14. Bla Bla

121 19 1
                                    

Seperti yang dikatakannya, Jia Qi benar benar menghubunginya. Sua yang baru saja keluar dari kamar mandi langsung menyambar ponselnya, menjawab panggilan itu.

"Bagaimana kaki mu?" tanyanya langsung. Bahkan lelaki itu tak mengucapkan kata 'halo' seperti biasa.

"Sudah lebih baik," jawab Sua.

"Lihat ke jendela, aku di depan rumah mu." Sua menghampiri jendela besar di sisi kanan kamarnya. Dan di bawa sana ada Jia Qi yang melambai ke arahnya.

"Tunggu, biar ku bukakan pintu," lanjut gadis itu lalu berlari kecil ke lantai bawah.

"Tak perlu aku hanya mampir sebentar," tolak Jia Qi dari sambungan telpon namun Sua membantah nya.

"Tidak, kau sudah jauh jauh kemari."

Cklek

"Hei." Pintu itu terbuka menampilkan sosok lelaki jangkung dengan senyuman manisnya di sana. Sua itu tersenyum samar lalu mengisyaratkan lelaki itu masuk

"Kau sudah makan? Aku membawakan bapau daging kesukaan mu," ucap Jia Qi begitu tubuh tingginya di dudukan santai pada sofa ruang tengah.

"Thanks." Sua menyambut bungkusan itu dengan senang hati. Mengucapkan kata terimakasih tak lupa tersenyuman seperti yang selalu Jia Qi ajarkan padanya.

Jia Qi tersenyum melihat senyuman yang sangat jarang di pertunjukan itu.

"Kaki mu benar tak apa apa kah?"

"Qi, berhenti merasa bersalah. Aku tak apa ini hanya luka kecil. Paling besok sudah kering," omel Sua. Lelaki itu terlalu menghawatirkan keadaanya, bahkan Jia Qi lupa kalau Sua itu gadis yang tangguh.

***

"Aku pulang duluh. Kau langsung tidur jangan lupa mengunci semua pintu dan jendela, mengerti?" ucap Jia Qi mengingatkan gadis itu seperti biasanya.

Jujur saja Sua sudah sangat bosan mendengar kalimat itu namun gadis itu tetap saja senang. Setidaknya masih ada orang yang peduli dan mengkhawatirkannya.

"Yes sir. Lama lama kau sudah seperti ayah ku saja." Sua tersenyum palsu, Jia Qi tahu itu mata gadis itu sudah cukup menjelaskan semuanya. Mata bulat Sua terlihat jelas ada kerinduan di sana.

Lengan Jia Qi bergerak dengan sendirinya membawa gadis itu kedalam dekapannya. Dia sangat tahu kesedihan yang di lalui gadis itu lebih dari siapa pun.

"Qi?" tanya Sua di dalam dekapan sahabanya itu.

"Ku mohon kau jangan terluka lagi. Apa lagi terluka karena ku. Aku tak akan memaafkan diri ku sendiri," ucap lelaki itu tulus lalu perlahan - lahan melepaskan pelukannya.

"Baiklah aku pulang duluh. Basok pagi aku akan menjemput mu seperti biasa."

"Hmm," jawab Sua kepalanya mengangguk beberapa kali. Hatinya terasa hangat dan senang memiliki Jia Qi di hidupnya.

Tbc.

Sorrow : SWJ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang