Wen Jia mengedarkan pandanganya ke sekitar mencari sosok yang sedari tadi di tunggunya.
Tak lama lelaki itu tersenyum puas mendapati Sua yang baru saja keluar dari gadung utama.
"Hei, behenti," ucap Wen Jia hendak menghentikan gadis itu. Berjalan ke hadapanya.
"Kau berbicara pada ku?" tanya Sua dengan tatapan datar andalanya.
"Tidak, aku berbicara dengan angin lewat."
"Oh." Sua berlalu kembali melanjutlan langkahnya namun dengan cepat Wen Jia menarik kerak seram gadis itu.
"Kau mau pulang kan biar ku antar," kata Wen Jia sambil menunjuk motor sport merah terparkit tak jauh dari keduanya.
Sua berucap malas, "Sapa bilang aku mau pulang aku tak bilang begitu. Pulanglah aku bisa pulang sendiri."
"Ini sudah makin sore kalau kau pulang dengan bus keburu malam."
"Tidak, terimakasih atas tawaranya tapi aku lebih senang naik bus," tolak gadis itu sopan namun tetap saja tak tersenyum.
"Ok baiklah." Wen Jia menyambar tangan Sua menariknya berjalan bersama.
"Apa yang kau lakukan?" gadis itu sedikit memberontak pelepaslan genggaman di tanganya.
"Mengantar mu pulang kau mau naik bus kan ayo aku juga aka pulang dengan bus."
***
"Sebenarnya apa yang kau lakukan berhenti mengikuti ku."
Sua terlihat makin kesal. Wen Jia masih saja setia mengitukinya bahkan sejak turun di halte bus. Berbanding terbalik dengan Wen Jia yang hanya terkekeh kecil menanggapi gadis itu.
"Aku tak mengikuti mu ini memang arah rumah ku," ucapnya.
"Kalau begitu kenapa kau tak jalan duluan."
"Lady first," ucap Wen Jia dengan fake smile.
Belum ada tiga meter berjalan langkah Sua kembali terhenti.
"Hei Sua, lama tak bertemu kau makin cantik saja," kata salah seorang dari arah berlawanan dengan nya.
"Kemana saja kau selama ini, kau tau aku mencari mu kemana mana," timpa satunya lagi sampil merangkul bahu Sua. Ya, lelaki yang menyapanya tadi dua orang.
"Bukan urusan mu," jawab Sua ketus tersenyum remeh.
"Lama tak melihat mulut mu makin dingin saja."
"Lepaskan tangan mu sebelum ku patahkan." Sikap dingin Sua kembali.
"Apa aku tak salah dengar, patahkan? Tanpa Jia Qi memang kau bisa apa?" kedua lelaki itu tertawa puas melihat tatapan kalah dari gadis yang di ganggunya.
Brukk.
Sebua tas mendarat sempurna pada salah saru punggung lelaki yang sedang tertawa puas itu.
"Argh!" ringisnya sambil memegang bagian yang sakit.
"Singkirkan tangan kotor mu darinya," ketus Wen Jia menatap sinis keduanya.
"Hmm siapa kau?"
"Aku Wen Jia, pacarnya"
"Apa pacar?" kedua lelaki itu lembali tertawa.
"Ternyata kau gadis yang licik duluh Jia Qi sekarang anak sombong ini. Kau di bayar berapa oleh nya atau kau-"
Satu kepalan tinju mendarat sempurna pada suduh bibir salah satu pengganggu itu.
"Seperti nya mulut kotor mu perlu di kasih pelajaran," kata Wen Jia dengan smirk andalanya.
Dan detik selanjutnya dilanjutkan dengan saling pukul ke tiganya. Dua lawan satu namun Wen Jia berhasil membuat tepar kedua lawanya.
***
"Argh!"
"Dasar lemah, berhenti mengeluh atau kau obati luka mu sendiri," kata Sua datar sambil membari salep pada beberapa luka di wajah lelaki tinggi yang baru saja kena pukul karnanya.
"Makanya jangan sok jagoaan baru lawan dua orang saja sudah babak belur begini."
"Kau tak lihat bahkan mereka lebih parah dari ku," ucap Wen Jia menyombongkan diri.
"Yayaya. Aku tak tahu seorang pangeran sekolah seperti mu bisa mengalahkan dua pereman jalanan," ucap Sua masih fokus mengobati luka Wen Jia.
Wen Jia diam sejenak memperhatikan Sua kemudian tersenyum kecil. "Hmm aku bahkan tak tahu seorang Li Sua bisa secantik ini jika di perhatikan dari dekat."
Sua reflek mengangkat pandangnya, maniknya bertabrakan dengan manik Wen Jia yang masih menatapnya.
"ARGH SAKIT!" ketus Wen Jia. Luka di sudut bibirnya baru saja di tekat kuat oleh jemari Sua.
"Hmm dasar lemah," ledek Sua.
"Selesai. Pulanglah sebelum luka di wajah mu ku tambah."
"Tidak, biar ku anatar." Yang lebih tinggi kembali beranjak, berjalan lebih duluh. "Kalau pereman seperti tadi menjaili mu bagaimana," lanjutnya.
Usai membeli obat keduanya duduk di salah satu tempat duduk yang tersedia di depan apotik.
Sua berlari kecil menghampiri Wen Jia. Tepat beberapa langkah di depan menghentikan lelaki itu.
"Tak usah perlebihan rumah ku tinggal satu block lagi dari sini. Sudah sana kau pulang, aku duluan awas saja kalau mengikuti ku lagi."
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sorrow : SWJ✔
Fanfiction"Berlarilah, dengan berlari kau masih dapat mengejarnya." Renk : #10 in C-pop [19/03/25] #3 in tf家族 [19/02/25] #3 in Song Wenjia [19/02/25] Straight. Start : 08/27 End : 12/31 ©xcloser, 2018