Love With a Pain

3.6K 219 46
                                    

[Warning! Mature content! Adult and saskasme!18+]




























"Lisa lisa lisa lo buru-buru banget sih?" Kulirik nayeon  yang merengut, lalu ia duduk dengan menopang dagunya. "Kok lo pas jam pulang selalu buru-buru? Main sama kita lah, lo kerja part time ya? Dimana? Gue bisa ajakー"

Kututup mulutnya, "Gue nggak kerja part time, cuman ada yang harus gua urus dan itu wajib. Jadi kalian-kalian aja yang main." Selesai mengemas buku dan segala macam, aku memberikan say bye untuk nayeon. Gadis itu malah cemberut dengan sumpah serapah.

Aku punya alasan tersendiri, waktuku bukan hanya untuk bermain. Namun ada kehidupan lain yang harus aku urus, sikecil yang manis. Saat akan menuruni tangga, rose, jennie dan jisoo menyetop dengan keenam tangan mereka.

"Lisa ntar kita kerumah ya?"

"Iya-iya, udah ah gue mau balik. Ella nungguin gue nih, udah telat banget guenya." Kulambaikan tangan, mereka sehabat terbaikku, mengerti aku dan penyemangat. "Ukeh~ ntar mau dibawain apa neng?"

"Apa aja yang penting kalian bayar kalo kerumah gue ya!~" 

"Ah bangsat lo perhitungan jadi temen!"

Aku berhenti melangkah, menatap mereka dari atas. "Ehh sinting! Lu kira makan jaman sekarang murah? Kalian makannya kayak gajah semua sial, udah ah stress gue."

Dan aku bisa mendengar mereka cekikikan dari lantai dua, kunyalakan mobil dan mengendarainya dengan lumayan kencang. Sampai berhenti disebuah sekolah dasar, ia disana. Tersenyum dari duduknya, lalu berlari dan masuk.

"Hallo mama!~ Mama telat jemput ella!~ Ella marah." Setelah mengatakan itu, gadis ini malah berbalik untuk tidak menatapku lagi. Bibirnya terlihat sangat maju untuk ukuran cemberut anak kecil, pipinya yang chubbi membuatnya semakin menggemaskan.

"Yaudah kalo gitu mama nggak jadi beliin ella ice lemon teanya ya?"

Dengan secepat kilat ella berbalik dan memelukku, "Enggak ma, ella nggak marah lagi. Ella sayang banget sama mama, yuk ma kita beli icenya. Ella kangen mama deh." Ucapnya dengan pelukan dan duduk dipangkuanku.

"Bisa aja kalo ada maunya, coba tadi. Ihh marahnya serem." Kuelus rambut kuningnya, mirip denganku, aku akan sangat bersyukur bila ia lahir dariku. Ah aku mulai lagi, kami melanjutkan perjalanan dengan langsung menuju tempat ice favorite ella.

"Mama tadi ada om om yang jenguk ella, terus main sama ellaー"

Aku berhenti mendadak, dan klekson dari belakang mobil terdengar begitu nyaring. "Kamu nggak apa-apa sayang?!"

"Enggak apa-apa ma, mama itu dibelakang merah-marah." Kulirik dari kaca spoin, pria tua yang sedang memaki lewat kaca sampingnya. Ia lewat dengan cepat, lalu mengetuk kaca mobilku setelahnya kembali berlalu. "Astaga sayang~"

Kulajukan kembali sampai mencapai kedai, ella turun dengan semangat, begitu pula denganku yang masih tidak percaya dengan penjelasan el. Kami duduk setelah memesan dua cake vanilla dan dua ice lemon tea. "Jadi kamu main biasa sama om itu? Kamu kenal dia?"

Ella mengeleng, melanjutkan permainan di ponselku. "Tapi ma, dia bilang... kalo dia mau bawa ella."

Kuremas rok bawahku, mengigit bibir bawah kuat sampai ella memberikan ponselku karena sebuah panggilan. "Mama mama~"

Nomor tidak dikenal, tentu saja akan aku reject, tapi belum lama ia kembali menelpon. Kureject kembali dan ia melakukan hal yang sama, sampai aku memutuskan utnuk mengangkatnya. "Aku ingin mengambil anakku kembali."

One Shoot [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang