"ANJING!!!"
Ujang menendang punggung Wisnu sambil berteriak dengan keras.Wisnu yang mendapat serangan mendadak terjatuh dan kembali menimpa tubuh Dimas dihadapannya.
Ujang menarik rambut WIsnu dan kemudian mendudukinya dan langsung menghajar muka Wisnu berkali-kali. Wisnu yang dari tadi tidak memiliki kesempatan untuk membela dirinya babak belur. Hidungnya patah, keluar darah dari hidung dan mulutnya, giginya sepertinya ada yang copot.
"JANG! Sudah! Cukup! Cukup!," seseorang kemudian menarik Ujang yang masih saja berusaha melepaskan diri dari orang yang menariknya dan memeluknya dari belakang.
Orang tersebut kemudian membalikkan badan Ujang hingga berhadapan dengannya dan kemudian menamparnya dengan keras. 'PLAAAAKK!!!'
Ujang tersadar.
"'jang, udah, mendingan urus Pak Dimas. Wisnu biar nanti saya yang beresin urusannya. Sekarang mendingan cari taksi, bawa Pak Dimas balik ke kosan dan tungguin sampai sadar."
Ujang kemudian buru-buru keluar dan mencari taksi. Tak lama kemudian dia berlari lari masuk kedalam kamar tersebut lagi. "Pak, bantuin angkat Kang Dimas ke taksi."
Berdua dengan Pak Sudana, Ujang mengangkat Dimas menuju taksi. Tak lama kemudian tampak taksi meninggalkan halaman kantor. Pak Sudana masuk kembali kedalam dan menuju ke kamar tempat dia dan Ujang meninggalkan Wisnu yang masih tak sadarkan diri.
Pak Sudana kemudian memeriksa apakah Wisnu masih bernapas atau tidak, setelah diketahuinya bahwa Wisnu masih bernapas, dia kemudian mengambil telepong tangannya, mencari di daftar kontak dan tak lama kemudian terdengar nada sambung.
"Kode Bunga Bangke. Sekarang. Tong leuwih ti 15 menit."
Tak lama kemudian Pak Sudana tampak meninggalkan kamar tersebut, dikuncinya kamar tersebut dari luar dan tinggalkannya kunci kamar itu pada tempatnya. Setelah itu Pak Sudana berjalan keluar Gedung dan bersiul-siul sambil memainkan senternya seolah sedang melakukan aktifitas jaganya. Pak Sudana berjalan menuju samping Gedung dan terus ke arah belakang, sebelum dia belok, dari sudut matanya dia bisa melihat ada 4 orang berpakaian hitam-hitam berlari dengan cepat dan masuk ke dalam Gedung kantor. Pak Sudana tersenyum dan meneruskan tugas jaga kelilingnya.
Ujang yang sudah tiba di kosan kemudian meminta bantuan supir taksi untuk membawa Dimas masuk ke kamarnya. Setelah Dimas diletakkan di tempat tidur, Ujang membayar ongkos taksi.
"Wah, A, banyak pisan ini."
"Udah ngga apa apa, makasih udah bantuin ngangkat ke kamar. Buat tambah-tambah."
"Hatur nuhun pisan, A"
Ujang menutup pintu kamar, kemudian berjalan ke kamar mandi mengambil handuk kecil, lalu dia mengambil air hangat dari dispenser. Setelah itu dia berjalan ke tempat tidur. Hatinya perih melihat tubuh Dimas yang tergolek tak berdaya. Dibasuhnya tubuh itu pelan pelan dengan handuk yang sudah dibasahi air hangat tadi. Dimas hanya bergerak sebentar, mungkin karena perih, lalu terdiam lagi. Ujang terus membersihkan tubuh pacarnya itu pelan-pelan, matanya basah, perasaannya antara marah dan sedih.
Setelah selesai dengan membersihkan tubuh Dimas, Ujang kemudian menyelimuti Dimas. Dinyalakannya sebatang rokok. Dihisap dan dihembuskannya perlahan-lahan, Ujang berusaha untuk meredam emosi dan kemarahan dalam dirinya serta rasa kecewa karena dia merasa tak mampu menjaga pacarnya dengan baik. Ujang kemudian mengingat kembali kejadian sore tadi.
Telpon tangannya berdering. Ujang yang sedang duduk di teras rumahnya kemudian melihat ke layer teleponnya.
SUDANA.
KAMU SEDANG MEMBACA
UJANG
RomanceUntuk pertama kalinya Dimas merasakan hal yang membuat dia tidak mengerti harus merasa terhinakah? Atau memang jalannya?