24. Flash back part : Strangers?

104 11 0
                                    

Sua kembali menelurusi malam dengan berjalan - jalan kesekitar sungai besar di kota Chongqing. Sudah menjadi salah satu hobi gadis bernama lengkap Li Sua itu berjalan santai sembari menikmati pemandangan malam ditempat itu.

Kemeja biru laut lengan panjang gadis itu diikatkan melingkari pingganya hingga menyisakan kaus putih tipis yang dikenakanya sebagai atasan.

"Panas sekali," ucap gadis itu sembari mengibaskan tanganya di hadapan wajah. "Tak terasa sudah masuk musim panas saja," lanjutnya.

Gadis itu mengambil beberapa kerikil dekat kakinya, lalau melembarkanya ketengah sungai. Kerikil pipih yang dilemparnya itu akan terpental tiga kali sebelum tenggelam kedasar sungai.

"Lemparan yang bagus," ucap seseorang. Sua menoleh ke sumber suara.

Didapatinya lelaki jangkung dengan rahang cukup tegas di sana. Sua terdiam beberapa lama memandang sosok itu, otak kecilnya sedang berpikir keras.

"Kau lupa dengan ku?" tanya lelaki itu. Sua masih saja bungkam.

Lelaki itu tersenyum kecil. "Aku yang di rooftop kau ingat?" jelasnya. Sua langsung melayangkan tatapan tak suka.

"Apa yang kau lakukan disini, malam - malam begini?" tanyanya seseorang itu, Jia Qi

"Bukan urusanmu," jawab Sua ketus.

"Apa seperti itu berbicara pada orang yang telah menyelamatkan nyawa mu."

Sua menarik garis senyumnya, lebih tepatnya fake smile. "Terimakasih telah menolong ku karna mu aku semakin mendarita," jelas Sua lalu berjalan meningalkan Jia Qi begitu saja.

Namun lelaki yang di anggapnya aneh itu terus berjalan mengikutinya. "Berhenti mengikuti ku," ketus Sua kesal.

Jia Qi berpurah - purah menoleh kekanan-kiri. Melihat orang disekitarnya. "Kau berbicara pada ku?" tanyanya. "Aku tak mengikuti mu aku hanya sedang berjalan - jalan."

Sua hanya bisa berdecak kesal. Toh lama kelamaan orang itu akan lelah sendiri mengikutinya.

"Hei Li Sua," ucap seseorang menyadarkan lamunan gadis itu.

Sua menatap dua orang yang sudah tak asing itu berjalan ke arahnya dengan langkah gontai. "Sial," lagi lagi gadis itu berdecak. Sepertinya uangnya akan lenyap lagi malam ini.

"Sudah ku duga kau ada disini," ucap salah satu dari kedua orang itu.

"Apa mau mu?" tanya Sua tak sabaran.

"Ck, kau kasar sekali. Baiklah karna aku terburu buru maka langsung saja," kata lelaki itu sembari mempertemukan ibu jari dan jari telunjuknya, mengesekanya beberapa kali. Mengisyaratkan uang.

"Kenapa aku harus memberi mu uang?"

"Kau sudah makin berani ternyata. Sudah bosan hidup." Lelaki bergaya amburadul itu melayangkan tangannya hedak memberi pelajaran kecil pada Sua namun dengan cepat Jia Qi nemahan tangan orang itu.

"Siapa kau?" tanyanya kesal.

"Hmm aku? Orang yang kebetulan lewat," ucap Jia Qi tersenyum khas andalannya.

"Pergilah aku tak ada urusan dengan mu."

"Tapi aku ada."

***

"Siap mereka?" tanya Jia Qi. Kini keduanya tengah duduk disalah satu banguku taman.

"Bukan siapa siapa?" jawab Sua. Gadis itu sibuk memandangi sepatu yang dikenakannya.

"Lalu darimana mereka mengenal mu?"

Sua berdecak kesal. "Berhenti mencampuri urusan ku. Pulanglah sudah semakin malam bisa bisa kedua orang tua mu khwatir, tuan muda," kata Sua penuh penekanan terutama pada kata 'tuan muda'.

Gadis itu bangun dari duduknya. "Aku duluh. Selamat malam," ucapnya sembari membungkuk beberapa senti hingga surai panjangnya sedikit terayun. Dan lagi Jia Qi terpana oleh pesona gadis itu.

***

Beberapa murid berhamburan melewati gerbang sekolah, bagitu juga dengan Sua, namun baru beberapa langkah melewati gerbang itu gadis itu mendapati kedua preman gila yang memalaknya beberapa hari lang lalu.

"Sial untuk apa lagi mereka ke sini," ketus gadis itu lalu mengkampiri keduanya dengan ekspresi tak minat.

"Wah kita lihat siapa ini. Hmm Li Sua ternyata kau-" ucap preman itu namun dipotong cepat oleh Sua.

"Apa yang kalian lakukan disini?"

"Seperti malam itu, kau mengertikan." Sua hanya bisa pasra, tangan gadis itu meraih dompet kecil di dalam tasnya namun belum sempat di keluarkannya seseorang kembali memanggil namanya.

"Sua." Disana ada Jia Qi yang berjalan kearahnya sembari tersenyum ramah.

"Hei aku menunggumu sejak tadi. Ayo aku akan mengantar mu pulang," ucapnya. Sua hanya menekuk alisnya heran.

"Sepertinya kita juga pulang saja," ucap kedua preman itu lalu pergi bagitu saja.

"Ada apa dengan mereka?" tanya Sua dua kali lebih heran dengan tingakah kedua preman itu.

Jia Qi menaikan bahunya, tak tahu. Lalu diraihnya tangan Sua, manarik gadis itu untuk mengikuti langkahnya.

"Apa-"

"Kau tak dengar. Aku akan mengantar mu pulang," jelas Jia Qi namun Sua masih saja diam di tempatnya.

Beberapa siswi di sekitarnya mulai berbisik. Memuju ketampanan lelaki yang sedang menggenggam tanganya itu. Sua tak suka menjadi pusat perhatian.

"Kenapa lagi?" tanya Jia Qi membalikan tubuhnya menghadap gadis itu.

"Rasanya aneh kau mengetahui nama ku tapi aku tak tahu nama mu."

"Kau ingin berkenalan dengan ku," goda lelaki itu. Sua hanya membuang nafas tak minat.

"Tidak juga. Aku hanya menanyakan nama mu. Aku harus memanggil mu apa? Orang aneh, penguntit, atau-"

"Jia Qi. Ma Jia Qi," potong lelaki itu.

"Baiklah, Qi." Lelaki bermarga Ma itu tersenyum kecil, sepertinya dia akan menyukai panggilan itu.

Di kejauhan seseorang memandang keduanya tak suka. "Apa secepat itu kau melupakanya?" ucapnya pada diri sendiri.

"Seharusnya aku tak melepaskan dia untuk mu."

Tbc.

Sorrow : SWJ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang