Salsha menata perkebunannya yang selama ini ia rawat sendiri, ia merasa puas dengan hasil dari tangannya. Matahari pagi begitu baik untuk kebunnya. Salsha pun mulai menyirami tanamannya dengan riang hati. Ini adalah hobinya ketika sedang suntuk di dalam rumah.
"Demi apa, lo banyak koleksi, ya."
Salsha tersenyum melihat (Namakamu) di sekitarnya. "Belum lengkap, mau cari yang lain lagi. Biar makin bagus koleksi kebun gue," balas Salsha dengan santai.
(Namakamu) menatap Salsha dengan rasa sedihnya, wanita cantik itu terlihat bahagia dengan tanamannya. Kapan dia bisa bahagia untuk selamanya? (Namakamu) merasa ingin membuat Salsha bahagia seperti ini.
"Lo mau ke galeri?" tanya Salsha dengan matanya fokus ke arah kebunnya.
(Namakamu) pun menganggukkan kepalanya, "mau ikut?" tawar (Namakamu) dengan lembut.
Salsha mengangguk cepat, "gue mau lihat-lihat karya lo semua," balas Salsha senang.
(Namakamu) tersenyum,"ya sudah, lo siap-siap, gue tunggu di luar."
Salsha pun segera mematikan keran air itu, dan sedikit berlari menuju rumah. (Namakamu) menghela napasnya pelan, ia tersadar bahwa Salsha tertekan di dalam keluarga ini. Suaminya tidak membela, mertuanya yang licik dan egois, dan kini kehadiran dirinya yang semakin membuatnya tidak ada di posisi seharusnya.
(Namakamu) menatap cincin yang melingkar di jarinya, ia harus memperjuangkan kebahagiaan Salsha.
"Kenapa kamu sendiri di sini?"
(Namakamu) mengangkat kepalanya dengan cepat, lalu sedikit terkejut melihat Iqbaal berada tidak jauh darinya. Iqbaal dengan pakaian kerjanya itu menghampiri (Namakamu).
"Aku nunggu Salsha, kami mau ke galeri," balas (Namakamu) dengan singkat.
Iqbaal mengernyitkan dahinya, "kamu nggak ada izin sama abang, kan?"
(Namakamu) membasahi bibir bawahnya dengan tatapan ke arah Iqbaal. "Aku bosan di rumah terus, Salsha juga pasti bosan di rumah terus, kami mau jalan-jalan, kami mau melihat sesuatu yang berwarna. Kalau kamu nggak percaya, ikuti kami dari belakang," jawab (Namakamu) dengan tegas.
Iqbaal memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, ia sedikit tersenyum saat (Namakamu) terdengar menentangnya. "Butuh uang?" tawar Iqbaal dengan suara beratnya.
"Nggak, udah punya."
"Nanti kabari."
"Kalau ingat."
"(Namakamu)!"
"Apa sih, Bang! Lagian pergi sama supir juga."
Iqbaal berdecak kecil, ini akan jadi perkelahian panjang kalau ia tidak mengalah."Coba sekali aja kamu jawab iya, ujung-ujungnya kita nggak akan kelahi kaya gini, (Namakamu)."
(Namakamu) mendelik tajam ke arah Iqbaal, Iqbaal tertawa saat (Namakamu) menatapnya seperti itu. (Namakamu) seperti anak kecil yang melihat mainannya diambil oleh anak kecil lain.
"Udah sana! Aku nunggu Salsha," usir (Namakamu) dengan kesal.
"Salsha istri abang, abang juga nunggu dia minta izin ke abang," balas Iqbaal dengan suaranya yang berat.
Sedikit tidak rela saat Iqbaal menyebut wanita lain dengan kata istrinya, tapi ia singkirkan rasa itu.
Salsha akhirnya datang dengan style-nya yang begitu feminim, ia cantik seperti anak gadis.
"Baal, sejak kapan di sini?"tanya Salsha dengan senyumannya.
Iqbaal berdehem pelan, lalu menatap Salsha, "baru saja. Kamu mau pergi?" ucap Iqbaal.
Salsha menganggukkan kepalanya, "aku mau ke galeri (Namakamu), aku bosan di sini terus. Sekali-kali pergi melihat karya (Namakamu). Boleh, kan?" balas Salsha dengan lembut. Berbeda dengan (Namakamu) tadi, yang harus diiyakan izinnya.
Iqbaal menganggukkan kepalanya, "hati-hati."
(Namakamu) tersenyum melihat Salsha yang bahagia, ia tidak ingin menghancurkan rasa bahagianya hari ini.
"Ayo, Sal! Nanti gue mau ajak lo ke tempat makan siang yang enak sama toko bibit bunga yang lengkap," ucap (Namakamu) dengan semangat.
Salsha pun mengangguk senang, "kalau gitu kami pergi dulu, ya, Baal." Salsha pun menyalim Iqbaal.
Iqbaal menatap (Namakamu) yang tidak mau menatapnya.
"Ya, kami pergi," ikut (Namakamu) dengan tidak peduli.
Iqbaal menggelengkan kepalanya dengan tidak mengerti lagi. Ia melihat (Namakamu) dan Salsha berjalan menuju mobil yang telah disediakan.
"Dia tidak berubah sama sekali."
**
Bersambung
Sedikit ya? Ga apa-apa ya, biar Minrik bisa susun dulu ceritanya gimana.