D - Sheet 5

114 27 0
                                    

5 November 20XX

Dear Diary,

YASSSS! Aku mau berbagi kebahagiaan sekarang.

Dari tulisanku saja, kalian pasti bisa menebak apa yang terjadi. Ya kan? Iya kan? Aku enggak salah kan?

Jadi intinya, lembar ini bakal full isinya kejadian hari ini. Oke sip.

Jadi pagi, aku berhasil bangun pagi dan membuat sup itu. Untung Changmin enggak tanya macam-macam. Mungkin karena dia masih sungkan dengan diriku? Jadi kalau mau tanya takut kalo malah membawa malu sendiri.

Tanpa banyak tanya, dia berangkat ke sekolah. Tumben sih, pikirku. Mungkin karena ini ulang tahunnya jadi dia berharap aku duluan yang ngucapin? Mungkin ya.

Setelah si Changmin hilang dari pandangan, aku merogoh kolong ranjang dan menepuk-nepuk kotak yang sudah aku siapkan. Mau tau isinya? Harus mau.

Isinya adalah .... Sarung tangan rajut. Tau kok, ga spesial sama sekali. Tapi mau gimana, cuma itu yang bisa aku beri ke dia. Aku juga punya satu lagi untukku.

4 jam berlalu, aku sampai sudah berbaring di atas sofa karena bosan, tapi si Changmin tak juga kembali. Padahal ekstrakulikuler cuma 1,5 jam dan aku yakin dia bakal langsung pulang karena dia itu malesan. Tapi sekarang, dia ga juga kembali.

Sempat terbesit rasa khawatir, tapi kemudian aku sadar masih banyak kemungkinan lain dia belum pulang. Kemudian dengan bodohnya aku baru ingat.

Hari ini ultahnya = banyak hadiah + perayaan = fans-fansnya di sekolah ngasih dia hadiah = dia jadi ga pulang-pulang. Masuk akal kan?

Dan benar, waktu dia pulang, di tangannya sudah penuh dengan kotak-kotak mahal. Canggung, akhirnya kotak hadiahku aku sembunyikan di balik tubuhku. Lalu sambil tersenyum kecil aku melempar kotak hadiahku ke kolong sofa, lanjut dengan basa-basi pura-pura tidak tahu kalau dia ulang tahun. Tak lupa bilang selamat ulang tahun dan selamat karena mendapat banyak hadiah.

Gagal sudah planku. Untuk menghilangkan rasa sedihku, aku mengajak Changmin agar membuka hadiah-hadiahnya. Tapi Changmin malah memandangku dengan tatapan "buat apa?" Dan malah menadahkan tangan padaku, menagih.

Aku bingung. Tapi dia justru,"Dirimu punya hadiah kan? Itu yang di bawah sana." Sambil menunjuk kolong sofa.

Satu detik kemudian aku langsung merasa jadi orang terbodoh sedunia. Masih dengan bodohnya, aku mengambil itu kotak lalu bilang kalau hadiahku bukan apa-apa kalau dibanding dengan yang dia dapat.

Tapi dengan tegas dia berkata, "berharga atau enggaknya yang kita dapat ga cuma diukur lewat harganya aja."

Lalu dia merebut kotakku, membukanya, dan tersenyum. Ia memakai sarung tangan itu, lalu menangkup daguku seraya mengatakan terimakasih. Dan saat itu juga, aku merasa dihargai.

Tak terhitung sudah berapa kali terjadi, namun sekali lagi, aku tetap berterima kasih pada seorang Ji Changmin.

Aku, berharga?
Tertanda,

Cheng Xiao

[1] Dear Diary | Cheng Xiao Q ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang