Iqbaal membuka pintu mobilnya dengan kemeja dan dasinya yang rapi, ia begitu tampan dengan celana jeans hitamnya. Ia melihat para mahasiswa dan mahasiswi tempatnya mengajar menyapanya dengan penuh sopan santun, bahkan beberapa mahasiswi menghampirinya dengan berbagai macam rayuan, entah itu dalam bentuk mata kuliah, bertanya skripsi-yang padahal baru menginjak semester awal- hingga menanyakan mengenai kabar.
Iqbaal merupakan dosen muda yang paling digemari di kampus favorit ini. Ia terkenal akan kejamnya dalam memberi nilai kepada mahasiswanya, disiplin waktu, dan dalam sidang-sidang skripsi.
Kejamnya pun tidak melunturkan rasa suka para mahasiswi itu kepada Iqbaal. Iqbaal menyapa mereka dengan senyuman manisnya.
Orang tua Iqbaal memiliki sebuah perusahaan terbesar di Indonesia, perusahaan orang tua Iqbaal berjalan di bidang pengelolaan sumber daya alam tetapi, Iqbaal tidak ingin memulai itu dari perusahaan orang tuanya, ia ingin dari keringatnya sendiri. Lagi pula, ia memiliki saham di kampus yang menjadi tempat ia mengajar.
"Pak Iqbaal," sapa mahasiswa yang tengah memakai almamater khas kampus ini. Iqbaal menyambut salam dari mahasiswa itu.
"Sekarang penyambutan mahasiswa barunya, Gif?" tanya Iqbaal kepada mahasiswa yang menyalimnya tadi.
"Iya, Pak. Ini juga baru hari pertama mereka. Kayanya ada calon-calon di spam lagi nomor Whatsapp-nya nih," gurau Gifari dengan cekikikan kecilnya.
Iqbaal menepuk bahu Gifari dengan lembut,"hati-hati, Gif, absen kamu, saya silang."
Dan kemudian Gifari menatap dosennya dengan tidak ramah. "Bapak mah gitu, ngancamnya ke absen."
"Dosen bebas dong," balas Iqbaal dengan tawa kecilnya.
Gifari pun menganggukkan kepalanya sembari tersenyum."Boleh, lah."
Iqbaal melihat jam di pergelangan tangannya,"kata penyambutan saya di jam berapa, Gif?" tanya Iqbaal memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya setelah melihat jam.
"Sekitar 5 menit lagi, Pak. Bapak bisa duduk dulu di bangku dekat dosen-dosen lainnya," jawab Gifari dengan sopan.
Iqbaal menganggukkan kepalanya pelan. "Baik, silahkan lanjutkan kegiatan kamu," ucap Iqbaal dengan suara beratnya.
"Permisi, Pak." Gifari pun kembali menyalami Iqbaal kemudian pergi mendekati mahasiswa-mahasiswi baru itu.
Iqbaal berjalan menuju tempat khusus untuk dosen-dosen sembari ia berjalan, ia melihat beberapa dosen di tempat duduknya mengundangnya untuk duduk di sana. Iqbaal menyunggingkan senyumannya, lalu sedikit berlari menuju tempat duduk dosen itu.
Namun, langkah kakinya terhenti saat mendengar sebuah lagu terputar begitu keras, Iqbaal mengernyitkan dahinya saat semuanya terdiam, bahkan pembawa acaranya pun diam karena bingung.
Iqbaal mendengar teriakan para mahasiswa saat melihat seorang gadis berdiri dan menari di barisannya. Gadis itu terlihat lihai dengan tariannya, ia begitu menunjukkan tarian sedikit sensualnya di hadapan para senior dan teman seangkatannya.
Gadis itu mulai meninggalkan barisannya dan berjalan menuju pentas. Iqbaal menyunggingkan senyumannya saat gadis itu menari layaknya ia pemilik pentas itu, lalu mulai beberapa temannya muncul dan menunjukkan tarian yang serupa dengan gadis itu.
Semua mahasiswa berteriak heboh dengan tarian itu, dan tepuk tangan meriah penonton lainnya.
"Ternyata ini adalah penampilan dance dari adik kita, mahasiswa fakultas Kesenian. Beri tepuk tangan yang meriah untuk mereka," jelas pembawa acara itu beriiringan dengan suara musik tarian itu.
Iqbaal membalikkan badannya sembari berjalan menuju tempat duduk dosen itu, ia akan selalu mengingat wajah gadis cantik itu.
**
"Ciee... makin banyak yang minta nomor hp lo. Lo tau nggak sih yang namanya bang Andrian? Dia kemarin ngechat gue, gue kira mau pedekate sama gue, eh nyatanya..dia mau minta nomor hp (Namakamu). Bangsat, kan?"
(Namakamu) yang mendengar coletahan temannya hanya bisa memutar kedua bola matanya dengan malas,"hp gue perlu di install gara-gara kotak pesan-pesan gue pada penuh dengan 'hai' nya mereka. Malesin tau! Iya, kalau misalnya mereka mau bayarin," balas (Namakamu) sembari memperlihatkan ponselnya kepada temannya.
Gita –teman (Namakamu)- pun tertawa mendengar keluhan temannya ini. Ya, bagaimana (Namakamu) tidak banyak penggemar, ia merupakan junior yang pada saat penyambutan mahasiswa dan mahasiswi baru itu menari di depan khalayak ramai. Dia merupakan junior cantik yang diminta tolongkan oleh seniornya untuk menari sebagai perwakilan dari fakultasnya juga.
Kini, ia pun diserang banyak pesan-pesan dari mahasiswa yang ingin mendekatinya.
(Namakamu) menghela napasnya saat ponselnya berkedip-kedip dan bergetar tanpa henti, ini yang membuatnya malas untuk menghidupkan ponselnya.
"Lo pada tahu kan pak Iqbaal?"
"Dosen yang megang mata kuliah Harmoni itu, ya?"
"Yap! Dia itu dosen yang paling dihindari banget. Susah pokoknya kalau dapat nilai B sama dia."
"Lah? Bukannya semester ini kita ketemu dia, ya?"
"Iya."
Gita menatap (Namakamu) dengan tatapan 'betulkan, gue bilang apa!'
(Namakamu) mendekati dirinya dengan Gita,"terus kakak lo gimana perbaiki nilainya?" bisik (Namakamu) kepada Gita.
"Dia perbaiki di semester 7, jadi dia lulus nggak tepat waktu."
(Namakamu) tiba-tiba melemaskan bahunya, ia ingin tamat tepat waktu. "Gimana nih?" tanya (Namakamu) dengan rasa takutnya.
Gita menepuk bahu (Namakamu) dengan pelan,"godain dia aja. Mana tahu, dia mau naiki nilai lo tanpa susah payah. Ya, nggak?" bisik Gita sembari menaik turunkan alis matanya.
(Namakamu) merasakan ada perdebatan di dalam dirinya. Hatinya menolak, tetapi pikirannya menyatakan iya.
(Namakamu) menatap Gita dengan ragu,"memang gue bisa?"
**
Bersambung
P.s : Lanjut malam ini yuk! Spam!