Bagian 19

29.2K 730 48
                                    

Dimas terbangun karena kamar yang begitu dingin. Lalu dia mencari remote ac dan mematikannya. Tak lama kemudian dia memejamkan matanya kembali. Entah kenapa dia merasa seolah olah ada orang yang sedang memperhatikannya. Dibukanya matanya kembali dan kemudian menoleh ke Pak Sudana.

Pak Sudanalah yang sedang memperhatikannya. Menatapnya tak berkedip. Dimas terkejut lalu tersenyum.

"Pak, kok bangun? Masih subuh ini, tidur lagi."

Pak Sudana tersenyum. Manis sekali senyumnya.

"Ada apa, Pak?"

Pak Sudana tidak berkata apa apa hanya terus menatap Dimas. Dimas kemudian memiringkan tubuhnya membelakangi Pak Sudana dan menarik kembali selimut.

Selang lima menit Dimas merasakan Pak Sudana bergeser dan kemudian Dimas terkejut karena Pak Sudana memeluknya dari belakang. Tangannya yang kekar memeluk Dimas sementara kakinya yang satu dinaikkan diatas kaki Dimas. Dimas tak berani protes entah kenapa. Perlahan Pak Sudana mengelus-elus lengan Dimas. Dimas merasakan ada yang membesar, mengeras di bagian pantatnya. Dimas memejamkan matanya. Pak Sudana kemudian mencium leher bagian belakang Dimas. Lembut. Lama. Lalu didengarnya Pak Sudana menarik napas panjang. Tak lama dirasakannya Pak Sudana melepas pelukannya. Dimas masih tak berani bergerak.

Entah kenapa dalam hatinya Dimas merasa menyesali Pak Sudana yang melepaskan pelukannya. Mungkin karena rasa kangennya pada Ujang yang terbiasa tidur memeluknya atau menaruh kepalanya ke dadanya.

Ternyata kemudian Pak Sudana bergerak dan kemudian membalikkan badan Dimas hingga terlentang. Pak Sudana kemudian naik keatas tubuh Dimas, menindihnya. Ditatapnya mata Dimas dan Dimas pun menatap mata Pak Sudana. Tak ada suara protes, tak ada gerakan penolakan seolah olah Dimas memberikan ijin pada Pak Sudana untuk melakukan apa saja.

Pak Sudana kemudian mendekati bibirnya pada bibir Dimas mengecupnya perlahan, menempelkannya, Dimas membuka sedikit bibirnya dan Pak Sudana merespons dengan kemudian mencium Dimas. Awalnya ciuman itu perlahan kemudian lama-lama semakin bernafsu. Pak Sudana menahan kedua tangan Dimas dengan kedua tangannya. Dimas tak bisa bergerak dan terus mengimbangi ciuman Pak Sudana.

Pak Sudana kemudian turun dan mengarahkan mulutnya ke putting Dimas, dijilatnya putting Dimas dan sesekali dihisapnya putting tersebut. Dimas melenguh.

"Aaaahh, Pak Sudddhhh ddhaaannaaahhh .. Oooh .. Paaakkhh, aaakhhh ... Aaakkhh .. Oooh .. Oohh."

Pak Sudana terus bergantian menghisap putting Dimas. Kiri. Kanan. Pindah lagi kiri, kanan.

"Paaaakkhh .. Eeggghh .. Aahhh .. Ssshh ... Bapaaakkkhhhhh .. Aakkhhh ... "

Pak Sudana menyudahi permainannya di dada Dimas kemudian dia mengangkangi Dimas, menaruh bantal di kepala Dimas supaya lebih tinggi setelah itu menurunkan boxernya. Kontol Pak Sudana yang sudah sempurna berdiri tampak indah dimata Dimas. Pak Sudana kemudian mengarahkan kontolnya itu ke mulut Dimas.

"Ssshhh ... Hoooohhh ... Aaahhh .. Aaahhhh ... Arrrgghhh ... Enaakkkhhhh Maassshhh ... Enaakkhh .. Iseep teruusshh, Maassshhh ... Aaahh ... "

Pak Sudana memaju mundurkan kontolnya yang berada di mulut Dimas. Beberapa kali Dimas tersedak tapi dia terus mengisap kontol Pak Sudana.

Sambil mengisap, Dimas meremas remas dada Pak Sudana, dada yang terlihat sexy karena mulai basah oleh keringat. Dengan kalung kuku macan yang menggantung, dada Pak Sudana semakin membuat Dimas sange. Diplintirnya putting Pak Sudana, diremas remas, diplintir kembali.

"Oooohh .. Aaaaahhh anjiinggghhh .. Anjiiiinggggggghhhhh!!!! Bangsaaaattt! Ini enaaakkhhh ... Aaakhhh, Dimassshhhh, enaaakkhhh ... Teruuussshhhh sayaaangghh .. Teruussshhh."

UJANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang