T r u e L o v e
Sudah berapa kali aku berkeliling dikomplek yang sama, lalu beralih pada kompleks selanjutnya.
" Masih jauh ya? Aku capek! Mau makan! "
Aku memang mengatakannya seperti itu, tapi tidak dengan langkahku. Karena aku terus mencari alamat rumah bibi, aku sampai di sini hampir lewat tiga jam. Dengan secarcik kertas yang menjadi petunjuk, melangkah kesana-kemari, bertanya dari toko ke toko.
Sampai aku melihat mbak-mbak kerkaca mata, aku bermaksud bertanya, namun dia mematahkan pertanyaanku. "Maaf, aku—"
"Ahh, aku ada urusan, maaf ya."
Lalu dia berlalu begitu saja, heh dia kira aku pengemis. Aku melirik diri, dari bawah sampai atas. Ada yang salah? Sepertinya tidak, sendal berwarna putih, rok pendek selutut berwarna hitam, kaus oblong putih lengan pendek. Lalu rambut yang aku jalin satu cabang.
Aku kembali menyeret satu koper baju dan perlengkapan, lalu kembali mencari alamat bibi. Aku melirik satu pengunjung yang berfoto dengan kawanannya. Aku memutuskan untuk pergi kearahnya, dan berniat bertanya. "Permisi... aku mau menanyakan alamat..."
Belum selesai aku berbicara, mereka malah pergi. Menatapku dengan heran, tapi satu diantara mereka malah berbalik, meraih tanganku. "Kau keponakan bibi vie kan?" Aku mengangguk, menyerahkan secarcik kertas tersebut pada laki-laki bercostum aneh.
Dia memakai costum aneh yang membuatku sakit mata, "Wah benar, ayo aku antar." Aku mengangguk kembali, mengikutinya dari belakang. "Bisa kau maju? Berjalan disampingku?"
Aku berhenti, menatapnya dengan bodoh. "Huh...?"
"Aku bilang berjalan bersama, bersampingan." Dia menarik tanganku, lalu kami berjalan seperti yang diinginkannya.
"Siapa namamu?"
Aku sebenarnya tidak yakin dengan lelaki ini, bisa saja ia mau menjualku keperdangangan manusia, menjadikan ku penghibur lelaki tua bangkot. "Aku hyo-"
"Namamu lalisa manoban bukan?"
"Heh?"
"Hahaha, kau mau berbohong denganku? Kan sudah aku bilang, aku kenal bibimu. Kita berseberangan rumah, kau ini." Ia mengacak rambutku, aku menepisnya dengan lembut. "Maaf, tapi aku perlu waktu untuk menjalinnya, jangan sesukamu menghancurkan karyaku."
Kemudian ia terkekeh, kembali menarik lenganku. "Aku Kim taehyung."
"Kau punya suara yang seksi, juga hidungmu terlalu mancung."
Taehyung berhenti, menatapku dengan aneh. "A-apa?"
"Kau ini ternyata aneh... sama sepertiku."
Kami saling bertatapan untuk waktu yang cukup lama, sampai ia menarikku kembali untuk berlari. Dan akhirnya kami sampai diblok...
"Hah?! Aku sudah menyusuri blok ini sampai empat kali! Kenapa aku tidak menemukan tempat ini?! Bibi!!!"
Aku berlari, bermaksud untuk segera menemui bibi. Tapi taehyung malah menarik kerah belakang bajuku, otomatis aku mundur, kembali keposisi kesemula. "Kau menjelajahi blok ini sampai empat kali? Dan tidak menemukan kedai bibimu?"
"A-apa? Kedai?" Kulirik tulisan 'Kedai Bibi' kutepuk jidat sebanyak dua kali, lalu berguling disisi taehyung.
"Apa yang kau lakukan lisa?" Ia menatapku dari atas, dan aku menatapnya dari bawah, sungguh bodoh cara ku ini mengekpresikan diri.
"Lisa?!"
Aku segera bangkit, menghampiri bibi. Memeluknya, "Bibi ada orang aneh yang sedari tadi menguntilku." Tanpa aku tahu, taehyung dengan seenaknya menjambak jalinan rambutku. "Heh! Siapa yang kau sebut penguntil hah?! Untung aku mengantarmu kesini, kalau tidak pasti sekarang gadis tengil dan bodoh sepertimu masih tersesat."
KAMU SEDANG MEMBACA
One Shoot [On Going]
Короткий рассказOne shoot all genre. Pair : Lisa with boys-and other people. Genre : All genre, BxG, BxB, GxG, Bisex. Ps : [Do not read if your age is not 17, because this is not just love of girl and boy. Many stories unthinkable u guys under 16, misunderstandings...