11

3.6K 547 71
                                    

Ini adalah hari Senin, berarti 4 hari ke depan adalah jatah Salsha bersama Iqbaal. Berdua di rumah mereka yang menjadi tempat mereka tinggal bersama. Tanpa ada Mertuanya dan (Namakamu).

Salsha melihat suaminya tengah membuka bajunya untuk menggantinya menjadi baju tidur."Kamu sudah minum vitamin, Baal?" tanya Salsha dengan lembut.

Iqbaal hanya menganggukkan kepalanya sembari melepaskan kemejanya. Salsha seketika mengambil kemeja kerja Iqbaal yang sudah dilepas itu, lalu ia meletakkannya ke keranjang pakaian kotor.

"Baal, boleh aku minta sesuatu sama kamu?" tanya Salsha dengan posisi kini duduk di pinggir ranjang kamar.

"Apa?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya.

"Biarkan (Namakamu) di sini, tetapi kita tetap tidur berdua sampai jadwal aku habis. Ketika kamu bekerja, aku merasa sepi di sini. Boleh?" ucap Salsha sembari menatap Iqbaal.

Iqbaal telah selesai mengancingi piyama tidurnya, lalu membalikkan tubuhnya menatap Salsha. "Saya ingin dia di sana untuk lebih mengenal Mama, lagi pula penjagaan di sana lebih ketat. Jika kamu merasa kesepian, kamu bisa bermain ke rumah Mama."

Salsha menghela napasnya pelan, " dan kenapa (Namakamu) harus dijaga? Apa yang sebenarnya yang terjadi antara kalian berdua?" tanya Salsha dengan pelan.

Iqbaal mendengar itu, ia jelas mendengar itu. Ia melihat Salsha yang menundukkan kepalanya menatap kedua kakinya yang menginjak karpet kamar ini.

"Tidurlah. Saya lelah akibat jadwal padat di kampus tadi." Iqbaal menempati janjinya, ia tidak akan memberi tahu Salsha mengenai masa lalu dirinya dan (Namakamu).

Salsha untuk pertama kali menerima perlakuan manis dari suaminya, ia membiarkan Iqbaal mulai membaringkan tubuhnya di kasur itu.

"Selamat tidur, Iqbaal."

Iqbaal hanya memejamkan matanya tanpa membalas.

**

(Namakamu) terbangun dari tidurnya, ia tersenyum saat merasakan tidurnya nyenyak. Ia merenggangkan ototnya, lalu mulai menguap kecil. Ia kembali tersenyum.

"What should I do today?" (Namakamu) mulai menuruni tempat tidur Iqbaal, ia mengambil remot tv di kamar ini, lalu mulai menyalakan tv.

"Nonton drakor sampai malam kayanya seru," gumam (Namakamu) sembari mencari drama korea yang tayang atau ditayangkan kembali. Setelah mendapatkannya, ia dengan semangat kembali membaringkan badannya dengan posisi telungkup. Ia menggoyangkan kedua kakinya dengan lucu sembari ia tersenyum menatap drama di tv mewah ini.

"Harusnya ada Salsha nih, pasti seru waktu adegan ciuman." (Namakamu) membesarkan volume tv tersebut.

"Chan Eun Woo, mengapa kau ganteng sekali, Nak?"

(Namakamu) memeluk gulingnya yang menjadi bantalnya.

**

(Namakamu) melihat jam dinding sudah menunjukkan angka 1, berarti ini sudah siang. Ia masih asyik menonton drama korea tersebut, takut ketinggalan setiap adegan.

DRT

DRT

DRT

(Namakamu) segera mengangkat panggilan tersebut, namun matanya tetap memandang Tv.

"Ya," sahut (Namakamu) dengan tatapannya masih menonton.

"Bu, lukisan-lukisannya sudah tertata rapi, Bu. Kapan bisa ibu mengeceknya?" tanya penelpon di ujung sana.

(Namakamu) sebentar lagi akan menyelenggarakan pameran karya seninya dibidang melukis. Jadi, untuk waktu yang dekat, dia harus sering pergi untuk mengecek lukisan tersebut. Tetapi yang sekarang menjadi kendalanya adalah izin keluar dari pintu utama itu sangat rumit.

"Saya akan mengkonfirmasi kapan saya bisa mengeceknya, nanti jika saya tidak sempat ke sana, saya akan menghubungi melalui dari video call."

"Baik, Bu."

(Namakamu) segera mematikan panggilan tersebut, ia berdecak kecil saat banyak pemberitahuan e-mail di layar ponselnya. "Malas banget gue kerja," rengek (Namakamu) yang dengan malas mengecek e-mail itu satu per satu.

**

Dan hari pun begitu cepat berlalu, hingga saat ini (Namakamu) mulai menghabiskan waktu dua harinya bersama Iqbaal. Bukan di rumah mertuanya, melainkan di rumah Iqbaal dan Salsha.

(Namakamu) baru saja menyiapkan sarapan untuk Iqbaal, ia juga mendapatkan pesan dari Salsha untuk selalu mempersiapkan vitamin kepada Iqbaal. (Namakamu) segera berjalan menuju kamar tidur.

Ia dengan cepat membuka pintu kamar itu, dan melihat Iqbaal masih tidur dengan piyama tidurnya. (Namakamu) melirik tv yang hidup, saluran khusus untuk berita dunia.

"Baal, bangun.." (Namakamu) mengambil remot tv dengan cepat, ia segera mencari saluran tv drama korea. Setelah mendapatkan saluran tersebut membuat (Namakamu) mengambil posisi duduk di tempat tidur tersebut.

Iqbaal membuka kedua matanya perlahan-lahan, dan dia melihat gadis itu duduk di atas ranjang dengan celemek yang belum dibuka. Ia melihat gadis itu fokus dengan tontonannya. Iqbaal sebenarnya 10 menit yang lalu sudah bangun, ia menghidupkan tv kemudian kembali tidur.

"Baal, bangun. Itu, sarapannya udah siap, vitaminnya udah siap. Tinggal makan sama minum doang," gumam (Namakamu) dengan tatapannya ke arah tv.

Iqbaal segera merubah posisi tidurnya menjadi posisi duduk, ia bersandar pada kepala ranjang dan melihat acara beritanya sudah diganti menjadi acara tidak jelas.

"Kenapa diganti?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) melirik Iqbaal yang berada di belakangnya. "Kamu nggak nonton, jadi aku yang nonton," jawab (Namakamu) yang kembali nonton.

Iqbaal memberantaki rambutnya yang lebat itu, lalu mengambil ponselnya untuk memeriksa sesuatu.

"Sudah sarapan, (Namakamu)?" tanya Iqbaal yang fokus kepada ponselnya.

(Namakamu) tidak menjawabnya, ia bahkan untuk menggerakkan mulutnya saja malas. Ia sedang menonton drama korea kesukaannya, jadi lebih baik diam.

"(Namakamu)," panggil Iqbaal kembali dengan suara beratnya.

"Apa, sih?" dan pada akhirnya, (Namakamu) menjawabnya dengan kesal.

Iqbaal menatap (Namakamu), "makan," ucap Iqbaal kepada (Namakamu).

"Bentar lagi."

"Aku mau kamu makan sekarang, (Namakamu). Setidaknya ada yang terisi untuk perut kamu," balas Iqbaal dengan tatapannya masih ke arah (Namakamu).

"Aku udah siapkan sarapan, sana makan aja dulu! Nanti kalau lapar aku keluar," jawab (Namakamu) dengan tatapan masih fokus pada layar tv itu.

Iqbaal dengan cepat mengambil remot dari tangan (Namakamu), setelah itu, ia segera mematikan tv itu. (Namakamu) terkejut dan menatap Iqbaal dengan tidak suka.

"Kenapa dimatikan?!" tanya (Namakamu) dengan kesal.

"Kalau suami bilang makan, kamu harus makan." Iqbaal dengan tegas mengatakan itu.

(Namakamu) dengan kesal turun dari tempat tidurnya, ia keluar dari kamar itu. Iqbaal menggelengkan kepalanya pelan, lalu ikut turun dari tempat tidur menyusul (Namakamu).

"Masih susah juga disuruh makan, sama sekali belum berubah," ucap Iqbaal dengan suara beratnya.

**

Bersambung

Komentar minimal 32

ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang