Sesampai di kosnya, Dimas membantu Ujang membawa barang-barangnya masuk kedalam kamar kosannya. Sebuah kosan yang cukup mewah dan hanya dihuni oleh 8 orang saja. Hampir semua penghuni kos Dimas adalah pekerja. Walau memang jarang bertegur sapa satu sama lainnya. Boleh dikata satu kos tidak saling mengenal karena memang jarang bertemu. Dimas sendiri karena pada dasarnya orangnya tidak mau mencampuri urusan orang lain jadi dia merasa baik-baik saja kos disitu. Dan karena itulah Dimas betah tinggal di kosannya tersebut.
Ujang masuk ke kamar Dimas yang dingin karena memang Dimas hamper tidak pernah mematikan AC kamarnya. Dilihatnya kamar kos bak layaknya kamar hotel. Tempat tidur yang rapi, buku-buku yang tersusun rapi diatas meja dan ada computer. Lemari baju Dimas tampak susunan baju bajunya disusun dengan rapi, kemeja-kemeja yang tergantung pun tampak terlihat rapi.
"Aduuuh, ini gimana? Aduuh .. Bisa-bisa ngga bissaaa tidur disini mah, rapi pisan ini," kata Ujang sambil membuka pintu kamar mandi. Kamar kos Dimas kamar mandi dalam.
Dimas tertawa tawa. "Hahahahaha, tinggal sendirian kan suka ngga ada kerjaan, A, jadi yaa beberes weeh kalo lagi bosan. Aa mah ngga usah mikirin beberes, itu mah tugas sayah."
Ujang ikutan tertawa. "Ya atuh, nanti baju-baju Aa mah ditaruh rak paling bawah aja yaa. Atau nanti Aa beli laci plastic aja ngga apa apa."
"Eeeh, A, ya nggaklah, udah taruh aja semua disitu, besok Sabtu diberesin. Aa mah diem aja. Nurut!," kata Dimas sambil membuka sepatu lalu membuka kemejanya.
Ujang memperhatikan Dimas yang sedang membuka kemejanya, tak lama kemudian membuka celananya dan menaruh kemeja serta celana kotornya itu ditempat cucian kotor. Dimas tinggal memakai celana dalam saja. Lalu dinyalakannya lampu baca di meja kerja di kamarnya itu dan kemudian dimatikannya lampu besar. Tinggal sinar temaram dari lampu baca.
Dimas kemudian berjalan ke arah Ujang.
"Kangen teu?," kata Dimas sambil menarik membuka kemeja seragam Ujang. Ujang tersenyum. "Kangen, neng, Kangen pisaaaannnn."
Dimas lalu memeluk Ujang, mencium bibirnya perlahan. Lama mereka berciuman. Kontol Dimas tampak mendesak keluar dari celana dalamnya. "Sshhhh, neeeenngg, Aa ... Ssshhh," desah Ujang ketika Dimas memainkan putting Ujang. "Aa apa? .. Kok ngga diterusin?," goda Dimas.
Ujang kemudian menarik Dimas ke tempat tidur, merebahkannya sementara dia kemudian membuka celananya dan celana dalamnya. Badannya yang atletis alami ditambah dengan putiing yang hitam yang menjadi favorit Dimas serta kontol yang sudah berdiri tegak membuat Dimas menatap pacarnya itu tak berkedip.
"Neng, .. Ssshh .. Aaahhh .. Teruuuss neeengg, kenyot kontol Aa, kenyhooottt, .. Aahh... Ssshh, enaaaakkhhh pisaaan. Annjhiingggg!!! Aaarrgghhh ...," Ujang memaju mundurkan kontolnya yang sedang berada di mulut Dimas.
Ujang kemudian menindih Dimas, mencium bibirnya dengan penuh nafsu, lalu mulutnya turun ke arah putiing Dimas. "Aaarghh, A, adduuhh .. Ssshh .. Enaaakkhh A, enaaakkhh, Terus A, teruus kenyot susu na eneng A ... Hhhhh .. Aargghh ..."
Sambil mengenyot susu, jari Ujang mulai bermain diseputar lubang pantat Dimas. Dimas kemudian mengangkang. Ujang memasukkan jarinya pelan-pelan.
"Eeuuhh .. Aarggghh .. Aa, masukin A .. Hhhhhh ... Aa! buru masukin!"
Ujang melepas kenyotannya. "Mau apa, neng? Masukin apa, neng?"
"Kontol Aa, neng mau kontol Aa .. Arrggghhh," ujar Dimas sambil terus merem melek karena tiga jari Ujang sudah maju mundur di lubangnya.
Dimas memberi isyarat dengan matanya ke arah laci disamping tempat tidur. Ujang kemudian membuka laci itu dan kemudian mengambil peliciin dari laci itu, setelah itu diambilnya kondom yang ada di dalam laci.
"A, jangan pake kondom atuh ngga enaaakkk, pengen rasain kontol Aa," rengek Dimas.
"Enggak, neng, harus pake kondom yaa. Kemarenan pan udah ngga pake kondom dua kali apa tiga kali. Bahaya." Dimas hanya mengangguk. Hatinya senang, pacarnya ternyata perduli soal kesehatan.
Ujang mengoleskan peliciin di kontolnya yang sudah disarungi kondom lalu diolesinya lubang pantat Dimas dengan peliciin yang sama.
Ditariknya Dimas ke pinggir tempat tidur dan disuruhnya nungging. Dimas menungging di pinggir tempat tidur sementara Ujang berdiri dibelakangnya. Diarahkannya kontolnya ke lubang pantat lalu didorongnya pelan-pelan.
"Arrgggghh ... Euuuhh, Aa, sssshh ... Kerasa pisaaan kontolnaaaaa. Anjiiirrr kontol suami aing ngeunaaahhh."
"Ssshhhh .. Aaahh, neeenggg, memeknaa sempiittt .. Aaahh .. Eeuuuh lubang eneng ngempoottt. Bangsaatttthhhhhhh .. Enaaaaakkkhhh neenggg, aaahhh Aa bisshhaaa langsung bucaat ieeuuu."
Ujang memaju mundurkan kontolnya sambil terus menceracau segala macam. Dimas semakin horny mendengar ceracauan Ujang. Sesekali Ujang meremas susu Dimas dan memainkan putiingnya.
"Euuhh enaaakkhh .. Enaaakkhh ... Teruuusshh A, teruuussshhh yang dalemmm ngewenyaa."
"Iyaahhh, neengg, ... Aaahhh giniiihh neeenngghhh," kata Ujang sambil menyodok nyodok lubang pantat Dimas dengan keras.
'Plookkk .. ploookk .. plookkk ...' bunyi paha Ujang bertemu dengan pantat Dimas.
Ujang tampak mulai berkeringat.
Tak lama kemudian Ujang mencabut kontolnya dari lubang pantat Dimas.
"Kenapa, A?"
Ujang kemudian rebahan di tempat tidur. "Aa pengen eneng diatas sesekali atuh."
Dimas ketawa kemudian berjongkok dan memasukkan kontol Ujang ke lubang pantatnya. Ujang melenguh nikmat, kedua tangannya ditaruh dibelakang kepala, membuat Dimas semakin gila karena melihat ketiak dan dada Ujang terpampang jelas di matanya. Digoyangkannya pantatnya sembari dinaik turunkan.
"Aaahhh ... Edaaaannnnn .. Neng kunaon jadi jago giniiih? Aaahhh anjjingghhhh pisaaannhhh ... Arrggghh ... Eeuuuh euuuhh ... Neeenngg .. ngeunaaahh nenggghhh ... bangsat! bangsat! bangshaaaattt!." Dimas semakin semangat menggoyangkan pinggulnya.
Ujang mengocok dan meremas remas kontol Dimas sambil sesekali tangan satuna memainkan putiing Dimas.
"Aarrggghhh .. Aa, ... Aaahhh teruuusshhh .. Mau keluarrrrhhh ... Mau keluaarrhhh .. Hooohhh .. Hoooohh .. Ssshhh ... Shhh ... "
Ujang terus mengocok kontol Dimas dengan cepat. "Keluarriiin neeengg .. Kasih Aa mani eneng ... Keluarriiinn ... Mana mani enengggg?"
Tak lama kemudian Dimas melenguh Panjang memuncratkan maninya yang berhamburan di dada dan perut Ujang.
"Aaaaahhhh keluaarrrr A, aaaaahhhh ... Eeuuuh enaaakkk anjiiigghhhhhhhhh ..."
Empotan di lubang pantat karena efek klimaksnya Dimas membuat Ujang tak bisaa lama menahan.
"Ooohhh neeeennggg bucaaatttthhhhhhhh .. Aaargrghhh ... Neeengg, Aa keluarrrhhh .. Lebookkk taahh mani Aa ... Arrggghhh ... Bangsaaattthh siaaaa, neeeennng,"
Ujang memuntahkan seluruh maninya ke dalam pantat Dimas yang dirasakan hangat oleh Dimas.
Dimas kemudian menindih Ujang.
"Jangan ditarik, A, pengen tetap ngerasain kontol Aa di mebel eneng."
"Mebel?"
"Iya, A, memek belakang. Hahahaha."
Ujang pun ikut ketawa. "Aya aya wae kamu teeeh, neng."
Tak lama kemudian, Dimas merebahkan diri disamping Ujang.
"Katanya mau ngerasain kontol Aa. Naha eneng lepas?"
Dimas tersenyum melirik ke arah Ujang. "Takut, A, takut pengen lagi."
Ujang kemudian mencium ujung hidung Dimas. "Tidur, neng, dijagain sama Aa. Besok kita kerja."
Dimas tersenyum dan matanya terlihat mulai mengantuk. Ujang mengelus elus kepala Dimas. Tak lama kemudian terdengar dengkuran halus. Dimas tidur dengan senyuman. Ujang kemudian menarik selimut dan menyelimuti Dimas dan dirinya. Ditariknya kepala Dimas perlahan untuk tidur didadanya. Tak lama kemudian Ujang pun tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
UJANG
RomanceUntuk pertama kalinya Dimas merasakan hal yang membuat dia tidak mengerti harus merasa terhinakah? Atau memang jalannya?