"Aku tak tahu kau sejahat itu," ucap Cheng Xin sembari mendudukan tubuh tinggi nya dimeja Jia Qi.
Lelaki yang sedari tadi itu sibuk bermain game itu melirik Cheng Xin sekilas. "Apa maksud mu?" tanyanya tanpa menghentikan aktivitasnya itu.
Cheng Xin smirk meremehkan. "Aku tahu kau juga menyukai Lizzy tapi aku tak menyangka kau setega itu menghianati sahabat mu sendiri," ucapnya. Sontak Jia Qi menurunkan ponselnya, menatap Cheng Xin.
"Apa yang kau pikirkan tak sepenuhnya benar. Itu bukan keinginan ku," ucap Jia Qi datar. Semalam Lizzy sudah menceritakan perihal gadis itu memutuskan Wen Jia lewat chat.
"Ck, berhenti berpura - pura baik Ma Jia Qi. Aku tak seperti Wen Jia yang bisa kau permainkan begitu saja. Sejak awal aku sudah mencurigai kalian berdua hanya saja Wen Jia selalu menahan ku," ketus Cheng Xin kesal.
Jia Qi hanya bisa mendiamkan sabahatnya itu. Lelaki itu memang memiliki temperamen yang meledak ledak tadi selepas dari itu di sangat baik dan tentu saja setia kawan.
"Cheng Xin hentikan," ucap Wen Jia yang entah sejak kapan sudah berdiri di ambang pintu kelas Jia Qi.
"Tuh kan aku bilang apa," decak Cheng Xin merotasikan matanya kesal.
Wen Jia berjalan menghampiri keduanya. Manik lelaki itu sibuk melihat sekitar kelas. "Kau tak bersama Lizzy?" tanyanya pada Jia Qi.
Lelaki itu mengeleng singkat. "Tidak. Memangnya ada apa?" tanya Jia Qi penasara.
"Sejak pagi tadi ponselnya tidak aktif. Aku sudah kerumahnya tapi sepertinya tak ada orang," jelas Wen Jia terlihat makin khawatir.
"Kau sudah mencek kelasnya?" tanya Cheng Xin ikut khawatir.
Yang di tanya mengguk pelan. "Hmm, tapi kata teman temanya dia tak masuk sekolah karna sakit."
'Apa mungkin dia sudah pergi? Secepat itu? Bahkan dia sama sekali tak mengucapkan salam perpisahan,' ucap Jia Qi dalam hati.
Lelaki berahang tegas itu berdehem palan. "Sebaiknya kita mencarinya ketempat biasa yang sering dia kunjungi. Jangan lupa saling menghubungi jika ada perkembangan," usulnya.
***
Seminggu setelah menghilangnya Lizzy tanpa jejak hubungan Jia Qi dan kedua sahabatnya semakin merenggang. Bukan tanpa alasan, semakin lama Jia Qi semakin merasa bersalah karna tak bisa mengatakan kebenaranya tentang Lizzy pada Wen Jia dan juga Cheng Xin.
Ingin sekali lelaki itu mengatakan segala alasan perginya Lizzy namun dia sudah janji tak membocorkan hal itu pada siapa pun.
Dan disinilah Jia Qi, duduk bersandar menatap langit sore dirooftop sebuah gedung yang duluh sering di kunjunginya bersama Lizzy. Jauh sebelum keduanya mengenal Wen Ji dan juga Cheng Xin.
Jia Qi hanya berdiam diri sekak tadi. Maniknya sedikit menerawang. Sampai lelaki itu mendengar seseorang berucap sendiri.
Lelaki itu melangkah menuju sumber suara yang samar samar di dengarnya itu. Di sana dilihatnya seorang gadis bersurai coklat madu panjang sedang mencoba berdiri diatas pagar pembatas.
Tiba - tiba saja gadis itu sedikit oleng untung saja Jia Qi dengan cepat menarik kemeja merah gadis itu hingga tubunya mendarat sempurna di lantai rooftop.
"Auw!" Ringis gadis itu sembari memgelus bagian tubuhnya yang sakit.
Gadis bermanik coklat gelap itu menoleh menatap tajam Jia Qi yang baru saja menyelamatkan nya.
"Sakit tahu, apaan sih main tarik - tarik," ucap gadis kesal.
Jia Qi menekuk alisnya heran. 'Ck, bukanya seharusnya dia berterima kasih pada ku karna sudah menyelamatkannya.' Ditatapnya jengkel gadis itu kemudian berlalau begitu saja.
"Hei, kau berhenti aku sedang berbicara dengan mu." Teriak gadis itu lagi namun Jia Qi sama sekali tak memedulikannya.
"Hei, apa kau tuli aku memanggil mu."
"Ya!" terik gadis itu lagi namun Jia Qi tetap meneruskan langkahnya hingga berakhir di balik pintu.
Jia Qi kembali terdiam cukup lama disana. Tanpa sadar garis senyumnya terbentuk samar.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorrow : SWJ✔
Fanfic"Berlarilah, dengan berlari kau masih dapat mengejarnya." Renk : #10 in C-pop [19/03/25] #3 in tf家族 [19/02/25] #3 in Song Wenjia [19/02/25] Straight. Start : 08/27 End : 12/31 ©xcloser, 2018