Bagian 5

49.5K 950 45
                                    


Setelah kejadian malam itu, keesokan harinya Dimas berangkat kerja dengan perasaan tak menentu. Ada rasa marah, kecewa, tapi juga disisi lain Dimas merasa bahwa ini adalah pengalaman pertamanya berhubungan sex dengan laki-laki yang selama ini ada dalam imajinasinya. 

Dimas dating dan langsung naik ke ruangannya. Mungkin karena suasana hatinya masih tidak menentu, dia malas bertegur sapa dengan teman-temannya.

"Selamat pagi, Kang. Punten akang dipanggil sama Pak Tri sekarang," tiba-tiba dihadapannya sudah berdiri Ujang. Dimas yang terkejut hanya bisa memandang Ujang kemudian menganggukkan kepalanya.

Sambil menuruni tangga menuju ke lantai dua dimana ruangan Pak Tri berada, Dimas tak habis pikir kenapa Ujang bisa bersikap biasa-biasa saja tanpa merasa telah melakukan sesuatu semalam terhadap dirinya. 

'Tok .. Tok' 

Dimas kemudian membuka pintu setelah mendengar kata yang menyuruhnya masuk.

"Selamat pagi, Pak. Ada yang bisa saya bantu?," kata Dimas sambil berjalan menuju ke meja Pak Tri.

"Pagi. Silakan duduk," kata Pak Tri mempersilakan Dimas untuk duduk. "Begini, saya ini kan mau cuti dan sementara itu wakil saya lagi ditugaskan di proyek di Kalimantan. Kamu tau kan? Dan sehubungan dengan itu, saya mau minta tolong selama saya cuti selama seminggu, saya mau kamu supervise kerjaan anak-anak junior, mereka lagi saya suruh susun data untuk keperluan audit dari kantor pusat dari Jepang. Nanti sepulang saya dari cuti, saya akan teruskan apa yang sudah kamu kerjakan. Nanti saya email things to do-nya apa saja."

Dimas mengangguk, "siap, pak, kalo begitu saya tunggu email dari bapak setelah itu saya akan koordinasikan dengan anak-anak junior biar timelinenya pas."

"Terima kasih, Dimas. Tolong selama saya cuti, kamu tulis yaa masuk jam berapa dan pulang jam berapa karena saya sudah mengajukan jam lembur untuk kamu dan sudah disetujui oleh personalia," kata Pak Tri sambil berdiri dan menjabat tangan Dimas.

Dimas kemudian kembali ke ruangannya dan mulai mengerjakan pekerjaannya, melanjutkan memilah milah data bekas audit kemarin, menyusunnya sesuai dengan file yang sudah dia atur supaya memudahkan buat siapa pun mengaksesnya jika memerlukannya.

"Kang Dimas, mau makan apa? Ujang mau beli makan pesanan orang-orang bawah," lagi lagi tiba tiba Ujang sudah berdiri didepannya. 

"Duh, A, eh, 'jang, ngagetin aja. Nanti aja deh saya makannya ini kalo ditinggalin tanggung dan bingung lagi," kata Dimas dengan muka agak sedikit merah karena salah memanggil Ujang.

Ujang tersenyum entah itu senyum senang atau senyum mengejek, Dimas berusaha tidak ambil pusing.

Dimas asyik dengan pekerjaannya dan tanpa terasa sudah jam 7 malam. Terkejut melihat jam tangannya sendiri, Dimas merasakan lapar. 'Ya ampun udah jam 7 dan kenapa aku baru liat email,' keluhnya dalam hati. Dilihatnya email dari Pak Tri yang dikirimkan sejak jam 4 sore tadi. Buru buru dibacanya email tersebut. Ternyata jadwal briefing sama anak-anak junior yang dibuat oleh Pak Tri adalah besok pagi pukul 8 dengan materi yang harus disiapkan. 

Dimas bergegas turun menuju pantry untuk mengambil indomie, dia memutuskan untuk membuat indomie saja daripada harus keluar kantor dan cari makan diluar kemudian balik lagi ke kantor. 

"Kang, mau bikin indomie? Sini Ujang bikinin."

"Eh, ngga usah, 'jang, biar saya bikin sendiri aja."

"Teu nanaon, kang, ngga akan diapa apain kok indomienya."

"Ehh, b-b-bukk-aan gitu, 'jang, bisi kamu lagi ngerjain atau beberes, saya malah ganggu."

UJANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang