"Baal, kamu ken—"
Iqbaal melemparkan testpack itu ke hadapan mamanya dengan keadaan yang berantakan. Mama Iqbaal yang tengah santai di ruang tamu terlihat terkejut dengan penampilan anaknya, dan benda yang baru diberi oleh anaknya ini.
"Itu punya siapa?" tanya mama Iqbaal dengan bingung.
"Itu punya istriku. Punya (Namakamu)ku." Iqbaal mengepalkan tangannya, ia menatap mamanya dengan kedua matanya yang memerah. "Dia hamil anakku, dia mengandung anakku."
Mama Iqbaal kembali membaca majalahnya lagi dengan santai, "itu bisa jadi bukan anak kamu, Baal. Dia itu bisa sudah hamil lama, dan anak itu anak orang lain. Jangan tertipu, Nak."
Iqbaal menjatuhkan airmatanya, ia semakin mengeraskan kepalan tangannya saat mendengar ucapan mamanya. "Itu cucu yang mama ingin-inginkan, dan mama anggap itu anak orang lain?" tanya Iqbaal dengan tidak mengerti.
Mamanya menatap Iqbaal dengan serius, "Baal, kamu itu jangan bodoh! Kamu lihat, kan? Dia pergi tinggalkan kamu, dia kirim gugatan cerai ke kamu. Itu tandanya apa? Itu tandanya dia hamilin anak orang lain. Mana mau mama cucu orang lain!"
Iqbaal mengernyitkan dahinya. "Dari mana mama tahu kalau (Namakamu) pergi? Dan dari mana mama tahu kalau itu surat gugatan cerai?"
Mama Iqbaal berdehem pelan, ia berpura-pura kembali membaca majalah."Mama tahu tipe—"
PRANG!
Mama Iqbaal seketika berdiri dari duduknya, ia terkejut mendengar lemparan vas bunga kaca itu ke dinding.
"IQBAAL! APA MAKSUD KAMU?!" bentak Mama Iqbaal.
Iqbaal menatap mamanya dengan airmatanya yang kembali jatuh. "SAMPAI SEJAUH MANA LAGI MAMA HANCURKAN HIDUP AKU?! SAMPAI MANA LAGI AKU DIJADIKAN BONEKA DI RUMAH INI, MA?! SAMPAI KAPAN?!" teriak Iqbaal dengan tangisannya.
"AKU HANYA MAU (NAMAKAMU) DI SISI AKU, AKU HANYA MAU DIA, MA! KENAPA ITU MENJADI SUSAH UNTUK AKU BAHAGIA?! AKU NGGAK MINTA WARISAN! AKU NGGAK MINTA KEKUASAAN! AKU HANYA MAU WANITA YANG AKU CINTA! HANYA ITU! TAPI KENAPA ITU BUAT AKU MENDERITA! KENAPA, MAMA?!" teriak Iqbaal dengan tangisannya yang menjadi-jadi.
Iqbaal meninju dinding rumahnya dengan sangat kuat, ia membuat tangannya berdarah-darah.
"IQBAAL, JANGAN, NAK!" teriak mamanya dengan kuat.
"KEMBALIKAN (NAMAKAMU)KU! KEMBALIKAAAANNN!" teriak Iqbaal dengan kuat.
Iqbaal meninju dinding itu lagi dengan sangat kuat. Dan darahnya mengalir semakin banyak.
"AKU MAU DIA!"
Mama Iqbaal menarik paksa Iqbaal dengan tangisannya, "jangan, Baal. Udah, Nak.. udah.." ucap mama Iqbaal dengan tangisan ketakutannya.
Iqbaal menjatuhkan dirinya dengan darah yang menetes dari kepalan tangannya, ia menatap mamanya yang berdiri tegak. "Dia mengandung anakku, dia istriku, dia asaku, aku bahagia karena dia, tapi...tapi kenapa mama jahat ke dalam kehidupanku, Ma," isak Iqbaal dengan tidak sanggup lagi.
Mamanya melihat anaknya sudah berantakkan sekali. Iqbaal mencoba berdiri, tetapi ia jatuh lagi.
Ia melihat anaknya untuk berdiri, ia membantunya, tetapi langsung ditolak oleh Iqbaal. "Aku bisa sendiri," tolak Iqbaal dengan airmatanya yang tidak henti-hentinya jatuh.
"Nak.." Mamanya kembali membantu Iqbaal.
"AKU BISA SENDIRI! AKU BILANG AKU BISA SENDIRI! JANGAN PEGANG AKU LAGI!" teriak Iqbaal dengan kuat.
Iqbaal bangun dengan sempoyongan, "dia pasti menderita karena ak-aku.." bisik Iqbaal dengan isak tangisnya.
Ia berjalan dengan sempoyongan, ia membiarkan darahnya menetes begitu saja. "Sayang.. tunggu, abang.." isak Iqbaal dengan begitu sakitnya.
**
(Namakamu) menghela napasnya dengan pelan, ini adalah keputusannya. Ia berubah pikiran, Andi membuat pikirannya kembali terbuka.
"Sebenarnya, Bu. Ini waktu yang tepat untuk ibu membalas dendam. Ibu lawan mertua Ibu, ibu tunjukkan bahwa ibu pantas untuk pak Iqbaal. Lagi pula, anak yang ibu kandung sekarang akan lebih menderita karena ayahnya yang tidak mengetahui keberadaannya."
(Namakamu) mengusap perutnya dengan lembut, "maafin, Mama. Kita tidak akan pisah dari Papa. Papa harus tahu keberadaan kamu, sayang."
Andi tersenyum saat dirinya dapat membuat (Namakamu) menjadi tetap di Indonesia. "Antar saya ke rumah mertua saya, Andi."
"Baik, Bu."
'Ya, asanya yang akan melindunginya sekarang.'
**
Mama Iqbaal dengan gelisah menelpon suaminya.
"kenapa, Ma? Papa lagi sibuk."
"Pa, Iqbaal ngamuk, Pa. Mama takut," sahut Mama Iqbaal dengan takut.
"Ada apa memangnya, Ma?"
"(Namakamu) gugat cerai Iqbaal, dan (Namakamu) pergi tinggalkan Iqbaal, Pa."
"Ya sudah, Mama tenang dulu. Papa akan pulang."
Mama Iqbaal pun menutup panggilan itu, ia semakin gelisah. Ia harus mencari keberadaan (Namakamu), ia harus mendapatkan (Namakamu). Ia pun mulai menelpon orang-orangnya.
Namun, ia hentikan. Ia melihat wanita yang ia cari muncul memasuki rumahnya. (Namakamu) masuk ke rumahnya bersama seorang laki-laki.
"(Namakamu)." Mama Iqbaal menatap (Namakamu) yang berdiri di sana dengan tatapan dingin ke arahnya.
"Di mana, Salsha? Saya mau bertemu dengannya," ucap (Namakamu) dengan tatapan dinginnya.
"Itu tidak perlu! Salsha tidak penting! Yang penting adalah anakku! Gara-gara kau! Anakku jadi menderita! Dia terluka karena kau! Dia menganggap anak yang dikandunganmu itu adalah anaknya, padahal aku tahu, itu anak dari laki-laki lain! Kau pelacur!" bentak mama Iqbaal dengan kasar.
(Namakamu) mendengar itu seketika berjalan ke arah mertuanya itu. Dengan amarah yang menggebu-gebu, ia layangkan tangannya ke arah pipi mertuanya itu.
PLAK!
(Namakamu) menampar pipi mertuanya dengan keras. "KALAU KAU TIDAK MENGGAP DIA CUCU! JANGAN HINA DIA DENGAN HAL YANG TIDAK BENAR!" teriak (Namakamu) dengan kuat.
PLAK!
(Namakamu) kembali menampar mertuanya dengan kuat, bahkan sampai terjatuh. "ITU UNTUK GITA, SAHABATKU! DIA BUNUH DIRI KARENA KEEGOISANMU! KENAPA HARUS DIA YANG KAU INCAR?! DI MANA AKAL SEHATMU?!" bentak (Namakamu) dengan amarahnya.
Andi segera menahan (Namakamu) yang hendak melakukan tamparan untuk mertuanya itu. "Sudah, Bu. Sudah."
(Namakamu) mengusap airmatanya, ia mengeluarkan semua rasa amarah yang ia pendam selama bertahun-tahun. "Dan sekarang, kau mau mengambil kebahagiaan sahabatku, Salsha! Apa hidupmu selalu mengusik kebahagian orang? Apa yang kau incar sebenarnya?! Ha?! Kau akan mati dengan penuh derita jika kau menghancurkan kebahagiaan anakmu sendiri!" (Namakamu) merasakan sakit hatinya selama ini. "Aku berjuang sampai dititik ini karena aku mau kau menjilat ludahmu sendiri! AKU MAU KAU GANTIKAN SAHABATKU, GITA!!" teriak (Namakamu) dengan tangisan amarahnya.
Tangisan (Namakamu) yang sangat menyayat hati pun terhenti, Andi dengan sigap menangkap tubuh (Namakamu) yang tidak sadarkan diri. (Namakamu) pingsan karena emosinya.
"Bu.."
Mama Iqbaal melihat (Namakamu) sudah terkapar lemas di dalam gendongan itu. Ia terdiam, ia terpaku, dan rasa perih di pipinya.
Andi menggendong (Namakamu), ia membawa (Namakamu) ke rumah sakit.
**
Bersambung
p.s : Luar biasa ya kalian. Segitu dendamnya sama mama Iqbaal. Sampai komentar pun penuh! Hebat! Luar biasa! Kumpulan dosa-dosanya banyakkan di kolom komentar.
Oke deh, kali ini syaratnya minimal 59. Yok!