Tuhan...tolong beri aku satu kesempatan untuk membuktikan jika aku mencintainya...
.
.
.
"Pasien sadar! Pasien sadar!"
Ku buka perlahan mataku, sayup-sayup kudengar orang berteriak dan menangis. Aku mencoba menggerakan jari, seseorang menyambutnya. "Aku mencintaimu...aku mencintaimu..."Cahaya lampu yang menyala terang membuatku menutupkan kembali pengelihatan.
"Dokter cepatlah!"
Bisa kurasakan jika tangan halus itu terus mengenggamku, aku merasakan ketenangan. Sampai dimana aku merasa begitu sehat, rasa sakitku bertahun-tahun seperti sirna.
"Aku mencintaimu...lisa..."
Gadis itu malah terisak lebih dalam, aku membentulkan posisi setelah bisa melihat dengan jelas. Semua orang diruangan ini tampak begitu terkejut. "Aku ... hiks, lebih mencintaimu!"
Aku terkekeh dengan lisa yang terus menerus menangis, kutarik tubuhnya. Hangat, seperti dulu, masih seperti dulu. Aku merindukan kehangatan ini, "Dokter! dokー"
"Aku sudah sehat lisa, ayo buat janji kita menjadi kenyataan."
Aku tahu kalau ini terlalu cepat, tapi tuhan hanya memberiku sediit waktu untuk membuktikan semuanya. Maka dari itu, aku tidak ingin menyia-nyiakan segalanya.
"Sudahlah sayang, kita bisa melakukan itu setelah kau sehat."
Aku menatapnya, dokter datang. Tanganku terangkat, menghentikan tindakan dokter. "Aku tidak punya cukup waktu lisa. Aku mencintaimu."
Ia kembali terisak, aku sakit, tapi...ini lah kenyataan. Tuhan belum mengizinkan kita bersama lisa. Kupastikan dikehidupan lain aku akan selalu bersamamu. "Tidak! Tidak! Jangan berbicara omong kosongー"
"Lisa aku mencintaimu..."
Lisa menahan tanganku yang hendak mencabut segala selang yang selama ini menunjang kehidupanku. Kulepaskan jari-jarinya, dan secepat mungkin aku terbebas dari obat yang mengalir.
Lisa menuntunku untuk turun, lalu selanjutnya ia ikut terduduk karena aku berlutut. "Maukah kau menikah denganku lisa?"Lisa menutup mulutnya, air mata tak berhenti untuk mengalir dari pelupuk. "Ya! Ya aku menerimanya one!"
Secercah senyuman kutorehkan padanya, "Ayah...ibu..." Kedua orang tuaku langsung berhambur memeluk dan sebagai lainnya, "Aku akan menikahi lisa..."
Kedua orang tuaku mengangguk cepat, "Iya nak, kau akan menikahi lisa, janjimu untuk lisa akan kau tepati."Ya, janjiku pada lisa. Pada gadis kecil yang tinggal disebelah rumahku, aku akan menepati janjiku lisa.
"Tapi kau harus diperiksa dulu sayang..."
"Aku baik-baik saja lisa" Sebisa mungkin aku menunjukan senyuman, ia kembali terisak. Aku berdiri dengan susah payah, memluknya. "Menikalah dengan ku lisa."
"Aku mau aku mau aku mau!"
"Hehehe"
Ayah menepuk pundakku, "Ayah akan mempersipkan segalanya..." Aku tahu kalau ayah menahan tangis, dan orang-orang di dalam sini. Aku tahu mereka begitu kasian, "Terima kasih ayah."
Lisa memelukku erat, "Maafkan aku lisa...aku terlalu lama disana, aku bahkan hampir lupa jika bukan ada janji yang harus aku tepati."Entah bagian manayang salah, tapi lisa semakin menangis.
"A-apa tuhan tidak bisa...hiks, memberikan dirimu padaku lagi?"
Aku tersenyu sambil mengelus rambutnya, "Semua punya batas waktu, dan aku sudah ditagih. Maaf lisa, aku mungkin akan menyakitimu."Ia mengeleng kuat, "Aku mencintaimu aku mencintaimu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot [On Going]
Short StoryOne shoot all genre. Pair : Lisa with boys-and other people. Genre : All genre, BxG, BxB, GxG, Bisex. Ps : [Do not read if your age is not 17, because this is not just love of girl and boy. Many stories unthinkable u guys under 16, misunderstandings...