26. Next to

89 13 3
                                    

Lizzy berlari kecil menghampiri Wen Jia yang sedang duduk menghadap cahaya matahari ditaman belakang.

"Yak," ucap Lizzy mencoba mengejutkan lelaki itu.

Wen Jia berdehem pelan, tersenyum samar pada gadis bersurai maron itu.

"Kau tak terjejut?" tanya Lizzy. Lelaki itu mengeleng pelan.

"Ck, kau tak asik," ketus Lizzy mendudukan tubuhnya di sisi kosong sebelah Wen Jia.

"Kau sedang apa di sini?" tanya gadis itu. Wen Jia tersenyum samar, lelaki menjulang itu tiba tiba saja mengingat sikap diam Sua yang berbanding terbalik dengan Lizzy. Yang selalu punya beribu pertanyaan yang akan dilontarkannya

"Hmm tak ada," jawabnya singkat. Pandanganya menatap lurus bayangan pohon rimbun yang menlindunginya dari sinar matahari senja.

Lizzy menyandarkan punggunya, mencari posisi nyaman. Namun maniknya tiba tadi menangkap sosok Jia Qi yang sedang berjalan santai bersama Sua di seberang koridor.

"Jia Qi," sapa gadis itu. Melambaikan tangannya singkat. Yang dibalas dengan senyuman oleh lelaki itu.

"Hei, tuan Ma sepertinya kau sangat sibuk sampai jarang sekali aku melihat mu," ucap Lizzy tersenyum cerah pada lelaki yang dipanggilnya 'tuan Ma' itu.

"Hmm benarkah," ucap Jia Qi terkekeh kecil.

Lizzy kembali menjatuhkan pandanganya pada Sua yang berdiri beberapa langkah di belakang Jia Qi.

"Hei, kau Sua kan?" tanya gadis itu memastikan. Sua mengangguk pelan.

"Sudah lama aku ingin berbicara pada mu," lanjutnya.

Wen Jia yang sejak tadi memandang percakap Lizzy dan Jia Qi tak minat membenarkan posisi duduknya.

"Eh... M-maaf atas sikap kasar ku pada mu di rooftop minggu lalu." Gadis itu tersenyum canggung, tak enak pada Sua.

"Tak apa aku sudah memaafkan mu," ucapnya. Lizzy tersenyum legah. Begitu juga Sua.

Gadis bersurai maron itu terpukau untuk beberapa saat. Lalu diambilnya beberapa langkah maju memperhatikan wajah Sua dari dekat.

"Tenyata kau sangat cantik jika di perhatikan dari dekat seperti ini," ucapnya tersenyum antusias.  Sua yang diperhatikan seperti itu hanya bisa tersenyum kikuk.

"Tak heran kalau Jia Qi me-"

"Li Sua,"  potobg Wen Jia cepat.

"Ikut dengan ku. Ada yang ingin ku bicarakan," lenjutnya. Ditariknya tangan Sua agar mengikuti langkahnya. Tapi dengan cepat Jia Qi mencegatnya.

"Tetap di sini," tegas lelaki itu.

Wen Jia melayangkan tatapan tak suka pada Jia Qi begitu juga sebaliknya. Segankan Sua dan Lizzy menatap kedua lelaki itu penuh tanya.

"Hei ada apa dengan kalian," ucap Lizzy. Menyadari keadaan yang tiba - tiba aneh itu.

"Enyahlah tanyakan saja pada orang aneh ini," ketus Wen Jia kesal.

Jia Qi terkekeh hambar. "Katakan di sini atau tidak sama sekali."

Wen Jia menekuk alisnya. Entah mengapa saat ini lelaki itu hanya tak ingin Sua mendengar lanjutan katanya yang di lontarkan Lizzy tadi. Namun kenapa Jia Qi tiba - tiba menjadi sensitif padanya.

'Jadi dia memang menyukai Sua.' Pikir Wen Jia. Lelaki itu tersenyum samar.

"Sua, ayo sudah semakin sore. Aku kan mengantar mu pulang." lanjut Jia Qi, berlalu meninggalkan Lizzy dan Wen Jia yang menatap penggung keduanya.

"Ada apa dengan mu?" tanya Sua. Ketika kedua sahabat itu berjalan menelusuri koridor utama.

"Bukan apa - apa," ucap Jia Qi pelan.

Jia Qi sebenarnya tak suka denga Wen Jia yang bertidak seenaknya pada Sua. Terlebih ketika lelaki itu melihat kedunya di rooftop sehari yang lalu.

Ya, bisa dibilang dia cemburu hanya saja Jia Qi tak bisa mengataan demikian mengingat hubungannya dan Sua saat ini sebatas sahabat.

Tbc.

Lah lo cemburu toh bilang kek dari tadi sudah bgt dah...-_-"

Votmen nya guys ;)

Sorrow : SWJ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang