Bagian 6

45.6K 887 48
                                    


Malam itu Dimas tidur di kamar tempat Ujang biasa tidur, kamar dimana pertama kalinya Dimas merasakan seks dengan laki laki.

"Mau diiket lagi teu, neng?," kata Ujang menggoda Dimas. Dimas ketawa sambil memukul Ujang dengan bercanda. 

"Kan sekarang mah udah ngga perlu diikat. Maunya mah diikat sama ijab kabullllll ..," kata Dimas. Ujang tertawa tawa mendengar candaan Dimas.

"Ya udah sekarang ijab kabuuuuulllnyaaah yaa."

Ujang menutup pintu kamarnya dan kemudian merebahkan Dimas di Kasur tempat pertama kalinya Dimas pertama kali diewe sama Ujang.Ujang menindih Dimas sambil mulai mencium lembut leher Dimas. Keduanya sudah telanjang bulat karena tadi dari kamar mandi mereka turun ke kamar Ujang dengan tidak memakai busana apa apa. Dimas membawa pakaian dan sepatunya turun. Tidak diperdulikannya komputernya belum dimatikan, tokh lampu semua sudah mati dan hanya ada cahaya dari layarr computer Dimas.

"Aaaah, A, .. Sshhh .. Aa, .. Mau Aa .. Aaah."

"Iyaa, neng, ini Aa buat eneng. Eneng mau apa?."

"Pengen dibikin enak, A, sshh .. Aa .. Aaahhhh," Dimas menggelinjang menahan birahi yang mendadak tinggi karena Ujang mulai mengisap putingnya. 

"Aa suka susu eneng, enaaakkk ... Sluuurrppp ... Sluuurrppp."

"Aaahh, A ... Terus A, teruuusss iseep .. kenyoottt ... Susu eneng buat Aa." 

Ujang kemudian menghentikan isapannya. Berlutut didepan muka Dimas yang masih tiduran dan mengangkangkan kakinya. "Isep, neng."

Dimas pun mengisap kontol yang ada dihadapannya. 

"Aaaahh neeenngg, edaaann ... Anjiiinggg ngeunaaaahh anjiiiiiiiiinggg!!!" Ujang terus meracau.

"Terus neeengg, aaahh ... kenyot teruuuss kenyooott sampai dalaaam."

Dimas berusaha mengisap semampunya walau terkadang tersedak karena Ujang memaksakan memasukkan semua kontolnya ke dalam mulut Dimas.

Ujang kemudian menarik kontolnya dan kembali memainkan putingg susu Dimas. 

"Aaaaahh, A, udaaah A, sshh .. A, eweee A, eweee sekaraaangg, Ewe eneng A."

Ujang yang juga sudah ingin sekali merasakan kembali lubang pantat Dimas kemudian mengangkat kedua kaki Dimas dan mengarahkan kontolnya ke lubang tersebut. Pelan pelan dimasukkannya kontol itu ke lubang pantat Dimas.

"Euuuhhh neeeng, ngejepit teruuuss, enaaak pisaaan, neng, aaarrggghhhh."

Pelan dan pasti masuk semua kontol Ujang.

"Aaahhh .. A, tahaan A, pengen ngerashaaaiiin kontoll Aa di memek enengghh." 

"Neeenggh, aaaahh Aa genjot nyaakk sekarang. Ngga taaahhaannn. Ssshhhh .. Aaahh."

Ujang mulai memaju mundurkan pantatnya, semakin lama semakin cepat. Dimas mengimbangi dengan goyangan pantatnya. Bagi Dimas pemandangan didepan matanya sungguh indah. Laki-laki dengan kulit coklat terbakar, atletis alami karena kerja kasar dan berkeringat mengkilat membuatnya semakin menggila.

"Aaahh ... A, aaaahh ... Enaaakk, A .. enaaakk teruuussshhh, teruuusssh eweee sampai mentookk. Terussshhh A, ..."

"Iyaaa, neeengghgh, eeuuhh .. anjiiing enak pisan ini meemeekk. Memek istri Aa juwaraaa. Aaahh .. nenggg ... Memek eneennggg sempiitthhh ... Aaaggghhh."

"Belummhhh ijaaabbhh A beluumm jadi istriiih Aa .. Aaahhh eneng diperkosa Aa aaahh aaahh teruusshh teruuussshh... Jangan dilepaashh kontolna A!"

"Neeengghhh aaahh Aa ngga tahaaannn Aa mau keluaarrr ... Bucaatt neeenng bucaattthh ngeunah pisan ini memmeeeeekkk. Anjiingggg .... Anjeehhhhhnngggghhhh!"

"Sebentaarrrhh A thaaaaahhaaann sebentaarrr laggiihh. Aaahhh A, enenggg keluaarrhhhhh!"

Crooottt .. Crooottt .. Crottt ... Air mani Dimas membasahi perutnya dan Ujang mengoleskannya di dadanya, membuat badannya semakin mengkilat dan membuat Dimas bertambah suka. 

"Neenggghhh aaahhh, Aa keluaarrrr .... Aaahh. Anjengghh! Bangsaattt maneeeh neengg. Neeeeenngggg .. saya terima nikahnya Neng Dimas dibayarr tunaaiii ku mani Aa. Arrggghh!"

Crooooootttttt .... Crooootttt .. Dan air mani Ujang pun tumpah ruah di dalam lobang Dimas. 

Ujang langsung rebah menindih Dimas yang terus memeluk Ujang dan mengusap usap punggungnya. Ujang mengatur napasnya kemudian menatap Dimas. 

"Resmi yeuh? Udah ijab kan?," kata Ujang sambil mencium hidung Dimas.

Dimas tertawa tawa dan mengangguk. "Iyaa, A, Aa Ujang suami eneng Dimas."

Lalu keduanya tertawa. 

Ujang kemudian merebahkan diri disamping Dimas. 

Malam itu setelah ngewee untuk kedua kalinya Dimas mulai merasa capek tapi hatinya terasa senang. Sambil memeluk Dimas, Ujang menceritakan bagaimana dia sebenarnya merasa bahwa dia suka sama perempuan, sering ngewee sana sini nyobain semua jenis perempuan tapi kadang dia merasa bahwa apa yang dia lakuin seperti kosong ngga ada rasa. Dia ngelakuin karena pengen ngeseks aja sampai akhirnya dia ketemu Dimas di kantor ini dan imajinasinya kadang kalo lagi coli suka mikirin Dimas. 

"Aa sebenarnya udah capek ngentot sana sini. Aa tau bahayanya, makanya Aa suka babawa kondom kemana-mana jadi kalo ngentot gampang ngga perlu cari-cari lagi. Aa pengen tetap sehat," kata Ujang sambil mengelus perut Dimas.

"Aa pengen jalanin pacarana beneran ini mah. Makanya ini Aa serius tanya. Mau beneran jalanin sama Aa? Aa cuma office boy."

Dimas tertawa. Sebenarnya dia kagum sama Ujang yang punya pemikiran yang cukup maju dalam hal kesehatan seks. Di sisi lain dia terharu melihat keseriusan Ujang buat ngejalanin hubungan dengan dia.

"Iya, A. Aku mau serius. Eh eneng mau serius sama Aa. Masalah office boy ngga usah dipikirin. Eneng suka Aa, biarin rasa sayaang eneng tumbuh dengan sendirinya yaa, A, pelan-pelan kita jalanin. Eneng juga belum pernah pacarana tapi eneng ngga takut jalanin sama Aa sepanjang Aa mau terima eneng apa adanya, Aa mau jagain eneng," kata Dimas sambil menoleh dan menatap Ujang. 

"Iiih dijagain atuh pasti. Ngga akan boleh ada yang ganggu istri Aa maah. Kalo ada yang berani ganggu liat aja, habis taaahhh orang itu."

Semakin larut dan Dimas mulai merasakan kantuk, apalagi energinya habis hari ini dengan banyaknya pekerjaan yang ditinggalkan Pak Tri untuknya dan melayani nafsu Ujang yang mana Dimas pun tidak berkeberatan. Dipejamkannya matanya sambil menarik napas Panjang, "Tidur yaa, A, besok kan kita kerja."

"Iyaa, neng, sok tidur duluan, Aa jagain sampai eneng tidur." 

Dimas tersenyum senang dan bahagia dan tak lama kemudian dia mulai mendengkur. Ujang terus menatap wajah Dimas dan membelai pipi Dimas. Lalu diciumnya pipi itu dan tak lama kemudian Ujang pun tertidur sambil memeluk Dimas.

Tanpa mereka berdua sadari sebenarnya sejak mereka masuk ke kamar, ada yang mengintip dari balik jendela kamar Ujang tersebut. Tirai kamar yang tidak tertutup rapat yang menyebabkan orang tersebut bisa mengintip dengan leluasa. 

Setelah melihat kedua orang itu tidur, sang pengintip pun pergi. Di tembok bawah jendela kamar Ujang ada bekas semprotan air mani yang masih basah dan mengalir turun perlahan.

Orang itu perlahan-lahan pergi menjauh dari balik jendela kamar Ujang sambil merencanakan sesuatu. Senyum di wajahnya menandakan bahwa rencananya sudah dipastikan berhasil, tinggal menunggu moment  yang tepat. Orang yang selama ini memang sudah mengincar dan menginginkan Dimas. 

"Aku harus bisa ngedapetin dan ngerasain lobang si banci itu. Liat aja, dia bakalan merengek rengek minta dientot sama aku."


UJANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang