10. You Miss Me?

198 26 7
                                    

Untuk pertama kalinya Sua kembali menjalankan hari tenang tanpa gangguang seorang Wen Jia di sekitarnya. Gadis itu kembali menarik nafas lega karnanya jam istirahat siang dua kali lebih menyenangkan.

Saat ini gadis itu sedang duduk santai membaca novel klasik di rooftop sekolah. Rutinitas favorit Sua duluh sebelum Wen Jia datang menghancurkan harinya.

Wen Jia..., kalau di pikir ini terasa agak aneh. Bayangkan saja setelah sekian banyak keresehan dan kegaduan yang dia lalukan setiap hari tiba tiba hilang begitu saja.

'Apa mungkin aku merindukannya?' Mata Sua membesar kaget, pikirannya tidak lagi pada novel yang dibacanya. Melainkan pada-

'Tidak, tidak, itu tidak mungkin' Dengan cepat Sua menggelengkan kepalanya menyusir segala pikiran bodohnya.

Senyum khas andalan Wen Jia tiba tiba saja terlintas di pikiran gadis itu bahkan pipinya sedikit memerah. Ini sungguh aneh. Sua kembali menutup bacaannya, dia tak bisa konsentrasi lagi. Selalu saja Wen Jia, bahkan saat leleki itu tak bersamanya dia berhasil mengusik pikiranya.

"Sepertinya aku sudah mulai gila karnanya," ucap Sua menatap lurus ke depan.

Cklek

Sua menoleh ke sumber suara. Untuk sekian lama senyum tipis gadis itu kembali terbentuk. Sosok yang paling di rindukanya berdiri di sana.

"Sejak tadi aku mencari mu," kata lelaki itu sembari melangkah mendudukan diri tepat di sebelah Sua.

"Kau sudah makan?" tanyanya, Sua hanya menggeleng tanpa bergeming.

"Seharusnya perhatikan waktu makan mu. Kau sama sekali tak berubah." Katanya, tersenyum tulus.

Sua kembali berdecak kecil, "Kau juga sama saja," ucapnya dengan nada sedikit ketus.

"Kau selalu datang dan menghilan tanpa mengabariku," lanjutnya tak lupa dengan ekspresi datar gadis itu.

Yang lebih tinggi hanya terkekeh. "Kau khawatir pada ku?" Godanya namun Sua hanya membuang muka sembari mengatakan tidak.

"Astaga kau manis sekali. Kemarilah biar ku peluk." Lelaki itu sedikit mencondong kan tubuhnya hendak memeluk Sua. Gadis itu hanya tertawa, menolak.

Lelaki berwajah tirus itu hanya terdiam beberapa saat. Sudah lama sekali dia tak melihat gadis di hadapanya tersenyum apa lagi tertawa.

"Seperti ini ku rasa cukup, teruslah tersenyum," ucapnya. Ikut tersenyum dengan tangan bebas mengusak surai Sua pelan.

"Ke kelas sana sebantar lagi masuk." Pintah yang lebih tinggi.

"Tidak mau." Tolak Sua, lelaki itu hanya bisa membuang nafas pasra, tak ada yang bisa mematahkan sifat keras kepala Sua.

"Li Sua berhenti bersikap nakal. Kembali ke kelas mu sakarang."

"Qi, tak bisa kah aku tinggal di sini bersama mu?" ucap Sua pelan namun dapat di dengar dengan jelas oleh Qi. Panggilan akrab lelaki itu, Qi aka Ma Jia Qi.

Sua menatap Jia Qi dengan tatap memohon mau tak mau lelaki itu mengikuti kemauannya. "Baiklah ini yang terakhir."

***

"Astaga Qi lama sekali." Sudah lebih sepuluh menit Sua menunggu namun Jia Qi belum juga menampakan dirinya padahal mereka sudah berjanji akan pulang bersama.

Sua masih menunggu, tiba - tiba saja sepasang lengan menariknya. Mengharuskannya mundur beberapa langkah.

"Apa yang kau lalukan?" ucap Sua sedikit terkejut melihat seseorang yang baru saja menariknya. Itu Wen Jia.

"Tak ada aku hanya ingin melihat mu," jawabnya santai tak lupa dengan senyum khas andalanya.

Jujur saja Sua senang tapi gadis itu menutupi nya dengan berekspresi datar. "Kau kemana saja hari ini kau tak masuk sekolahkan," katanya memastikan.

"Tahu dari mana? Kau mencari ku?" goda Wen Jia. Lelaki itu tersenyum puas.

"Tidak hanya...," Sua kembali berucap ketus, mencari alasan.

"Hanya?" Goda Wen Jia lagi. Gadisi itu terlihat sedikit gelabakan.

"Lupakan."

Sua hendak beranjak pergi namun Wen Jia kembali memotong aksesnya sembari tersenyum dan berucap, "Aku merindukan mu."

Mata Sua membulat lucu. Wen Jia hanya terkekeh melihatnya. Bersama gadis itu tanpa sadar Wen Jia semakin sering menampakan senyum nya.

"Aku merindukan mu. Kau tak rindu pada ku?" ucapnya lagi namun kali ini suara lelaki itu terdengar lebih lembut.

"Tidak, Yak berhentilah mengganggu ku," ucap Sua datar. Berusaha menyembunyikan wajah yang mulai memanas.

"Kau merasa terganggu tapi wajah mu berkata lain." Lagi - lagi Wen Jia terkekeh kerna gemas.

"Menyingkir dari jalan ku aku mau pulang."

"Baiklah, biar ku antar."

"Tidak, terimakasih." Tolak Sua, berjalan meninggalkna Wen Jia. Jika kalian kira lelaki jangkung itu hanya diam menatap punggung Sua kalian salah.

Wen Jia dengan cepat menyamakan langkah dengan Sua, mengandeng tangan gadis itu dan menuntunnya melangkah bersama.

Tbc.


Sorrow : SWJ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang