Bagian 13

27.6K 672 45
                                    

Minggu pagi Dimas terbangun lalu ditatapnya wajah Ujang yang tidur disebelahnya. Dimas tersenyum. Ada rasa nyaman dan aman. Ditariknya napas panjang lalu dikecupnya ujung hidung Ujang dengan lembut. Ujang menggeliat kemudian membuka matanya.

"Selamat pagi, A," kata Dimas pada Ujang sambil mengelus pipi Ujang. Ujang tersenyum.

"Udah bangun dari tadi? Maaf yaa, neng, ketiduran jagain, neng," kata Ujang sambil mengecup dahi Dimas.

Ujang kemudian menyibakkan selimutnya, duduk di pinggiran tempat tidur dan menyalakan sebatang rokok, mengisapnya dan menghembuskan asapnya. Ditaruhnya rokok yang menyala itu di asbak yang terletak di atas lemari kecil samping tempat tidur, ia lalu berdiri dan berjalan ke arah tempat air minum. Diambilnya gelas bersih dan dituangkannya segelas air hangat dari dispenser. Ia lalu berjalan balik ke tempat tidur dan menyerahkan gelas itu pada Dimas.

Setelah meminum segelas air hangat, Dimas kemudian menarik kembali selimutnya.

"Mau tidur lagi? Masih ngantuk? Sok atuh tidur lagi."

"Sini, A, temenin," kata Dimas sambil menepuk nepuk kasur disebelahnya. Ujang kemudian kembali ke tempat tidur dan menyelimuti dirinya sambil mendekap Dimas. Tak lama diangkatnya kepala Dimas perlahan dan ditaruh didadanya.

Tak lama kemudian Dimas mulai menciumi dada Ujang, mengisap pentil Ujang, bagian favoritnya. Ujang mendesah, kontolnya mulai bergerak bangun.

"Ssshh .. Aaahh, neng, eeuuhh.. Ssshh ... "

Dimas terus mengisap pentil Ujang dari satu pindah ke satunya. Ujang semakin tak tahan, disibakannya selimut yang menyelimuti mereka berdua. Ujang lalu menindih Dimas. Diciumnya Dimas dengan penuh perasaan. Lama mereka berciuman.

Ujang kemudian turun ke dada Dimas, dicarinya yang menjadi kesukaannya. Dimas menggelinjang. Tangannya memegang kepala Ujang.

"Aaaah, A .. Ssshh .. Aa, ... Euuuh enaaakk .. Aaahhh, kangen, A, teruuusshhhh .. Sssh."

Ujang mengisap susu Dimas sambil tangannya membelai kepala Dimas.

Tak lama kemudian Ujang mulai lebih agresif tapi masih terlihat penuh kehati-hatian, dia takut Dimas masih merasa tidak nyaman. Ditatapnya mata Dimas dan Dimas membalas tatapan itu dengan matanya yang sayu dan mengangguk.

Ujang kemudian membuka laci di lemari samping tempat tidur, mengambil pelumas dan kondom, dipasangkannya kondom itu pada kontolnya lalu dilumurinya dengan pelumas. Setelah itu ia melumuri lubang pantat Dimas dengan perlahan lahan.

"Yakin, neng? Neng mau ngewee sama Aa sekarang?," Ujang bertanya. Dimas hanya mengangguk.

Ujang kemudian mengambil bantal dan mengangkat pantat Dimas dan menaruh bantal dibawah pantat Dimas.

Kedua kaki Dimas ditaruhnya di pundak kiri dan kanannya. Lalu perlahan-lahan dimasukkannya kontolnya ke lubang pantat Dimas.

"Aaaahhh, A, .. Aduuuhh ... Ssshh .. Aa, Aa, Aa, .. Aaahh .. "

Ujang menghentikan dorongannya, membiarkan kontolnya beradaptasi. Dimas meraba tubuh Ujang yang tampak mulai berkeringat, basah, mengkilat. Membuat dirinya semakin sange.

Pelan tapi pasti Ujang mendorong kontolnya masuk sampai dirasakannya semua kontol itu sudah masuk.

"Nengghhh, aaahhh .. Enaaakkhh .. Haneuuutt, neng, angeett pisaaann. Memek istri Aa emang enaaakkhhh .. Eeuuh .. Hoosssh .. Hosssshh," Ujang meracau.

Dimas berusaha mengimbangi dengan menggoyangkan pinggulnya. Ujang semakin menggila demi merasakan apa yang dilakukan oleh Dimas.

"Aaahhh, teruuussshh Aa, teruusssh ... Ewe eneng .. teruusshh sampai mentook A .. Teruusssh .. Aaahh, kontol laki eneng emang juwaraaahh .. Aaahh .. Aaahh .. "

Ujang terus memaju mundurkan kontolnya sambil mengisap susu Dimas.

Dimas merasakan akan segera keluar, Ujang tahu pasti dimana harus menyentuh bagian dalam pantat Dimas yang membuatnya orgasme tanpa harus menyentuh kontol Dimas.

"Aaaaarrgghh ... Aa, aaahhh ... Mau keluarrr .. Mahuuuu keluaarrrhhhh, A .. Aaarrrhhhhh ... Euuhh sshhh .. ssshh .. aaahh .. aaahh."

Dimas pun klimaks.

Creeeettt .... Croott!! Crooott!! Crooott!!! ...

Air mani membasahi perut dan sebagian dada Dimas. Ujang kemudian mengambil air mani itu dan mengolesi dadanya yang sudah berkeringat dengan air mani itu.

Tak lama kemudian Ujang merasakan dirinya juga akan klimaks.

"Aaaaahh Neeenggg .. Eeuuhh .. Anjiingggghhhh neeenggg ngeunaaahh neenggg ... Memekna angeetttt ... Aaahhh .. Aaahh Aa keluaarrrrrr .. anjinggghhh ... bangsaaaatttttthhh ieu enaaakkk pisaaaannn!!"

Crootttt ... Crooott .. Crooott ..

Ujang menyodok lubang pantat Dimas beberapa kali. Ujang kemudian merebahkan dirinya diatas Dimas. Mengecup hidungnya lalu mencium Dimas dengan penuh rasa dan lama. Setelah itu Ujang menarik kontolnya dan kemudian bergulir kesamping, tangannya menumpu pada kepalanya, dibiarkannya kontolnya yang basah dan masih terbungkus kondom.

Dimas menoleh pada Ujang lalu tersenyum. "A, makasih. Makasih masih mau sama eneng. Makasih."

Ujang hanya terdiam dan memandang Dimas. Lalu dia berkata, "Sampai kapan pun Aa akan selalu mau sama eneng. Sumpah Aa tadi takut, takut pas ditengah-tengah Aa lepas control dan jadi kasar. Takut tadi ditengah-tengah eneng tiba-tiba berhenti dan ngga mau lagi. Aa seneng, neng, Aa seneng pisan."

Dimas tampak tersenyum lebar. "A, kesayangan eneng, .. Nuhun udah mau sabar sama eneng, udah mau ngertiin eneng. Eneng beruntung pertama kali berhubungan dapat orang kayak Aa."

Ujang kemudian memeluk Dimas, Dimas pun menarik napas panjang dan menghirup aroma tubuh sang pacar yang dirindukannya. Bau yang selalu membuat dirinya merasa aman, bau yang selalu membuatnya ingin berdekatan terus.

Ujang kemudian menarik Dimas dari tempat tidur dan membawanya ke kamar mandi. Dinyalakannya keran air hangat lalu dibawanya Dimas ke bawah shower. Diusapnya tubuh Dimas perlahan, setelah itu ia kemudian ikut dibawah shower, Dimas menggosok punggung Ujang. Ritual mandi bareng ini jarang mereka lakukan, Ujang tipe yang kalo mandi harus cepat cepat sementara Dimas kalo mandi suka berlama lama. Kali ini mereka mandi bersama sama dan menikmati momen berdua.

Selesai mandi Ujang kemudian berpakaian. Diambilnya dompet dari tasnya.

"Aa beli sarapan dulu yaa. Eneng mau apa? Bubur Ayam apa Nasi Kuning?."

"Mau Bubur Ayam, A, pengen yang panas panas. Jangan pakein kacang. Mau pake ati ampela sama telor yaa."

Ujang mengacungkan jempolnya lalu keluar kamar. Dimas tersenyum, membuka lemari bajunya dan memakai kaos serta celana pendek, setelah itu diambilnya telepon genggamnya yang tidak dia sentuh sejak kejadian tempo hari itu. Dilihatnya ada berpuluh miss call dan pesan-pesan. Dimas menarik napas panjang dan mulai membalas pesan satu satu.

Sesampainya diluar, Ujang sambil jalan menuju tukang bubur ayam langganan, menyalakan telepon tangannya. Dicarinya kontak seseorang, terdengar nada panggil lalu terhubung.

Orang yang diteleponnya menjawab panggilannya.

"Menunggu perintah selanjutnya. Kode Bunga Bangke stand by."

"Bereskeun. Ngga ada jejak. Kontak Sudana buat gimana-gimananya. Dia tahu kudu ngapain," kata Ujang.

"Siap."

Ujang kemudian memasukkan telepon tangannya ke saku celana. Dia tersenyum puas.


UJANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang