9. Her Comes

197 25 7
                                    

Sorak dukungan dan teriakan histeris para siswi mendominasi aula sekolah memberi dukungan bagi kedua tim basket yang sedang bertanding.

"One ball," ucap Cheng Xin menepuk pundak Wen Jia memberikan dukungan kecil.

"Bersiap untuk kemenangan."

Wen Jia malakukan satu tembakan tiga poin, namun baru saja dia hendak melakukan shoot Zi Yi yang sedang berusaha menghalau pandanganya terjatuh dan menubruk tubuh tingginya hingga lelaki itu ikut terjatuh.

Bukk

"Maaf aku tak sengaja. Kau tak apa biar ku bantu," ucap Zi Yi sembari membantu Wen Jia berdiri namun di tolak dengan sopan oleh lelaki itu.

Kebetulan Wen Jia melihat Sua melintas di pinggir lapangan. Lelaki tinggi itu tersenyum tipis. Tahukan apa yang di pikirannya.

"Li Sua," panggilnya. Gadis itu menoleh. "Bantu aku berdiri," lanjutnya lagi.

"Kenapa harus aku, kau tadi menolak tawaranya," ketus Sua berucap dingin. Gadis itu tak pernah berubah sedikit pun.

"Tak usah banyak bicara cepat bantu aku kaki ku sakit sekali." Wen Jia memengang pergelangan kakinya sembari berpura pura meringis kesakitan.

Gadis itu hanya menatap datar. "Itu urusan mu. Kau terjatuh bukan karna ku."

"Justru aku jatuh karna memperhatikan mu," kata Wen Jia cukup lantang hingga seluruh perhatian jatuh padanya dan tentu saja Sua.

"Benarkah? Itu salah mu sendiri." Sua berlalu begitu saja tak menghiraukan Wen Jia yang tengah memanggil namanya.

"Li Sua, Sua, Sua."

"Kaki ku argh sakit sekali," ucap Wen Jia berulang kali berharap gadis itu menghentikan langkahnya namun nihil Sua tak memperdulikan nya sama sekali.

"Kasar sakali gadis itu dasar tidak punya perasaan."

"Tega sekali dia."

"Dasar gadis jahat."

Kurang lebih begitulah respon beberapa siswi lain di sekitar lapangan. Menatap benci dan tak suka pada Sua. Jujur saja Sua merasa risih dengan tatapan dan juga mulut mulut yang mulai membicarakannya.

Gadis itu sedikit berdecak, menghentikan langkahnya dan menghampiri Wen Jia yang masih setia dengan posisinya.

"Yak tak usah berlebihan. Berdirilah cepat sebelum aku berubah pikiran."

Wen Jia berdiri dengan susah payah, berakting  seakan kakinya sangat sakit. Lengan panjangnya dengan sengaja merangkul bahu kecil Sua sembari tersenyum. Gadis itu hanya menatapnya kesal berbanding terbalik dengan beberapa siswi yang mulai histeris karna perlakuan Wen Jia.

"Kenapa kau membantu ku? Biasanya kau lebih memilih pergi begitu saja tanpa menghiraukan ku," ucap Wen Jia pelan saat keduanya mulai menjauhi pintu aula.

"Diamlah sebelum aku benar benar berubah pikiran."

Wen Jia melepas rangkulanya, membalikan pundak gadis itu agar menatapnya. "Apa karna mereka? Aku tahu kau gadis baik jadi tak usah di pikirkan," ucapnya tak lupa mengusak surai Sua pelan.

Gadis itu merotasikan matanya. "Singkirkan tangan mu," ucapnya sinis. Wen Jia hanya terkekeh gemas.

"Astaga semakin jutek kau semakin menggemaskan." Kedua tangan Wen Jia kini beralih mencubiti kedua pipi Sua.

"Lepaskan pipi ku sakit tahu." Bukanya di lepas Wen Jia semakin gemas mencubiti pipi Sua, menggoyangkannya ke kanan-kiri.

Sua berusaha memberontak namun Wen Jia masih saja mencubiti pipinya bahkan kedua tangan besar lelaki itu menangkup wajahnya, menatap manik gadis itu lekat.

"Sua," ucap seseorang dari arah berlawanan. Kedunya menoleh ke sumber suara.


Tbc.

Sorrow : SWJ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang