8

3.1K 508 50
                                    

(Namakamu) merapikan selimut Salsha, ia melihat Salsha sudah tertidur dengan lelapnya. Ia mengusap dahi Salsha yang berkeringat itu dengan lembut, Salsha pasti kelelahan.

Setelah cukup lama ia duduk di samping Salsha membuatnya ingin ke bawah, ia ingin minum. (Namakamu) berdiri dari duduknya, dan mulai berjalan keluar dari kamar Iqbaal. Malam ini, ia akan tidur bersama Salsha di kamar Iqbaal.

(Namakamu) menuruni tangga tersebut dengan keadaan lampu di rumah ini sudah di redupkan, hanya lampu bewarna kuning itu menyala, lampu utama sudah dimatikan. (Namakamu) yang sudah menuruni tangga tersebut, akhirnya ia berjalan menuju dapur rumah ini.

Ia merasakan perutnya lapar dan kerongkongannya kering, setelah kejadian yang membuatnya berubah menjadi istri seseorang di masa lalunya. (Namakamu) segera mengambil gelas, dan menuangkan hingga penuh air tersebut.

(Namakamu) yang hendak meneguk airnya pun terhenti, ia melihat Mama Iqbaal datang dengan baju tidurnya. Kembali ia melanjutkan minumnya, tetapi pandangannya ia alihkan ke tempat lain.

"Di mana, Salsha?" tanya Mama Iqbaal dengan tajam.

(Namakamu) meletakkan gelas tersebut ke meja bar di depannya ini, "tidur. Dia kelelahan," balas (Namakamu) dengan pelan.

"Banguni dia! Saya mau berbicara kepadanya," pinta Mama Iqbaal dengan tegas.

(Namakamu) menatap wanita paruh baya di depannya ini dengan tenang. "Dia kelelahan karena menanggung banyak permintaan dari keluarga ini. Apa tidak bisa besok saja kalian berbicara?" ucap (Namakamu) dengan tenang.

Mama Iqbaal menunjuk (Namakamu) dengan geram. "Masih berani kamu di sini, ha?! Saya sudah memperingati kamu untuk jangan ke sini lagi! Kamu mau balas dendam ke saya! Iya?"

(Namakamu) menyunggingkan senyumannya, ia berdiri dengan tenangnya. "Siapa yang mau balas dendam? Saya ke sini karena sahabat saya, bukan karena anda," balas (Namakamu) tenangnya.

Mama Iqbaal dengan tajam menatap (Namakamu),"Pergi menjauh! Perempuan tidak tahu malu! Saya sudah memperingati kamu untuk menjauhi Iqbaal! Kenapa kamu kembali ke Indonesia!" ucap Mama Iqbaal dengan marahnya.

(Namakamu) mengambil gelas kosong itu, lalu sedikit membantingkannya ke meja bar itu. Mama Iqbaal terkesiap."Saya memang tidak tahu malu! Sama seperti anda, tidak tahu malu mempergunakan menantu anda sebagai alat mesin anak! Bertahun-tahun saya memendam ini, memendam perasaan terhina ini. Kalau bukan karena rasa hormat saya kepada orang tua, awal kita bertemu, saya ingin menampar anda!"

Dan dengan cepat, (Namakamu) pergi meninggalkan mertuanya yang memandang dirinya dengan penuh amarah.

"Perempuan jalang!"

**

Pagi hari begitu cepat menyentuh dirinya, (Namakamu) membuka kedua matanya dengan perlahan-lahan. Sinar matahari pagi menyambut dirinya, (Namakamu) memejamkan kedua matanya, ia masih merasa mengantuk. Ia kelelahan.

"(Namakamu)."

Namanya dipanggil membuat (Namakamu) membuka kedua matanya kembali dengan sedikit berat. "Kenapa, Sal?" jawab (Namakamu) dengan suaranya sedikit serak.

"Iqbaal mau berangkat kerja, dan sekarang dia lagi mandi. Berhubung lo istrinya juga, lo siapkan perlengkapan dia, ya? Gue mau buat sarapan untuk dia."

(Namakamu) tersadar jika dia sudah menjadi istri seorang Iqbaal, ia melihat Salsha tersenyum kepadanya. Mau tidak mau ia pun menganggukkan kepalanya, Salsha pun kembali berdiri dan mulai pergi keluar.

(Namakamu) bangkit dari tidurnya dengan rambut berantakan, bajunya pun masih sama seperti baju kemarin ia pertama kali datang ke rumah ini. "Apa yang harus gue siapkan?" tanya (Namakamu) kepada dirinya sendiri.

Suara air di dalam kamar ini tampak sudah dimatikan, (Namakamu) panik pun segera kembali tidur. Ia menyelimuti dirinya seakan-akan dirinya belum terbangun dari tidurnya. Ia bahkan dengan sengaja mengatur rambutnya agar tertutup dan tidak terlihat bahwa ia pura-pura tidur.

Pintu kamar mandi itu terbuka, Iqbaal keluar dengan handuk di pinggangnya. Rambutnya basah, serta dada bidangnya pun terlihat jelas dengan titik-titik air yang mengalir.

Jantung (Namakamu) berdetak, seumur hidup ia tidak pernah melihat laki-laki dewasa satu ruangan bersamanya dengan keadaan setengah telanjang.

Iqbaal melihat (Namakamu) masih tertidur, dengan baju yang masih belum digantinya. Ia menatap lama gadis itu, gadis mungil yang membuatnya nekat melakukan apapun itu asal tetap di sisinya.

Iqbaal pun membuka lemarinya, ia mengambil baju kerjanya. (Namakamu) membuka kedua matanya, dan ia melihat Iqbaal yang tengah mencari bajunya. Dan itu membuatnya tidak tega, lalu tanpa ada aba-aba (Namakamu) kembali menegakkan posisinya.

Iqbaal yang mencari baju tersebut terkejut, akibat melihat (Namakamu) tiba-tiba terbangun.

"Kenapa bangun?" tanya Iqbaal yang masih terkejut.

(Namakamu) dengan sembarang merapikan rambut panjangnya, lalu turun dari tempat tidur itu dengan berjalan di atas ranjang. Iqbaal melihat gadis itu melompat ke lantai.

"Mau pakai baju apa?" tanya (Namakamu) yang kini sudah menggantikan posisi Iqbaal mencari pakaian Iqbaal.

Iqbaal sedikit memundurkan posisinya, lalu membiarkan (Namakamu) mencarinya. "Terserah." Dan Iqbaal hanya membalasnya dengan pelan.

(Namakamu) pun dengan sedikit jinjit mengambil baju Iqbaal sekaligus celananya, setelah ia mengambilnya, ia memberikannya kepada Iqbaal.

"Apalagi?" tanya (Namakamu) kepada Iqbaal.

Iqbaal yang memegang baju dan celananya pun kembali menatap (Namakamu),"ini saja."

(Namakamu) mengangkat kedua bahunya dengan santai, lalu hendak keluar untuk membantu Salsha.

"Mau ke mana?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) memberhentikan langkah kakinya, dan membalikkan badannya ke arah Iqbaal, "kenapa? Ada yang mau dibantu?"

"Tunggu di sini sampai aku selesai."

(Namakamu) menatap Iqbaal dengan pandangan aneh, "kalau gitu, aku panggil Salsha untuk temani kamu ganti baju. Biar aku yang masak," ucap (Namakamu) dengan tenang.

"Aku mau kamu, bukan Salsha."

'Sumpah! Dari dulu sampai sekarang, tetap aja nggak mau ditolak! Udah tua bukannya banyakin amal dan ibadah, malah bikin orang kesal!' (Namakamu) mengomel dalam hatinya.

(Namakamu) menutup pintu kamar Iqbaal dengan sedikit kuat, lalu berjalan ke tempat tidur Iqbaal.

Iqbaal melihat (Namakamu) sudah mulai tidur kembali di sana. Iqbaal pun mulai memakai bajunya.

**

Bersambung

Komentar minimal 20

ASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang