dengan novel yang menarik perhatiannya, jemarinya tergerak untuk membuka halaman awal, lagi lagi ia melihat hal yang tak asing


“H.I.L?”


Jemarinya tergerak untuk membuka halaman demi halaman, matanya begitu fokus membaca kata demi kata. Hingga tiba pada bagian tengah buku, ia menemukan kata kata yang begitu menohok hatinya

Apakah dengan pergi dari hidupmu, caraku sudah benar?

Apakah dengan membawanya pergi darimu, aku ini jahat?

Apakah dengan menghilang tanpa meninggalkan jejak, aku sudah membuatmu lega?

Atau..

Dengan menghilangnya aku yang secara tiba-tiba, malah membuatmu tersiksa?

Aku tidak pernah tau bagaimana perasaanmu padaku, bahkan hingga saat ini..

Apakah aku salah,sudah pergi begitu saja tanpa penjelasan, H?

Satu tetes, dua tetes, tiga tetes. Air mata Hanbin terjatuh tanpa sepengetahuan sang pemilik, mengapa ia merasa sangat sakit ketika membaca kata kata itu?

Knock..

Knock..

Hanbin buru buru mengusap air matanya lalu menyimpan buku yang digenggamnya itu dibelakang kursinya. Tangannya meraih gelas tumblr yang terletak tak jauh dari jangkauan tangan kirinya, ia tenggak habis isinya.

“masuk” ucap Hanbin lantang

Seorang perempuan yang tak asing dimatanya pun menyembulkan kepalanya dari balik pintu “Mr. Kim mau ketemu sama lo”

Hanbin mengerling malas, tak lama ia mengangguk sedangkan tangannya mengibas, memberi isyarat agar Irene pergi dari hadapannya. Akhirnya lelaki berhidung mancung itu memutuskan untuk beranjak dari duduknya, dan segera melangkah keluar dari ruangannya ke arah ruangan sang bos.

Sesampainya didepan ruangan sang bos, Hanbin menarik nafas dalam dalam kemudian menghelanya panjang. Tangannya tergerak untuk mengetuk pintu

Knock..

Knock..

“masuk”

Hanbin mendengar sang bos menjawab, ia meraih kenop pintu kemudian membuka pintu dihadapannya itu. Saat Hanbin sudah berada didalam ruangan sang bos, matanya tertuju pada papan nama diatas meja

Kim DongHyuk

Mata Hanbin membelalak, apakah bosnya ini adalah Donghyuk teman lamanya?! Belum selesai Hanbin dengan keterkejutannya, kini seseorang yang sedang duduk di kursi dibalik meja itu memutar kursinya sehingga kini mereka berdua bertatap muka

“hai Bin” ucap Donghyuk sembari mengangkat tangan kanannya, tak lupa senyum manis yang terukir di bibir pria itu

“Dong?! Ini beneran lu?!” Hanbin jawdrop, menatap tak menyangka pada lelaki dihadapannya

Donghyuk beranjak dari duduknya, kakinya ia langkahkan menuju sofa yang terletak tak jauh dari tempat Hanbin berdiri. Donghyuk mendudukan dirinya di salah satu sofa itu, lalu ia menjentikkan jarinya, membuyarkan lamunan Hanbin yang masih mematung ditempatnya

“lu gakan duduk?”

Hanbin tersadar dari lamunannya hingga akhirnya ia memutuskan untuk duduk bersebrangan dengan Donghyuk. Kedua sahabat yang sudah lama berpisah itu basa basi membicarakan banyak hal. Hingga tiba saatnya Donghyuk bertanya soal sesuatu yang sedikit sensitif

“apa lu udah ketemu Hayi?”

Hanbin mengangguk, wajahnya berubah menjadi lesu “thank’s Dong”

Donghyuk menggeleng, matanya menatap Hanbin intens “gausah makasih, udah tugas gua sebagai temen buat bantu lu. Jujur semenjak pindah pun gua mulai cari Hayi, dan gua baru ketemu dia taun lalu”

“enggak Dong, gua tetep harus makasih sama lu karna lu udah bantu gua cari Hayi, malah sampe ketemu. Tapi, gimana lu bisa ketemu Hayi?”

“bos, siang ini meeting buat tender penulis My Beautiful Regret” ucap Irene sembari menyodorkan map rincian untuk meeting siang nanti pada Donghyuk

Donghyuk menerima map yang disodorkan Irene kemudian membukanya, membacanya dengan teliti lalu menutup map itu kembali dan ia sodorkan map itu pada Irene “oke, nanti lu ikut gua meeting ya, kontraknya jangan lupa langsung dibawa aja”

Irene mengambil kembali map yang Donghyuk sodorkan, kemudian mengangguk. Tubuhnya ia bungkukan sedikit dan kakinya ia bawa melangkah keluar dari ruangan Donghyuk.

Jam makan siang pun tiba, Donghyuk dan Irene ternyata sampai lebih dulu di cafe tempat mereka, dan sang client, juga lawannya akan melakukan meeting. Sekitar 10 menit menunggu, akhirnya lawan pada tender kali ini dan sang calon client tiba pada waktu yang bersamaan. Donghyuk menarik salah satu sudut bibirnya, ia tau bahwa kali ini ia takkan menang tender atas client yang ia harapkan, lawannya telah berbuat curang.

Bagaimana Donghyuk tau bahwa sang lawan berbuat curang? Simple saja, karena lawannya dan calon client itu datang pada waktu yang bersamaan. Itu cukup untuk menjelaskan segala keadaan yang sedang terjadi bukan?

My Beautiful RegretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang