Bagian 16

25.4K 639 46
                                    


Pak Wira sang komandan menggebrak meja ketika melihat Sudana masuk ke dalam ruangan kerjanya. Sudana yang sudah memiliki perasaan tidak enak ketika masuk dan melihat Pak Wira menggebrak meja hanya berdiri didepan pintu.

"Orang yang saya didik, saya percaya ternyata menusuk saya dari belakang. Manusia rendah kamu!!! Mulai hari ini kemasi barang-barang kamu dan kembali kamu ke barak!."

Sudana tidak membantah, hanya menunduk. Terlihat di sudut ruangan Bu Wira diam seribu bahasa dan tak berkata apa apa. Wajahnya pucat pasi.

Sudana memberi hormat dan kemudian bergegas ke kamarnya di bagian belakang rumah. Dia mengemasi semua barang-barangnya. Bik Ipah, pembantu rumah tangga keluarga Wira, berdiri di depan pintu kamar Sudana.

"Akhirnya sang perusak rumah tangga juragan diusir juga. Kembali daah ngewee sama perek-perek. Cih!," kata Bik Ipah sinis.

Sudana hanya menatap tajam pada Bik Ipah dan berjalan perlahan menghampiri Bik Ipah.

"Kamu ternyata tukang ngadunya. Hahahaha. Janda tua yang kesepian. Cuma gara-gara saya nolak ngewee kamu jadi kamu dendam kayaknya ya?."

Bik Ipah diam. Semakin Sudana yakin bahwa ini adalah ulah pembantu rumah tangga yang ternyata memang suka padanya.

"Saya tidak akan ngapa ngapain kamu. Saya memang salah tapi liat aja, bukan saya yang akan membalas perbuatan kamu ke saya, Ipah."

Sudana mengambil tasnya dan kemudian berjalan keluar dan mengambil motornya lalu keluar dari rumah yang dia yakin tak akan pernah dilihatnya lagi. Di sisi lain dia juga tahu pasti bahwa karirnya sebagai anggota militer akan segera berhenti.

Tanpa menunggu lama keesokan harinya Sudana mendapatkan surat pemecatan tidak hormat sebagai anggota militer dengan alasan yang tertera disurat itu adalah alasan yang dibuat-buat. Sudana didakwa sebagai maling di rumah komandannya namun karena kebaikan hati sang komandan, dia tidak memperkarakan Sudana lebih lanjut, cukup dengan memecatnya.

Kehidupan Sudana berbalik seratus delapan puluh derajat, hidupnya terkadang di pasar, jadi preman, atau terkadang jadi kuli angkut, uangnya dihabiskan untuk mabuk-mabukan dan main dengan perek perek pasar.

Sampai kemudian dia bertemu dengan Ujang.

Ujang yang menyelamatkan nyawa Sudana ketika Sudana saat itu sedang dikeroyok oleh lima orang dan hampir saja mati jika Ujang tidak ada. Ujang yang sedang mengendarai motornya melewati satu jalan yang sepi tiba-tiba melihat seseorang sedang dikejar oleh lima orang dan orang tersebut dalam keadaan babak belur dan tak lagi memiliki tenaga untuk melawan. Ujang memberhentikan motornya kemudian menolong orang tersebut yang tak lain adalah Sudana.

"Ngga usah lo ikut campur urusan ini. Mendingan lo pergi dari sini."

Ujang kemudian berdiri setelah menyandarkan Sudana pada pohon dekat situ.

"Bukan masalah ikut campur atau tidak. Satu lawan lima. Yang banci siapa?."

"Eh anjing!!! Gue udah bilang yaa. Jangan sampai lo nyesel."

Ujang tetap dalam posisi berjaga namun tenang dan waspada. Ditatapnya satu-satu wajah yang ada didepannya.

"Siapa kalian dan apa urusannya kalian ada disini? Ini daerah kekuasaan saya."

Empat orang tertawa mendengar omongan Ujang, hanya ada satu yang kemudian menilik wajah Ujang lebih lama dan terdiam. Orang itu kemudian menghampiri yang menjadi pimpinan kelompok itu.

"Kang, mendingan udah aja, besok lagi aja kita urus si Sudana."

"Kenapa lo? Takut?"

"Kang, percaya sama sayah, kang, jangan berurusan sama dia," kata orang itu sambil menunjuk Ujang. Ujang masih terus menatap ke yang jadi pimpinan kelompok itu.

UJANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang