Salsha akhirnya dapat membawa koper besar itu ke lantai atas, ia hendak memasukkan koper ini ke kamar Iqbaal. Salsha membuka pintu kamar Iqbaal, dan saat ia ingin memasukkan koper itu, ia melihat suaminya memeluk sahabatnya, yang tidak lain adalah istri Iqbaal juga.
Mereka tidur seakan-akan tidak ada masalah. Salsha melihat (Namakamu) tidur berbantalkan tangan kekar Iqbaal. Dan Iqbaal, yang tampak mengeratkan pelukannya dengan (Namakamu). Salsha iri, ia cemburu, ia ingin berteriak agar mereka terbangun. Semenjak ia pertama kali menjadi istri Iqbaal hingga sekarang, Iqbaal tidak pernah memeluknya seperti itu. Jangankan memeluknya, berbicara dengannya pun seakan itu tidak penting.
"(Namakamu) juga punya hak untuk bersama Iqbaal. Jangan sedih, Sal.. jangan sedih," gumam Salsha menguatkan dirinya.
Dengan menghembuskan napasnya, ia memasukkan koper besar itu ke dalam kamar Iqbaal. Ia mengabaikan kemesraan antara (Namakamu) dan Iqbaal.
(Namakamu) yang seakan peka akan suara, membuatnya terbangun. Ia melihat Iqbaal masih memeluknya.
"Sorry, gue ganggu lo tidur, ya?"
(Namakamu) terkejut, ia seketika melepaskan tangan Iqbaal yang memeluknya dengan cepat, dan itu juga yang membuat Iqbaal terbangun.
"Kenapa?" tanya Iqbaal dengan suara seraknya yang berat.
(Namakamu) seketika duduk di kasur itu, lalu menatap Salsha dengan rambutnya yang sudah tidak rapi lagi.
"L-lo kapan sampainya? Kok nggak nelpon gue?" tanya (Namakamu) yang mengabaikan pertanyaan Iqbaal.
Salsha tersenyum, "nggak usah takut, (Namakamu). Gue tadi cuma ngantar ini doang, kok. Tidur aja lagi. Kasihan tuh, dia bangun," balas Salsha dengan senyumannya.
Iqbaal sekarang tahu kenapa (Namakamu) terbangun dan melepaskan pelukannya, ia pun hanya memejamkan kedua matanya kembali sembari membelakangi Salsha namun menghadap (Namakamu).
(Namakamu) melepaskan rambutnya yang ia gulung sembarangan itu, ia kembali menggigit bibir bawahnya pelan. "Lo pasti capek, kan? Istirahat sini, temani Iqbaal tidur," ucap (Namakamu) dengan tatapan ke arah Salsha.
Salsha melihat ke arah Iqbaal, dan ia melihat tangan Iqbaal memegang tangan (Namakamu). (Namakamu) mencoba melepaskan secara diam-diam, tetapi tetap menatap Salsha.
"Ayo," ajak (Namakamu) ke Salsha.
Salsha menggelengkan kepalanya pelan, "gue mau nonton di bawah, lo tahu lah kalau gue suka drama korea. Drama kesukaan gue bentar lagi tayang, jadi mau ke bawah aja." Salsha memberikan alasannya dengan senyumannya.
"Gue ikut! Tapi gue mau ke kamar mandi dulu, mau cuci muka. Tungguin gue di bawah!" ucap (Namakamu) dengan semangatnya.
Salsha pun tertawa kecil, lalu menganggukkan kepalanya. "Gue tungguin di bawah."
"Oke!" (Namakamu) melihat Salsha yang sudah keluar dari kamar tersebut.
(Namakamu) dengan semangat hendak turun menuju kamar mandi, tetapi Iqbaal terlebih dahulu menahan tangan istrinya. Dan (Namakamu) tidak jadi turun.
"Kenapa, sih?!" tanya (Namakamu) dengan cepat.
Iqbaal membuka kedua matanya, dan ia melihat (Namakamu) yang sudah menggerai rambutnya.
"Aku masih ngantuk, dan kamu mau pergi?" tanya Iqbaal dengan suara seraknya yang berat.
(Namakamu) memutar kedua bola matanya dengan malas, "aku mau nonton sama Salsha di bawah. Lagian, kalau mau tidur ya, tidur aja."
Iqbaal dengan malas bangun dari tidurnya, lalu mengacak rambutnya dengan kasar. "Kita buat pengaturan jadwal! Kamu dan Salsha akan bersamaku sesuai dengan aturan hari. Dan ketika jadwalnya kamu bersamaku, kamu tidak boleh membantah perkataanku. Kalau kamu membantah, aku ceritakan tentang masa lalu kita!" Dan Iqbaal pun dengan sedikit kesal turun dari tempat tidur lalu berjalan ke kamar mandi dengan sedikit bantingan keras di pintu kamar mandi itu.
(Namakamu) dengan kesal menendang selimut di tempat tidur ini. "Nonton doang! Nonton!" omel (Namakamu) dengan geram.
**
(Namakamu) tersenyum terpaksa saat Salsha dengan senang hati menerima jadwal bersama-sama dengan Iqbaal.
"Tapi, Baal, (Namakamu) di hari Selasa dia masuk kerja. Dia pasti ada pengecekkan," sahut Salsha dengan lembut.
Iqbaal menatap (Namakamu) yang tersenyum saat mendengar ucapan Salsha. "Betul sekali! Aku nggak bisa hari Selasa."
Iqbaal yang hendak menjawab pun segera terdiam saat (Namakamu) mulai bersuara.
"Gimana kalau, Senin sampai Jumat, Salsha sama Iqbaal, terus jadwal gue Sabtu sama Minggu. Adil, kan?" ucap (Namakamu) dengan senangnya.
Iqbaal yang hendak membantah pun membungkam kembali mulutnya, ini akan menjadi panjang jika (Namakamu) ditentang. "Terserah," balas Iqbaal dengan suara beratnya.
(Namakamu) tersenyum senang, begitu juga dengan Salsha.
Iqbaal hanya bisa bersedekap dada sembari menatap (Namakamu) tersenyum.
**
Bersambung
Komen Minimal 30