Bagian 20

29.5K 724 70
                                    

Sepanjang malam Ujang mencoba kontak Dimas dan juga Pak Sudana tapi teleponnya tak terjawab. Mencoba mengirimkan pesan via aplikasi whatsapp pun hanya centang satu. 'Ah mungkin mereka mereka sudah tidur', pikir Ujang dalam hatinya.

Pagi hari ketika bangun, Dimas mendapati tempat tidurnya kosong, Pak Sudana sepertinya sudah bangun atau mungkin malah sudah pergi. Lamat-lamat didengarnya suara dari kamar mandi. Dimas tersenyum. Dilihatnya jam dinding di kamar kosnya. Pukul 09.00. Astagaaaa! Bergegas dia segera mencari telepon tangannya. Dimas bangun dari tempat tidurnya kemudian berjalan ke meja tempat dia menaruh telpon tangannya tersebut. Dilihatnya ada 18 panggilan tak terjawab. Panik, dibukanya dan dilhatnya panggilan telepon tersebut dari Ujang. Dimas lalu membuka notifikasi dari whatsapp, ada serentetan pesan yang dikirim oleh Ujang lalu dibukanya pesan tersebut, Dimas lalu mengetik pesan balasan untuk Ujang. Dia meminta maaf karena semalam dia sudah tidur dan tak mendengar, dalam hatinya Dimas merasa bersalah. Setelah itu Dimas menelepon personalia managernya dan mengatakan bahwa dia agak tidak enak badan sehingga dia baru saja bangun. Personalia managernya mengatakan kepadanya untuk istirahat saja sampai Dimas merasa sehat kembali. Dimas mengucapkan terima kasih dan mengatakan pada personalia manager tersebut bahwa jika siangan nanti dia agak enakan badannya dia akan masuk kantor.

Dimas kemudian membuka pintu kamar mandi, dilihatnya Pak Sudana berdiri dibawah shower dengan air yang mengucur dari shower tersebut dan menghadap ke pintu sehingga saat Dimas membuka pintu tersebut, terpampang Pak Sudana dengan kondisi telanjang bulat.

Pak Sudana tersenyum.

"Maaf, jadi kesiangan, abang mau bangunin tapi liat ayang tidur nyenyak banget jadi ngga tega."

"Hehehehe, ngga apa apa, Pak, eh bang, sudah telepon ke kantor kok. Ujang ternyata semalam telepon sampai 18 kali."

"Iyaa, ke abang juga telepon. Kamu mau mandi sekarang? Abang sudah mau selesai kok ini."

Dimas kemudian masuk ke dalam kamar mandi, menutup pintunya dan membuka semua bajunya. Pak Sudana yang melihat Dimas dalam keadaan telanjang perlahan kontolnya berdiri.

Dimas tertawa.

"Bang, kok ngaceng? Tadi kayaknya biasa aja."

"Aduuhh, maaf, ngga tau kenapa liat badan kamu kok abang jadi gini sekarang yaa, yang? Udah abang mendingan udahan aja ini mandinya, bisa-bisa khilaf kalo disini terus," kata Pak Sudana malu dengan muka merah.

Dimas kemudian berjalan ke shower, lalu dimatikannya shower tersebut, dipegangnya tangan Pak Sudana lalu diletakannya didadanya setelah itu Dimas meremas kontol Pak Sudana perlahan. Pak Sudana mendesis, melenguh dan meremas dada Dimas. Dimas terus meremas kontol Pak Sudana sampai keadaannya benar benar berdiri sempurna. Dimas suka sekali melihatnya. Setelah itu Dimas meremas dada Pak Sudana, bagian favoritnya. Dipelintirnya putingnya Pak Sudana. Pak Sudana tambah melenguh dan menatap Dimas, Dimas tersenyum lalu Pak Sudana mendekatkan bibirnya ke bibir Dimas dan diciumnya bibir itu perlahan lalu semakin lama semakin bernafsu.

"Ah, yang, nakal banget, ini kontol abang gimana?"

Dimas diam saja, lalu Pak Sudana membalikkan tubuh Dimas memeluk Dimas dari belakang dan kemudian kedua tangannya meremas dada Dimas.

"Aaaahh, susu kesayangan abang ini, kenyal, enak."

Dimas melenguh.

"Ohhhh, aaahh, Bang ... Bangg .. Euuuhh .. "

Pak Sudana kemudian tangannya turun dan meremas remas kontol Dimas yang sudah banyak mengeluarkan precum.

"Ayang udah basah ini."

UJANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang