29. While

104 10 4
                                    

"Kau tak pergi mengantar Lizzy?" tanya Sua. Jia Qi yang sedang sibuk sengan ponselnya itu melirik Sua singkat.

"Hmm kau tahu?" ucapnya dengan pandangan yang masih terkunci kelayar benda tipis di genggamannya.

"Dia mengatakan pada ku, kemaren kau sama sekali tak mengantarnya ke bandara bukan," jelas gadis itu. Memandang penasaran.

Jia Qi membuang nafas pelan. Diperbaiki posisi dudunya, menatap ruangan aula yang cukup ramai dengan beberapa murid tengah sibuk bermain basket. "Aku hanya tak ingin melihatnya pergi. Itu akan lebih baik."

Sua hanya bisa terdiam sembari mengamati Jia Qi yang bungkam. Gadis itu tahu sahabatnya sedang tak baik. Terlebih lagi Sua menamba bebannya dengan menolak perasaannya.

Ya, Sua menolak lelaki itu. Jia Qi memang berarti baginya namun dia menggapnya seperti sahabat yang berharga layaknya keluarga tak lebih. Gadis itu tak mau berbohong karna dia tahu Jia Qi akan lebih tersakiti olehnya.

Ditepuknya pelan pundak Jia Qi memberi sedikit dorongan untuk lelaki itu. Sampai Cheng Xin datang dan merangkul Jia Qi santai.

"Hei," ucapnya tersenyum bersahabat. Sua sedikit memekukkan alis, heran.

"Apa? Ada yang aneh dengan wajah ku?" tanya Cheng Xin, mengusap sebelah pipinya pelan.

"Bukan wajah mu tapi tangan mu," jelas Sua. Menunjuk lengan Cheng Xin yang masih berada di pundak Jia Qi.

Jia Qi terkekeh kecil bergitu juga Cheng Xin. "Oh ini," ucap Jia Qi mengoyangkan tangan yang masih di pundaknya itu.

"Apa salah aku merangkul Jia Qi seperti ini," ucapnya terdengar lebih bersahabat dari biasanya. "Kenapa kau mau ku rangkul juga," lanjut Cheng Xin. Jia Qi langsung menukul lengan Cheng Xin cepat.

***

Lengit semakin gelap ketika Sua kembalian ke kediamannya. Raut lelah tergambar jelas diwajah kecil gadis itu. Hari ini cafe tempatnya bekerja part time dua kali lebih ramai dari biasa, tak heran jika Sua ingin cepat cepat beristirahat di kasur empulnya.

"Dorr!" kejut seseorang mengagetkan Sua dari balik pagar halaman setinggi perut itu.

"Astaga kau mengejutkan ku," ucap Sua, mengelus dadanya pelan.

"Yak, apa kau lakukan malam malam begini," ketusnya kesal. Melirik seseorang yang tak perna absen menjailinya itu. Siapa lagi kalau bukan Wen Jia.

"Tak ada, aku hanya merindukan mu," ucapnya.

Sua membuang nafas malas. "Hmm lakukan sesuka mu." Dengan acuh gadis itu berjalan memasuki pekarangan rumanya.

"Bukankah kalian hanya berteman," kata Wen Jia. Sua sontak menghentikan langkahnya dibalikan tubuh kecilnya menatap lelaki itu.

"Hmm? Kau berbicara pada ku?"

Dianggukan kepalanya pelan. "Kau, Li Sua dan Jia Qi," jelas Wen Jia.

"Tentu saja, bukanya-"

"Tapi Jia Qi menyatakan perasaannya pada mu." Sontak Sua bungkam. Maniknya tak berani membalas pandangan Wen Jia yang menatapnya lekat.

"Sepertinya kau juga menyukainya," ucap Wen Jia tersenyum hambar. "Lalu bagaimana dengan ku?" gumamnya.

"Bagaimana kalau aku juga menyukai mu." Perlahan Sua mengangkat pandanganya, dilihatnya Wen Jia yang kini menatapnya liri. Entah mengapa hal itu membuat dadanya terasa sesak.

"Lagi lagi aku terjebak di situasi yang sama...," ucapnya diselah selah kekehanya.

"Wen Jia m-maafkan aku."

Flash back

3 days ago...

Lizzy menarik sudut senyumnya memandang langit yang mulai ke-orangesan. Saat ini gadis itu tengah bersandar sambil menatap langit dari rooftop sekolah.

"Apa kau selalu menghabiskan waktu mu disini?" tanyanya. Gadis lain yang sedang sibuk membaca novel bercover kuning mengguk sebagai jawaban.

"Rasanya aku ingin tinggal lebih lama lagi."

"Kau akan pergi?" tanya gadis lain sembari menutup bahan bacaannya.

"Hmm aku harus kembali Kanada," ucapnya tersenyum pada gadis bersurai coklat madu itu.

"Sua, boleh aku minta bantuan mu?"

"Tolong jaga mereka untuk ku. Maatkan aku, Tapi hanya kau yang bisa ku andalkan saat ini," ucap Lizzy. Pandangannya sedikit memohon.

"Hmm akan ku lakukan semampu ku." Sebenarnya gadis itu tak yakin dengan ucapannya sendiri. Namun mau bagaimana lagi Sua tak enak jika menolak.

"Aku tahu aku bisa mengandalkan mu." Lizzy tersenyum puas.

"Tapi..," ucap Sua menatap Lizzy serius. "Apa yang menyebabkan mereka bermusuhan duluh?"

Flash back end.

Tbc.

Tinggal satu chp lagi tamat dan sesuai janji aku namatin nya sebelum bulan januari...so last chp nya aku up entar malam :))

Votmen ;)

Sorrow : SWJ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang