18. She

122 17 3
                                    

Jia Qi berjalan santai sembari membalas beberapa chat random di ikuti dengan Sua yang berjalan dalam diam di sampingnya.

"Kau lapar?" tanya Jia Qi. Sua yang sedari tadi menunduk mengangkat pandangannya, mengangguk pelan.

Jia Qi merangkul pundak kecil gadis itu santai. "Bagaimana kita singgah makan duluh aku yang teraktir," katanya, Sua hanya mengiyakan.

Sambil bercakap ringan Jia Qi dan Sua berjalan menuju kedai yang biasa mereka kunjungi. Kedai ramen yang letaknya tak begitu jauh dari sekolahan.

"Cepatlah aku sudah sangat lapar," ucap Jia Qi yang sudah berjarak beberapa langkah lebih cepat dari Sua.

"Kaki ku akan pegal kalau harus berjalan cepat," balas Sua santai tanpa menamba kecepatan langkahnya.

"Ck, kau ini." Jia Qi berdecak kesal. Lelaki jakun itu membalikan tubuhnya berjalan lebih duluh dengan sesekali menoleh ke belakang memaskikan Sua masih mengikutinya.

"Qi, tunggu-"

Tinnn ttinnn

Suara nyaring klakson di ikuti suara rem yang berdesis sontak menyadarkan Jia Qi, lelaki itu berbalik dengan panik mencari Sua yang tak lagi berjalan di belakangnya.

Yang lebih tinggi mengedarkan pandanganya di sekitar kecelakaan lalu lintas yang baru saja terjadi, mencari Sua di antar orang - orang yang berkumpul di seberang jalan.

"Li Sua," ucap Jia Qi sedikit berteriak begitu mendapati Sua di sana.

Lalaki itu berlari cepat menghampiri gadis itu memastikan keadaannya baik - baik saja, "Kau tak apa?" tanya panik, Sua hanya mengguk pelan tak begitu mengerti.

"Syukurlah." Jia Qi langsung menarik gadis itu, memeluknya erat dengan nafas yang masih memburu karna panik. "Maafkan aku," ucap Jia Qi pelan tanpa melepas pelukannya.

"Qi, aku tak apa."

***

"Kau kenapa?" tanya Wen Jia heran dengan tingkah Chengxin yang cenderung lebih pendiam beberapa hari terakhir ini.

"Tak kenapa - napa," jawab lelaki itu bohong.

Wen Jia terkekeh kecil, mendudukan tubuh tingginya tepat di sebelah Chengxin. "Tak usah berbohong. Bukan baru kemarin aku mengenal mu."

"Hmm sepertinya aku memang tak bisa bohong pada mu," ucap Chengxin tersenyum simpul membuat Wen Jia semakin terkekeh.

"Yak, sebenarnya ada apa dengan mu?"

Chengxin menunduk beberapa saat, berpikir. "Hmm sebenarnya ada yang mengganggu pikiran ku," jelasnya. Wen Jia manatap sobatnya itu serius sembari membenarkan posisi duduknya.

"Dan sebelumnya aku minta maaf karna tak bisa jujur pada mu lebih awal."

Alis Wen Jia tengangkat heran namun lelaki itu membiakan Chengxin melanjutkan perkataannya.

"Dia kembali." Satu kalimat itu berhasil mengubah ekspresi Wen Jia seluruhnya.

Lelaki dengan tinggi di atas rata - rata itu tak perlu di jelaskan dua kali, dengan cepat dia mengerti arah pembicaraan Chengxin saat ini.
Wen Jia menarik nafas berat, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. "Sejak kapan?" ucapnya dingin.

"Dua hari yang lalu, jujur saja aku sangat terkejut ketika dia menemui ku."

"Benarkah?" tanya Wen Jia. Sesekali lelaki itu terkekeh pelan meremehkan.

"Kau mencurigai ku?"

"Tidak juga hanya saja bukanya aneh setelah dia menghilang selama dua tahun tanpa jejak dan orang pertama yang di temunya itu kau. Bukan aku atau-" Wen Jia terdiam beberapa saat sebelum melanjutkan ucapannya kembali, "Jia Qi. Hmm mungkin saja dia menemui sahabatnya itu lebih duluh."

Wen Jia kembali membuang pandanganya menatap cahaya redup dari lampu bercahaya emas tak jauh, berkutat dengan pikirannya sendiri. Sedangkan Chengxin memilih bungkam, tak mau menamba buruk keadaan.

Line!

Bunyi notif masuk memecah keheningan antar keduanya. Dengan malas Wen Jia melirik pesan itu singkat. "Sepertinya kau benar."

"Apa?"

"Dia telah kembali."

Chengxin kembali menatap serius lelaki di sebelahnya itu. "Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Entahlah," jawabnya, menggeleng pelan.




You have one notif!
Lizzy
Long time no see...

Tbc.

Sorrow : SWJ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang