12. Awal dari Akhir

187 29 2
                                    

"Bertemu dengan mu setiap hari adalah keajaiban, dan aku tidak ingin merubahnya"

--Naya F--

♡♡♡

Hari ini, Rendy yang semula mendapat gelar sahabat sudah menjadi seorang doi yang baik hati untuk Naya . Jujur saja, hari ini Naya menjadi satu-satunya manusia paling bahagia didunia, dia duduk berboncengan bersama Rendy namun dengan perasaan hati yang berbeda.

Begitu pula dengan Rendy, tidak ada hal lain di hatinya selain taman bunga warna-warni yang bermekaran. Tiap detik waktu yang mereka lalui bersama adalah waktu terindah bagi Rendy.

"Rendy," panggil Naya dari belakang punggungnya.

"Iya," jawabnya sedikit teriak karna suaranya yang tak begitu jelas bergelut dengan angin yang berhembus kencang.

"Tadi pagi-pagi buta aku liat kamu pergi ke luar rumah naik motor, kamu mau kemana?"
Tanya Naya heran, ini kali ke dua dia melihat pacarnya seperti itu.

"Eh..emm.. enggak, cuma keluar sebentar cari angin."

Naya bingung, kenapa Rendy harus gugup, pagi-pagi buta cari angin naik motor. Kenapa Naya beranggapan kalau Rendy sedang berbohong, dia mengawali sebuah hubungan dengan kebohongan,  rasanya itu bukan awal yang baik. Kenapa dia tidak mengatakan yang sebenarnya saja, jujur lebih baik, apapun alasanya pasangan yang baik pasti akan mengerti.

"Em Nay, tau nggak kalau gedung-gedung ini nggak ada, disini ada apa?"
Dagunya menunjuk pada gedung pencakar langit yang berdiri kokoh di kanan jalan.

Dia menanyakan pertanyaan yang aneh, hanya manusia konyol yang menanyakan hal tidak penting ini. Tapi Naya malah  merasa kalau ini adalah peralihanya untuk mengalihkan pembahasan sebelumnya.

"Apa?"

"Batu," jawabnya.

"Kenapa batu?" Tanya Naya bingung.

"Iya, di zaman Megalitikum kemungkinan Jakarta juga isinya banyak batu besar kan ya, mungkin juga di gedung tadi dulunya batu juga," terangnya belaga sok pintar.

"Apaan sih Ren, tujuan kamu itu mau ngelucu apa mau saingan sama Pak Gatot?" Timpalnya. Terkadang Rendy seperti itu, memberi ungkapan atau candaan yang bahkan menurut Naya sama sekali tidak lucu.

"Garing ya?, krispi dong."

"Apaan sih nggak jelas banget."

"Haduuh, selera humor kamu tinggi Nay, saya nggak sampai," keluhnya. Tapi jujur, leluconya sama sekali tidak lucu, sebaiknya Rendy pergi ke Akademi Perlawakan dulu agar bisa membuat Naya tertawa.

♡♡♡

Tak terasa akhirnya mereka sampai juga di SMA, dengan percaya diri Rendy menggandeng tangan Naya menuju kelas, jari-jemari mereka saling berpaut. Jujur saja ada sedikit rasa malu yang muncul di hati Naya, tapi rasa nyaman akan adanya Rendy berhasil membuat rasa malu itu hilang seketika. Seperti kisah cinta remaja pada umumnya, saat ada cinta yang tumbuh diantara dua hati, maka dunia akan terasa milik berdua, yang lain numpang.

Jangan tanya ada berapa pasang mata yang melihat mereka berdua berjalan bersama dengan bergandeng tangan. Dari ujung mereka datang sampai ujung mereka akhirnya tak nampak, mata kakak-kakak kelas yang mengidolakan Rendy tak kunjung mengalihkan pandangannya.

Akhirnya mereka tiba di depan kelas XA, langkah mereka tetap berjalan beriringan memasuki kelas.

"Eheem.. cie, kayaknya nanti kita makan gratis nih guys," ucap Wahyu setelah melihat kedatangan mereka. Bau-baunya Rendy sudah menceritakan tentang hubungan barunya dengan Naya kepada Wahyu.

Aku, Kamu dan Putih Abu-Abu✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang