11. Worry

192 24 2
                                    

"Kau marah pada ku? Ya ampun aku minta maaf kemarin aku lupa mengabari mu. Maaf ya," bujuk Jia Qi entah sudah ke berapa kalinya. Sia masih saja terdiam.

Salahkan saja lelaki itu yang tidak menepati janjinya kemaren. Katanya ini pulang bersama, nyatanya Jia Qi sibuk dengan permainan basketnya. Tahu begini Sua tak akan membuang buang waktu menunggu.

"Aku tak marah," jawab Sua singkat. Sebenarnya gadis itu tak marah hanya saja dia suka melihat segala tingkah menggemaskan Jia Qi ketika membujuknya.

Jia Qi menghentikan langkahnya dengan wajah sedikit di tekuk. "Ya kau marah jadi aku minta maaf."

"Aku tak marah Qi."

"Benarkah kalau begitu senyum," pintanya, tersenyum lebih duluh agar gadis itu ikut tersenyum.

"Hmm." Sua tersenyum samar, jatuhnya malah seperti di paksakan.

"Kau terpaksa," kata Jia Qi cemberut. Sua hanya merotasikan matanya lalu tersenyum semanis mungkin. Hingga kedua mata sipitnya membentuk garis lengkung.

"Hehe kalau seperti itu aku percaya." Kekeh Jia Qi senang.

"Yayaya terserah kau saja."

"Pagi Sua," sapa seseorang. Keduanya noleh mendapati Wen Jia disana.

"Pagi," jawab Sua dengan wajah datar berbeda jauh dengan Wen Jia yang sejak tadi memancarkan senyumnya.

"Tumben kau datang cepat," ucap Wen Jia matanya tak lepas dari gadis itu. Jia Qi yang melihatnya berdecak tak suka.

"Aku selalu datang jam segini seharusnya pertanyaan itu di tujukan pada mu."

"Kau memperhatikan ku?" Goda Wen Jia. Sua hanya menatap malas lelaki itu.

"Tidak!" ucapnya kemudian berlalu begitu saja di ikuti dengan Jia Qi yang setia berjalan di sebelahnya.

"Kau dekat denganya?" tanya Jia Qi ketika mulai berjarak.

"Siapa? Wen Jia? Tidak."

"Kau berteman denganya?"

"Hmm tidak juga."

Alis Jia Qi terangkat heran. "Lalu?"

"Bagaimana yah aku juga bingung."

***

Jia Qi mengedarkan pandanganya mencari gadis berkulit pucat dengan surai sebahu lebih sedikit, Siapa lagi kalu bukan Sua.

Tepat di pojok kantin gadis itu sedang tertunduk sembari menyantap makannya nya.  Dengan segera Jia Qi melangkah menujunya.

"Kau tak makan?" sapa Jia Qi ikut bergabung di sebelah gadis itu.

"Kau tak liat di hadapan ku apa," ucap Sua datar.

"Ya berhenti bersikap dingin jika seperti ini terus tak ada lelaki yang mau mendekati mu."

"Memangnya kau bukan lelaki?" tanya Sua polos. Jia Qi hanya bisa membung napas maklum terkadang sahabanya yang satu ini rada loding.

"Hmm bukan itu yang ku maksud_-"

"Aku tahu," Sua memandang Jia Qi sekilas sebelum melanjutkan ucapanya, "Aku lebih nyaman dengan mu."

Jia Qi tersenyum hingga lesum pipinya terbentuk samar. "Ternyata Sua ku bisa bersikap manis juga," ucapnya matanya tak lepas dari Sua. Memperhatikan segala gerak gerik gadis itu.

"Ya habiskan makanan mu cepat," ucap Sua ketus. Jujur saja dia merasa risih di perhatikan apa lagi jika itu seorang Ma Jia Qi. Gadis itu merasa ada yang salah pada jantungnya.

"Baiklah selamat makan."

Hening, keduanya kini sibuk dengan makan mereka masing masing. Sampai Wen Jia datang mendudukan dirinya tepat di hadapan Sua.

"Hanya ingin makan bersama mu," ucap Wen Jia terlebih duluh bahkan Sua belum bertanya sama sekali.

Ketiga nya kembali makan dalam hening hanya tersengar bunyi sumpit dan talang besi yang bertabrakan.

Uhuk uhukk.

Sua batuk beberapa kali, tersedak makananya sendiri.

Baru saja Wen Jia hendak memberi Sua segelas air namun Jia Qi lebih duluh memberikannya. Bahkan tangan kiri Jia Qi tanpa ragu mengelus punggung Sua.

"Makannya pelan - pelan," ucap Jia Qi hanya mendapat angukan dari gadis itu. Melihat interaksi keduanya Wen Jia kesal sendiri.

"Sepertinya kau sangat dekat dengan nya," kata Wen Jia menatap lurus ke Jia Qi.

"Kau berbicara pada ku?"

Wen Jia smirk lalu mengulurkan tanganya."Perkenalkan nama ku Wen Jia."

"Aku tahu...," jawab Jia Qi mengantung kalimatnya.

"Semua orang di sekolah ini juga tahu kau siapa," lanjut Jia Qi.

"Baiklah salam kenal Ma Qia Ji," ucap Wen Jia dengan penuh penekanan.

***

"Kau mengenalnya?" tanya Sua. Kedua sahabat itu kini berada di rooftop, tempat biasa keduanya menghabiskan sisa waktu istirahat siang.

"Siapa?"

"Wen Jia." Jia Qi yang sedari tadi mengotak - atik ponselnya terdiam sejenak.

"Satu sekolahan juga mengenalnya."

"Tapi dia mengetahui nama mu?"

"Hei apa kau bodoh mungkin saja dia membaca name tag ku." Jia Qi tersenyum namun tak seperti biasanya Sua tahu itu.

"Aku tahu aku ini tampan tak usah memperhatikan ku seperti itu." Jia Qi kembai terseyum jail mengganggu Sua yang terus melihat ke arahnya.

"Ck, percaya diri sekali"

Tbc.

Sorrow : SWJ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang