My Obsesed

1.9K 140 16
                                    

Mungkin jika dikatakan gila aku tidak masalah, karena obsesi hidupku berada terlalu dekat, namun sulit tercapai. Layaknya langit dan bumi. Maka dari itu, aku mengikutinya kemanapun, menjaganya dari apapun, membuatnya tetap aman didunia yang penuh gemerlap bahaya.

"Apa kau akan datang lis?"

Aku meliriknya dengan sebuah teropong, kamera dan stungun serta berberapa alat perlindungan diri. Lalisa, gadis pujaan yang tidak bisa kumiliki, dengan begini kau akan tetap aman. "Em..sebentar, sepertinya ada yang mengikuti. Jangan matikan ponselnya roje~"

Lisa berjalan kearahku, secepat kilat pula aku bersembunyi. Untuk sekarang aku tidak bisa menemuimu lisa, tapi nanti, aku akan selalu bersamamu. "Ugh~sepertinya cuman kucing...kucing yang bersembunyi seperti kelinci. Ah~ aku akan datang roje~"

"Cepatlah lisa, penonton sudah sangat banyak, terlebih menunggumu adalah kesialan."

"Hei~! Jaga bicaramu anak muda, aku ini artis—"

"Ya ya ya, jadi cepatlah datang."

Lisa berbalik, ku ikuti sampai gadis itu naik ke sebuah mobil sport keluaran terbaru dari bmw. Hitam mobilnya begitu kontras dengan kulit putih pucat yang berkilau, "Apa kau mau menitip sesuatu roje?"

"Tidak gadis sialan, cepatlah kemari!"

"Oh oke oke, sans cantik."

Saat ia akan pergi, aku segera menghampiri motor butut hitam, yang mana memang ku sengaja untuk sama dengan lisa. Entah peasaan atau memang lisa menungguku, dia belum pergi saat aku keluar dari gang sempit untuk menyusulnya.

'Lisa lisa lisa'

Dia mulai dengan pelan, mungkin—hanya mungkin dia menyamai kendaranku yang tidak bisa melaju secepat angin. Kami sampai setelah satu jam dua puluh tiga menit dijalan, lisa keluar dengan gaun merah darah yang melilit di bagian atas payudaranya. Berpasang mata menatap lisa takjub, kadang juga yang membuatku naik darah adalah mata yang menyorot penuh nafsu.

Ku parkirkan motor disamping gedung yang selama ini menjadi persinggahanya, tempatnya bersenang-senang sebagai artis terkenal. Bertemu banyak orang yang sederajat, sama berkilaunya, tidak sepertiku yang miskin dan penuh kebusukan dunia.

Sedikit ku intip lisa, dia masih disana. Saat aku akan melepaskan jaket dan menyusulnya, mata kami bertemu. Kilat senyum penuh makna dilontarkannya, sontak aku berbalik untuk melihat siapa yang disapa gadis manisku, tapi nihil tidak ada orang.

Kepalaku menoleh lagi pada lisa, gadis itu mengedipkan satu bola matanya, ah! Jantungku serasa berlomba-lomba keluar dari tempatnya, tapi saat hatiku berkata sign tadi untukku, seseorang pemuda tinggi dengan senyum tipis melintasiku, menyapa lisa yang dihadiahi pelukan erat. 

Genggaman jariku menguat, aku tidak bisa membiarkan siapapun menyentuh lisa. Termasuk dengan pemuda tadi, seenaknya saja dia meremat pantat gadisku yang manis. "Kau sudah lama lisa?"

Lisa menggeleng lemah, berserta tatapan sayu yang menggoda, ah lisa! Kenapa kau harus bertingkah seperti itu! "Tidak, aku baru saja sampai, mau masuk bersama?" Kerlingan gadis itu mmebuatku semakin marah, tapi apa bisa aku datang, lalu menhajar pemuda kurang ajar seperti sehun yang terkenal? Tidak mungkin, aku bisa dipenjara.

"Ide bagus, ayo masuk." Sehun berbisik selagi mereka melangkah, dengan tangan kanannya meremat pinggang lisa. "Kunantikan dirimu baby~" 

"Sehun~"

Ingin sekali ku patahkan tangan nakal itu, menjahit mulut yang kurang ajar berucap tidak pantas, lalu memotongnya untuk dijadikan makanan hewan buas. Ku ikuti mereka sampai masuk kedalam pub, seseorang penjaga menahanku, mereka bilang aku tidak boleh masuk. 

One Shoot [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang