"Aku sangat bosan," keluh Wen Jia entah sudah keberapa kalinya. Hampir dua jam mereka di sana dan selama itu pula Wen Jia terus mengelu.
"Itu akibat kebodohan mu sendiri," ledek Sua.
"Yayaya kau benar. Bagaiman kalau kita bermain true or dare," tawar Wen Jia teringat permaina yang mungkin bisa mengisi waktunya.
"True or true atau aku tak main."
Wen Jia tersenyum puas baru kali ini Sua mengikuti ajakanya tanpa paksaan. "Baiklah true or true sepertinya kau ingin tahu banyak tentang ku."
"Whatever anggap saja begitu."
"Baiklah aku duluan," ucap Wen Jia antusias "Apa hubungan mu dengan Jia Qi?" tanya Wen Jia langsung ke inti. Bahkan permainan baru mereka mulai.
"Ck, ternyata kau sangat to the poin." Sua terkekeh kelas. "Kami hanya teman," lanjutnya.
"Ku rasa lebih dari itu."
"Sahabat." Wen Jia mengangguk sembari memikirkan jawaban yang mungkin benar itu.
"Sekarang giliran ku. Kenapa kau mendekati ku?" tanya Sua tanpa basa basi. Sejak duluh gadis itu sangat penasaran dengna alasan Wen Jia mendekatinya.
"Karna itu kau, Li Sua." Singkat padat dan tidak jelas. Sua lagi lagi berdecak kesal jawaban itu tak memuaskannya.
"Apa yang membuat mu sulit tersenyum?" timpa Wen Jia. Ekspresi Sua seketika beruba, terlihat sedikit berpikir.
"Hmm apa ya...." Gadis yang semula terduduk santai di lantai itu berdiri, berjalan menuju jendela dan membuka selah kecil. Merasakan hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.
"Bukanya sulit aku hanya lupa bagaimana cara tersenyum," lantujnya. Wen Jia terdiam untuk kesekian kalinya. Memcoba membaca ekspresi Sua.
"Li Sua...." Gadis itu menoleh pada Wen Jia yamg sudah berada tepat di sempingnya.
"...bolehkah aku menjadi alasan mu tersenyum kembali," tanya Wen Jia dengan pertanyaan yang lebih tertengar sebagai perintah.
"Aku selesai. Sepertinya permainan ini tak seru lagi," lanjut Wen Jia, menjatuhkan tubuh tingginya pada bangku di belakangnya lalu menelungkupkan tubuh di atas meja. "Aku tidur duluhan, good night."
Sua menggelang pelan melihat mata Wen Jia yang mulai terpejam. Dengan santainya lelaki itu tidur dalam keadaan terkunci seperti ini.
Ditariknya bangku tepat di belakang Wen Jia. Gadis itu kembali menjatuhkan pandanganya melanjutkan bacaan pada novel biru miliknya.
***
Detakan jam bergemang mendominasi ruangan bahkan bunyi lembaran - lembaran dari nover Sua sudah tak terdengar lagi.
"Hmm dia sudah tidur rupanya," kata Wen Jia, membalikan tubuhnya mendapati Sua yang tertidur dengan novel yang masih terbuka di hadapannya.
Ya, sejak tadi Wen Jia hanya berpura - pura tidur saja.
Diliriknya jam diding kelas yang menunjukan pukul 12.30. "Pantas saja ini sudah sangat larut," ucapnya sembari mengambil novel biru pada genggaman Sua lalu menutupnya.
Wen Jia duduk menghadap Sua yang masih tertidur pulas. Di pandangnya wajah damai gadis itu tanpa bosan. "Bahkan saat tertidur seperti ini kalia terlihat sangat mirip."
Yang lebih tinggi mengambil benda pipih berwarna hitam dari saku celananya. Menyalakan benda itu lalu menekan nomor acak.
"Yak, kau dimana sejak tadi aku mencari mu," ucap Chengxin sedikit berteriak dari seberang telpon.
"Di kelas. Kemarilah cepat bawakan aku jaket dan sekaleng kopi," katanya lalu memutus panggilan itu sepihak.
Tak sampai sepuluh menit Chengxin datang membawa barang yang Wen Jia minta.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya Wen Jia hanya menunjuk kedalam kelas.
"Yak, yang kau lakukan padanya?" lanjut Chengxin sedikit berteriak karna terkejut.
"Jangan berisik kalau Sua bangun bagaiamana. Tak ada kami hanya terkunci didalam sejak tadi," jelas Wen Jia santai.
Chengxin menekuk alisnya heran. "Lalu kenapa kau tak menelepon ku sejak tadi?"
"Hehe sengaja," kekeh Wen Jia. Chengxin hanya berdecak maklum.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorrow : SWJ✔
Fiksi Penggemar"Berlarilah, dengan berlari kau masih dapat mengejarnya." Renk : #10 in C-pop [19/03/25] #3 in tf家族 [19/02/25] #3 in Song Wenjia [19/02/25] Straight. Start : 08/27 End : 12/31 ©xcloser, 2018