Sorry

1.8K 183 9
                                    

[Vote]



Aku lalisa, gadis tunawicara. Aku bisa mendengar kalian, tapi kalian tidak bisa mendengarku. Kalau begitu apa dunia adil? Apa karena aku seorang yang tidak sempurna kalian bebas membenciku? Apa aku sekotor itu? Bisa kalian menyayangiku dengan tulus?"

Ini hari ke 298 kami berpacaran, tebak siapa yang mau berpacaran dengan orang cacat sepertiku? Dia Yuta, Yuta nakamoto. Pria tampan dari kelas unggulan yang mau menerima cintaku. 

Dihari perayaan nanti akan sangat spesial, karena itu juga hari terakhir sekolah. Jangan kaget, karena sekolah ini menerima murid dengan keterbatasan fisik, aku bersyukur karena mereka mau menerimaku. Lalu aku semakin bersyukur karena yuta mau menerima perasaanku.

Dia pemuda baik, keturunan jepang. Berasal dari keluarga berada, sama sepertiku. Tapi dia lebih beruntung karena banyak teman-teman yang mau bersamanya, sedangkan aku harus meneliti yang benar-benar sahabat. 

"Lisa kau mau makan?"

Jennie berdiri didepanku setelah menegur dengan menyentuh pundak, lalu kugerakan kepala dengan anggukan, tanda jika setuju. "Baiklah ayo, rose dan jisoo pasti sudah disana."

Maaf jennie, aku tidak bisa membalas perkataanmu. Hanya anggukan dan sebuah senyuman. "T...r..mhh...ks..h..." Jennie melirikku dari samping, dia tersenyum. "Sama-sama, aku bahagia karena kau bahagia lisa, jangan terus bersedih."

Saat melewati lorong menuju kantin, pembicaraan menyakitkan selalu saja menerpaku. "Wajar mereka berteman dengan lisa, dia anak orang kaya."

"Hanya karena dia kaya, dia bisa sekolah disini."

"Kupikir dia begitu menjijikan"

"Dia membuatku ingin memukul wajahnya"

"Dasar bisu"

Begitulah kira-kira, tapi sudah biasa bagiku. Selama mereka berempat dan yuta terus bersamaku, aku akan selalu bisa menangkis pikiran jahat. "Jangan dihiraukan, kami bersamamu." 

Kami sampai di kantin, sudah ada jisoo dan rose yang menunggu dengan makanan yang dipesan. "Hai lisa" Aku mengangguk, "Lihat betapa menjijikan dia, hanya bisa mengangguk dan tersenyum bodoh hahaha!"

Aku melirik kesamping kiri, tempat dimana para gadis cantik dan populer duduk sambil terus mentertawakan aku. Rose berdiri, menyiram lemon ice pada seseorang berambut coklat tua. "Jika kau merasa sempurna dengan mengatakan itu, maka berkacalah gadis miskin. Kau lebih menjijikan karena berpura-pura kaya."

"Kau!"

"Apa?!"

"Beraninya!"

"Sekali kau menyentuh aku, jisoo, lisa atau jennie... kupastikan usaha bar malam milikmu akan segera hangus. Pergi dari hadapanku sekarang!"

Mungkin inilah yang dimanakan, 100 orang membenci kalian, 1 orang akan selalu mencintai. Terima kasih rose, "Rose duduklah, tidak baik menjadi tontonan orang banyak." Kami duduk setelahnya jennie berdiri kembali.

"Apa yang kalian lihat! Bubar!"

Suasana sudah terkendali, aku melirik sahabatku ini. Menggerakan tangan dengan arti terima kasih, dan aku mencintai kalian. Mereka tersenyun, aku bahagia. "Kau tidak perlu malu lisa, karena kau pantas mendapatkan cinta."

"Kenapa kau harus menjadi baik lis? Kau bisa mengadukan mereka pada paman, dan lihat kakakmu akan menghabisi mereka."

Kugerakan tangan dengan 'Tuhan tidak mengajarkan kejahatan, kita harus menuai kebaikan' Dan mendapat respon yang selalu sama, sebuah putaran mata malas. Lalu sebuah kekehan, "Kau terus saja berbaik hati, kadang aku kesal dengan sifatmu lis. Tapi inilah dia lisa, dia sahabat kami yang paling mulia."

One Shoot [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang