3. Heartache

401 54 35
                                    

Mimpi hanya akan menjadi mimpi jika kita tetap membiarkan mata kita tertutup, tapi mimpi akan terwujud jika kita terbangun dari lelap dan lekas merajut

--Rendy PJ--

♡♡♡

Naya membaringkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-lagit kamarnya. Matanya sembab, wajahnya memerah. Tak ingin lagi menangis karna ia rasa, air matanya sudah habis untuk menangisi laki-laki yang tidak baik untuknya. Tubuhnya ditempat namun pikiranya melayang tak karuan, memikirkan banyak hal yang ia sesali.

Andai kejadian tadi tidak terjadi. Andai aku tidak putus dari Indra. Andai aku tidak berpacaran dengan Indra.
Lamunan Naya kemana-mana. Ribuan khayalan bergelantungan di udara.

Sudahlah. Tidak baik berandai-andai.

Suara handphone Naya yang bergetar di meja belajarnya, berhasil memecahkan lamunanya.

Gadis itupun memalingkan pandanganya, melihat benda persegi panjang itu yang dari tadi bergetar di meja.

Tangan kananya meraih benda itu. Dilihatnya puluhan pesan baru.

Saat ibu jarinya menekan aplikasi WhatsApp, tertera banyak sekali pesan dari grup WA yang beranggotakan Mela, Lita, Elsa dan dirinya.

Finda:
Nay, denger2 katanya lo di labrak Indra, lo nggak papa kan Beib?

Yani:
Iya Nay, bener nggak sih??

Ya.. bisa di bilang gitu
Naya

Elsa:
Gila ya tuh orang. Maunya apa sih, kalo nggak mau putus sama lo, terus dia maunya jadi musuh lo gitu?

Yani:
Gue kira kak Indra orang baik2. Ternyata gue salah. Maafin gue ya Nay, gue dulu yang paling setuju kalo lo pacaran sama kak Indra

Udahlah. Aku juga baik2aja kok
Naya

Yani:
Katanya Rendy nolongin lo Nay??

Elsa:
Ya jelas lah, Rendy kan suka sama lo Nay

Naya: Ngaco lo pada.

Elsa:
Yaampun Nay. Masa ya lo nggak peka

Finda:
Keliatan bgt Nay dari cara dia ngomong ke lo, perhatianya ke lo itu beda banget Beib, terus tatapanya itu lho.. hiiss bikin gue gemes sendiri.

♡♡♡

Sementara sekarang Rendy mondar-mandir di dalam kamarnya, duduk lalu bangkit lagi. Bingung memikirkan sebaiknya apa yang ia lakukan.
Haruskan dia menemui Naya lalu menghiburnya?
Atau membiarkan dia menenangkan diri?

Dilema melanda, menentukan pilihan ini lebih membingungkan dari pada harus menjawab soal Fisika yang di kolaborasikan dengan Matematika

Akhirnya, setelah selesai melakukan meditasi selama lima menit, cowok dengan wajah ganteng setengah mati itu memilih opsi yang pertama.

Tanganya meraih gitar yang ia gantung di dinding. Membawanya keluar rumah bersamanya. Kali ini tanpa motor besarnya, melaikan hanya berjalan kaki. Bagaimana tidak, Naya hanyalah tetangganya.

Aku, Kamu dan Putih Abu-Abu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang