Kau yang dulu menjadi alasan akan perasaan sayang, kini kau juga yang menjadi alasan atas rinduku hari ini
-- Naya F --
♡♡♡
Happy Reading 😚😚😚
Seragam putih abu-abu masih melekat di tubuhnya sejak pagi, tapi tak lagi terlihat rapi seperti semula. Mentari tak lagi bersinar untuknya, cahaya yang tampak kini hanya lampu-lampu jalan dan lampu dari kendaraan lain yang berlalu-lalang.
Kini tak lagi dengan air mata, Rendy duduk di atas motornya yang berhenti di tepi jalan dengan wajah mengenaskan, masih ada luka lebam di pelipis mata kiri dan juga di salah satu sudut bibirnya. Dia tidak tahu mau ke mana lagi dan apa yang harus ia perbuat. Dia belum ingin pulang, dia belum ingin bertemu sang Mama. Lagi pula mamanya juga pasti akan menangis saat melihat dirinya.
Sejak tadi Rendy belum menapaki lantai rumahnya, seragam sekolah yang semula basah kuyup kini telah mengering karena angin. Rendy tahu kalau hal itu bisa membuatnya sakit, tapi kini dirinya tak lagi peduli, jika memang sakit maka yang pasti rasanya tak akan sesakit perasaanya saat ini.
Bersama udara dingin dan langit malam yang sama sekali tidak cerah, Rendy sungguh-sungguh berpasrah. Jika hari ini adalah hari terakhirnya bernafas di bumi, mungkin itu lebih baik dari pada esok hari ia harus bertemu dengan luka yang sama.
Kejadian tadi siang membuatnya sadar betapa sampahnya ia, betapa kotornya dia sebagai manusia yang lahir bersama dengan dosa. Entah apakah kesalahannya hingga dia harus mendapatkan masalah seperti ini. Luka di hatinya sangat dalam, kedatangan sang Papa tidak memperbaiki apa pun, dan bahkan merobek luka memar yang telah lama membusuk.
Bersama itu, kepergian Naya yang memberatkan langkahnya, memperlambat segalanya dan menciptakan kesunyian abadi dalam hidupnya. Andai saja Naya tahu tentang perasaan yang sekarang ini Rendy rasakan, kehancuran bertubi-tubi ini mampu membunuhnya secara perlahan.
Jika cinta memang telah berakhir, bisakah Tuhan juga mengakhiri rasa dihati yang terus berkecamuk.
Apa mungkin Rendy masih bisa terus berada di SMA Nusa Bangsa bersama dengan sisa-sisa kenangan yang ia punya bersama dengan Naya.
Setelah Naya pergi ke Jogja, apa mungkin dia bisa melupakannya dan melanjutkan hidupnya. Perpisahan yang menyakitkan ini benar-benar menghancurkannya.
Setelah ini, hanya ada kesunyian yang akan terus menjemputnya di pagi hari.
Rendy mentap kearah jok belakang motornya, ia percaya kalau tempat itu hanya ada untuk Naya. Bahkan jika suatu saat Kodok rusak, Rendy tetap akan menyimpannya sebagai kenang-kenangan berharga yang ia punya saat dirinya masih bersama dengan Naya.
Jika jok itu hanya diperuntukkan untuk Naya, dan rasa yang ia miliki juga terus tertuju pada Naya, kenapa semesta begitu marah hingga harus memisahkan mereka?
Rendy terlilit sebuah rasa penyesalan saat dirinya tak bisa menghabiskan sisa waktu berharganya bersama dengan Naya, sebelum masalah mulai menghampiri, sebelum kata "putus" keluar dari bibir Naya.
Sayangnya jok yang ia yakini hanya untuk Naya justru pernah ia persilakan kepada Karina di hari itu, hari yang ia sesali.
Andai saat itu ia meminta izin dulu kepada Naya sebelum pergi bersama dengan Karina.
Sayangnya penyesalan selau datang terlambat. Kini dia hanya bisa menikmati rasa menyesal yang terus mengutuknya.
Benar kata Pidi baiq, tujuan pacaran adalah untuk putus. Bisa karena berpisah, bisa karena menikah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Putih Abu-Abu✔
Jugendliteratur[Ini itu tulisan amatir dari penulis amatir, jadi nggak perlu plagiat-palgiat nggak jelas!!!] ♡♡♡ Friend Zone? Lewatin aja, selama nggak ada police line kenapa harus takut? Mungkin itulah yang dipikirkan Rendy saat benih-benih perasaanya muncul. Mes...