Iqbaal melihat jam di pergelangan tangannya, ia hendak menghadiri kelas semester 5, janji ujian praktek mereka. Iqbaal dengan segera mengambil ponselnya, dan beberapa buku untuk keperluannya di dalam kelas.
Lalu, ia berjalan ke luar dari ruangannya. Ia tersenyum saat beberapa mahasiswa menyapa dirinya, ia berjalan dengan santainya dan ia tak luput dari incaran mahasiswinya yang menatap ketampanan Iqbaal.
Iqbaal memang tampan, benar-benar tampan.
"Pak Iqbaal."
Iqbaal yang mendengar namanya dipanggil pun sedikit memelankan langkah kakinya, ia membalikkan tubuhnya untuk melihat siapa memanggil dirinya.
Iqbaal menatap gadis itu, mahasiswi yang membuatnya tersenyum karena keberaniannya waktu itu.
"Pak, maaf mengganggu waktunya. Saya ketua tingkat dari kelas 1 A, saya mau minta tanda tangan bapak untuk surat kontrak perkuliahan kita," ucap mahasiswi itu dengan sedikit bernapas terburu-buru.
Iqbaal melihat kedua pipi gadis itu memerah, gadis itu terlihat mengejar dirinya sejak tadi. "Kenapa tidak nanti? Saya kan masuk ke kelas kamu," balas Iqbaal dengan suara beratnya sembari menatap mahasiswi itu dengan senyuman yang disembunyikannya.
Gadis itu sedikit menundukkan kepalanya, "karena kemarin Bu Riri butuh cepat pemindahan jadwal, jadi Bapak dipindahkan jadi hari Kamis, hari ini kami full dengan mata kuliah hari Rabu, Pak," jelas gadis itu dengan sopannya.
Iqbaal menganggukkan kepalanya dengan pelan sembari menatap gadis itu.
"Siapa nama kamu?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya.
"(Namakamu) Anabella, Pak."
Iqbaal akhirnya menunjukkan senyuman kecilnya kepada (Namakamu),"saya akan ingat itu."
**
"Nama saya, Mifan Ghandi. Saya berasal dari Jawa Barat, di Jakarta, saya tinggal bersama Tante saya, umur saya 19 tahun, dan alasan saya memasuki jurusan ini untuk dapat menyalurkan hobi saya juga, Pak."
Iqbaal menganggukkan kepalanya, lalu ia melihat nama selanjutnya seketika ia berdiri dari duduknya sembari membawa buku absen itu. "(Namakamu) Anabella."
Semua mengalihkan pandangannya kepada (Namakamu) yang ada di belakang, (Namakamu) berdiri dari duduknya.
"Perkenalkan, nama saya, (Namakamu) Anabella, saya asli bertempat tinggal di Jakarta, saya tinggal bersama kedua orang tua saya, dan alasan saya memasuki jurusan ini, saya ingin mengembangkan seni yang ada di Indonesia ini. Terima kasih," jelas (Namakamu) dengan pelan.
"Siapa yang suruh kamu duduk?" ucap Iqbaal dengan lantang.
(Namakamu) berdiri kembali saat ia ditegur oleh Iqbaal, ia juga menepuk lengan sahabatnya yang tertawa mengejeknya.
"Maaf,Pak," balas (Namakamu) dengan pelan.
Iqbaal meletakkan buku absen itu di atas meja, lalu ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya kemudian menyandarkan tubuhnya di meja itu. Tatapannya mengarah penuh kepada (Namakamu).
"Berapa nomor hp kamu?" tanya Iqbaal dengan tatapannya penuh kepada (Namakamu).
"Cieee...." Terdengar suara sorakan dari teman-teman (Namakamu).
Iqbaal tersenyum kecil saat melihat kedua pipi (Namakamu) memerah.
"Saya tidak punya hp, Pak," ucap (Namakamu) dengan pelan.
"Yahh.. pak Iqbaal ditolak."
"Cinta bertepuk sebelah tangan, yang lain pada tepuk tangan."
"(Namakamu) maunya sama saya, Pak."
Iqbaal melihat (Namakamu) memukul lengan sahabatnya, ia merasa lucu dengan perlakuan gadis itu. "Lalu, bagaimana kamu bisa menghubungi saya kalau ada kelas?"
"Waduh!"
"Sa ae si Bapak."
"Untung dosen."
"Dosen dan keteorian ilmiahnya terlalu fakta."
"Lah? Ngakak gue... gak jelas banget sih."
(Namakamu) menatap Iqbaal, Iqbaal sedikit memiringkan kepalanya. "Pakai hp teman, Pak."
Iqbaal tertawa kecil mendengar sorakan teman-teman (Namakamu), ia baru kali ini menikmati sebuah perkenalan antar muridnya.
"Tapi, bagaimana jika saya ingin menanyakan kabar kamu?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya.
"SI BAPAK NGEGAS, EUY!"
"Kalah telak gue."
"Terima ..terima..terima.."
"Ntar gue bikin cerita 'Cintaku ditakdirkan bersama dosen.'.
"Nice.."
Iqbaal melihat (Namakamu) tersenyum.
"Bapak jadi pacar saya dulu, baru saya mau kasih." (Namakamu) mengungkapkannya dengan tawanya.
"SI MBAKNYA YANG NGEGAS!"
"CIEEE.."
Iqbaal menatap (Namakamu) dengan rasa detakkan jantungnya yang kuat,"saya mau kalau langsung menikah."
Seketika kelas hening.
**
Bersambung