9

3.3K 520 85
                                    

Salsha tersenyum melihat Iqbaal sudah turun dari kamarnya, ia sudah berpakaian rapi. Dan ia juga tersenyum melihat sahabatnya turun dengan rambut belum ia rapikan, baju kemarin serta wajahnya yang sedikit ditekuk kesal.

"Ayo, makan, Baal," ajak Salsha yang terlihat seperti seorang istri yang bertanggung jawab.

Iqbaal mengambil posisi duduk di tempat duduk utama. Salsha mengambil piring Iqbaal, lalu meletakkannya tepat di hadapan Iqbaal, kemudian ia memberikan roti selai yang sudah di panggangnya ke piring Iqbaal.

(Namakamu) tidak bergabung di meja makan, ia tidak terbiasa sarapan pagi. Ia membuka pintu kulkas yang besar itu, lalu mulai mencari buah.

"(Namakamu), gue udah kupasin buah untuk lo," ucap Salsha seketika saat melihat (Namakamu) telah mencari buah seperti biasanya.

(Namakamu) pun dengan malasnya menutup pintu kulkas itu, lalu berjalan ke arah meja makan yang besar itu. Iqbaal menatap (Namakamu) yang duduk di samping Salsha. (Namakamu) mengambil potongan buah itu dengan malas, lalu mengunyahnya dengan pandangan kosong ke depan.

"Habis ini lo mau kerja, (Namakamu)?" tanya Salsha sembari mengolesi selai ke roti panggangnya.

(Namakamu) yang masih mengunyah pelan buahnya dengan pandangan kosongnya pun menggelengkan kepalanya, "gue mau temani lo," balas (Namakamu) pelan.

Iqbaal memakan rotinya sembari ia mendengar percakapan istri-istrinya.

Salsha menganggukkan kepalanya sembari memakan rotinya, (Namakamu) kini mengalihkan tatapannya ke arah Iqbaal, dan tanpa ia duga ternyata Iqbaal terlebih dahulu menatapnya.

"Aku mau mengambil koperku, pakaianku seluruhnya ada di rumah Salsha. Aku minta izin," ucap (Namakamu) dengan kunyahan di mulutnya.

"Aku akan suruh yang lain ambil kopernya, kamu tetap di sini." Iqbaal memberikan solusi tanpa diminta.

(Namakamu) memutar kedua bola matanya dengan malas, "aku mau sekarang! Kamu bisa lihat kan baju ini udah kaya—"

"Pakai baju aku dulu," potong Iqbaal dengan suara beratnya.

"Kebesaran! Badan kamu itu lebih besar dari aku!" bantah (Namakamu) dengan kesal.

Iqbaal menaikkan kedua bahunya dengan tidak mau tahu, "daripada memakai yang ketat?"

(Namakamu) dengan kesal memakan semua potongan buah itu hingga membuat mulutnya tidak muat lagi. Ia melampiaskan rasa kesalnya dengan memakan buah itu.

Salsha menatap Iqbaal yang dengan santainya memakan roti itu. "Baju aku juga perlu diambil, Baal. Kalau memang perlu, aku sendiri yang ambil nanti kalau sama orang suruhan kamu, lama," ucap Salsha dengan lembut.

(Namakamu) dengan mulutnya yang penuh pun hanya menatap tidak suka ke arah Iqbaal. Iqbaal menatap (Namakamu) yang menatapnya tidak senang, "tidak, saya akan menyuruhnya cepat," balas Iqbaal pelan.

Iqbaal yang merasa sudah kenyang pun mulai mengelap tangannya, lalu mulutnya. Ia minum sebentar, lalu berdiri dari duduknya. Salsha pun ikut berdiri dari duduknya, dan (Namakamu) tidak. Untuk apa? Toh, istri sesungguhnya menurut (Namakamu) adalah Salsha, jadi Salsha lebih berhak melayani Iqbaal.

(Namakamu) merubah posisi duduknya membelakangi Iqbaal, ia masih kesal dengan pria tua itu. Ia masih konsentrasi mengunyah buah itu.

Iqbaal melihat (Namakamu) yang mengabaikannya, dan itu membuat Iqbaal menatap punggung mungil itu.

"Kamu pulang malam?" tanya Salsha dengan lembut.

"Tidak, kali ini pulang sore," jawab Iqbaal dengan tatapannya mengarah pada punggung (Namakamu).

ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang