25. Reveal

111 12 2
                                    

"Iya, pa sebentar lagi. Urusan Lizzy sudah hampir selesai kok," ucap Lizzy pelan pada sang papa di sebrang telpon.

"Aku sehat pa, tak perlu mengkhawatirkan ku seperti itu." Gadis itu tersenyum kecil. Lelaki berdarah China-Kanada itu selalu saja berlebih menanyakan kondisinya.

"Hmm seminggu lagi aku ke sana."

"Aku juga dah papa," kata Lizzy diakhir sebelum menutup panggilan yang kurang lebih memakan waktu tiga sampai lima menit itu.

Dimasukan benda persegi itu kedalam saku almamater biru gelapnya hendak kembali berjalan melanjutkan langkanya yang sempat dihentikan karna panggilan tadi.

Namun gadis itu dikejutkan oleh sosok Cheng Xin yang tengah berdiri di hadapnya. Menatap Lizzy penuh tanya.

"H-hei Cheng," sapa Lizzy tiba tiba saja gugup.

'Apa mungkin Cheng Xin mendengar percakapan ku tadi?'

"Apa yang kau lakuka disini?" tanya Cheng Xin penuh selidik.

Lizzy tersenyum hambar. "Hanya sedang berjalan - jalan," ucapnya mencari alasan.

"Benarkah?" tanya lelaki bermanik tajam itu.

"Kau tak percaya pada ku? Ck, kau ini." Kekeh Lizzy sebisa mungkin menyembunyikan kegugupanya. "Kenapa kau sendiri, Wen Jia mana?" lanjutnya mencoba mengalikan pembicaraan.

"Entahlah. Mungkin dia sedang tidur siang di rooftop," jawab lelaki itu.

'Huft sukurlah sepertinya dia tak mendengarnya.' Lizzy bermonolog.

Gadis itu kini bernafas legah. "Baiklah kalau begitu aku ke rooftop duluh sudah lama aku tak menjailinya," ucapnya. Hendak berlari kecil namun perkataan Cheng Xin berhasil membekukan gadis itu.

"Urusan apa yang kau maksud?" ucapnya dingin.

"Dan, seminggu lagi. Sebenarnya apa yang sedang kau sembunyikan?" lanjutnya.

Gadis itu membalikan tubuhnya menatap Cheng Xin kaku. "Sampai mana kau mendengarnya?"

"Hampir semuanya. Bisa kau jelaskan maksud percakapan mu tadi," tuntutnya.

Sebenarnya Cheng Xin hanya mendengar sekilas percakapa itu. Hanya saja lelaki itu sudah terlanjut penasaran dengan kata program penyembuhan yang di ucapkan Lizzy di awal telpon itu.

"Cheng aku-"

"Zheng Lizzy sampai kau akan berbohong," ketus Cheng Xin sedikit meninggikan suaranya.

"M-maafkan aku tapi bisakah kau bersabar sedikit lebih lama. A-aku janji akan menyatakan pada mu yang sebenarnya. Begitu juga pada Wen Ji," ucap Lizzy takut. Gadis itu sebenarnya belum siap membeberkam kondisinya saat ini.

"Tunggu apa Jia Qi sudah mengetahuinya?"

***

Sua meregangkan tubunya yang sejak tadi bergerak pasif. Dihirupnya oksigen sebanyak banyaknya lalu dihembuskanya pelan.

Gadis itu menjaruhkan perlahan tubuh, duduk ditempat kesukaannya. Yap, satu satunya bangku panjang di rooftop sekolah.

Jemari Sua bergerak linca membalik halaman demi halaman buku yang dibacanya sampai bunyi benda jatuh menarik perhatiannya.


Bruk.

Sua melangkah menghampiri sumber bunyi. Berasal dari bagian lain rooftop yang terhalang oleh bangun yang menghubungkan tempat itu dengan koridor dalam.

"Hmm?" Alis Sua terangkat heran mendapati Wen Jia yang sedang tertidur pulas disana.

Gadis itu berjongkok mengambil sebuah buku yang tergeletak di lantai. Sepertinya bunyi tadi berasal dari buku itu.

"Romance of The Three Kingdom's." Tanpa sadar sudut senyum Sua terbentuk. Dia tak tahu Wen Jia juga suka dengan novel klasik itu.

Diliriknya bergantin Wen Jia yang sedang tidur pulas itu. Dengan hati hati Sua mendudukan tubuhnya di samping lelaki itu. Hendak menghalau sinar matahari yang jatuh tepat di wajahnya.

"Sepertinya dia memang membacanya," ucap Sua pelan sambil membalikan lembar novel yang terdapat beberapa tanda kutip. Setelahnya hanya terdengan angin yang bertiup dikedua pendengaran gadis itu.

"Apa tak kepanasan duduk menghadap sinar matahari seperti itu?" Sontak gadis itu menoleh memandang Wen Jia yang sedang tersenyum kecil padanya.

"Sejak k-kapan kau bangun?" tanya Sua berucap gugu. Tubuh kurus gadis itu sudah berdiri, mundur beberapa langkah menjauhi Wen Jia.

"Sejak aku tak sengaja menjatuhkan buku itu," jawab Wen Jia terkekeh jail. "Aku suka senyum mu yang tadi," lanjutnya.

Mendudukan tubuh tingginya itu, menopang rahangnya dengan sebelah tangan. "Boleh aku melihatnya lagi."


Tbc.

Votmen ;)

Btw aku mau nanya anak TF yg cocok jadi tuan muda selain Tianze siapa ya?

Aku minta sarannya guys :))

Sorrow : SWJ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang