Hal kecil menjadi istimewa jika jarang kita dapatkan.
Dan hal besar menjadi biasa saja karna setiap hari sudah menjadi hiasan.--Rendy PJ--
Happy Reading😙😙😙
Seketika Rendy berubah menjadi kikuk saat melihat Niken yang masih ada di ruang makan, perasaan gamang muncul seketika. Perasaan sore tadi dia sudah mengulur waktu dengan menunggu Naya, setelah itu memutari jalan agar dia bisa pulang agak lambat, tapi rupanya usaha Rendy kali ini tidak berjalan lancar seperti biasanya.
Rendy langsung menambah kecepatan berjalannya, seolah dia tak melihat apa-apa cowok itu langsung menaiki anak tangga yang berada dekat meja makan.
"Rendy." Sebuah suara yang jarang ia dengar baru saja memanggilnya. Suaranya yang lembut membuat Rendy tak mampu menahan rasa senangnya untuk menukik senyuman di bibirnya. Panggilan itu berhasil membuat jantungnya berdetak lebih cepat, Rendy membalik badan dan menatap mata Niken penuh kasih sayang.
"Mama?" Sapanya sangat tidak percaya. Kakinya sangat kaku sehingga dia masih terus berdiri di atas tangga.
"Kamu udah pulang?" Tanya Niken ramah sambil membantu Bi Inah menyiapkan makan malam. Meski seharusnya dia bukan bertanya "sudah pulang?" Tetapi lebih tepat kalau "Baru pulang?" Karna hari ini dia dan Naya pulang terlambat. Tuhan, betapa berbunga-bunga nya hati ini saat melihat dan mendengar itu, YaAllah, terimakasih kau telah mengabulkan do'a ku selama ini
Entah kebahagiaan seperti apa yang kinu sedang Rendy rasakan, saking tidak percayanya Rendy sampai beberapa kali mencubit lenganya sendiri, beeusaha memastikan kali ini dia tidak sedang bermimpi. Dia ingin sekali terbang, loncat dan menari. Kemudian memberi tahu ke semua tetangga dan semua temanya atas kebahagiaannya ini. Kalau boleh sekarang juga dia ingin berlari ke masjid, meminjam mikrofon kemudian memberi pengumuman tentang perubahan mamanya yang membuat dia melayang.
"Teruslah begini Ma." Batin Rendy, andai saja Niken tahu, sebuah sapaan singkat saja sudah membuat putranya merasa senang.
Rendy segara berlari kearah Niken, ia menghela napas saat tubuh mamanya tampak jelas di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat. Rendy benar-benar tak kuasa, dia tidak bisa mengendalikan dirinya, Rendy langsung memeluk Niken dengan sangat erat, seakan dia tidak ingin melepaskannya lagi.
Saat Rendy tumbuh dewasa, pelukan hangat ini sangat asing pagi dirinya, ia lebih sering mendapat pelukan dari Bi Inah dari pada pelukan ibunya sendiri. Niken hanya tersenyum menutupi rasa traumanya. Padahal sejujurnya air mata Niken sudah perkumpulan di balik pelupuk mata.
"Sekarang kamu bersih-bersih dulu sana, habis itu kita makan bertiga sama Bi Inah," tuturnya setelah pelukan Rendy lepas. Bi Inah tersenyum senang melihat adegan langka ini, semoga saja adegan seperti ini akan terlihat mulai hari ini dan seterusnya.
Rendy menurut. Saking senang nya dia sampai harus berlari memasuki kamar. Dari balik pintu dia tersenyum girang, ini adalah perubahan baik yang terjadi pada Mamanya, biasanya dia selalu menangis saat melihat wajah Rendy. Tapi kini dia mendapat pelukan sayang dari sang Mama.
Karna ingin cepat - cepat kembali turun, Rendy hanya dan membersihkan diri sekilas tanpa mandi kemudian mengganti pakaiannya. Ini waktunya makan malam, tapi sejujurnya ia belum lapar, dirinya tergesa-gesa turun hanya ingin berkumpul lagi dengan mamanya.
Mereka bertiga sudah duduk di kursi ruang makan, bersiap untuk menyantap makan malam yang sudah berjajar rapi di atas meja.
"Kalau makan itu enakan langsung pake tangan lho mah!" Tutur Rendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu dan Putih Abu-Abu✔
Teen Fiction[Ini itu tulisan amatir dari penulis amatir, jadi nggak perlu plagiat-palgiat nggak jelas!!!] ♡♡♡ Friend Zone? Lewatin aja, selama nggak ada police line kenapa harus takut? Mungkin itulah yang dipikirkan Rendy saat benih-benih perasaanya muncul. Mes...