Pertemuan Nasib

425 45 7
                                    

Semoga pertemuan ini di takdirkan karena Allah, karena jikanya nanti berpisahpun karena Allah. Allah lebih tahu, aku pantas untukmu atau tidak.

Nama yang sedang ku hindari

Sudut pandang Anna

Gerimis perlahan mulai hinggap, menimbun dirinya sendiri di atas atap rumah yang sedang ku tempati.

Suasana bisu seakan ingin menerkamku, setelah aku melihat nama Jongsuk masih terpapar jelas di atas layar ponselku.

Aku mengalah dan meninggalkan ponselku dan deringnya yang masih menggema di atas meja dekat ranjang. Harap-harap ia tak mencoba untuk menghubungi lagi.

Aku sedikit tergesa menuruni tangga, aku menemukan ayahku yang masih dengan santainya menonton acara berita favoritnya. Aku menghanpirinya, sembari mengatur detak jantung yang sempat bereaksi melihat namanya di atas ponselku.

"tumben turun." tegur ayahku, sesaatnya ia memakan buah apel yang baru saja ibuku letakkan di atas meja depan tv untuk jamuannya.

"lagi bosen di kamar, menurut abi apakah Farhan benar-benar ikhlas menikah sama Fatimah?"

Seketika kudapati lirikan mata ayah seluruhnya tertuju kepadaku. Meski mulutnya masih tidak berhenti mengunyah apel. Lalu atensinya beralih kembali ke layar tv yang menyala.

"sebenarnya yang gak ikhlas kamu atau Farhan?" tanya ayah tapi pandangan matanya masih lurus.

"kamu masih berhubungan dengan cowok korea itu ya?" sambungnya yang berhasil membuatku bungkam.

Memang benar, kenal Jongsuk belum lama namun benar kata pepatah, kalau sudah cinta ya cinta tidak perduli waktu singkat ataupun lama. Bukan karena Jongsuk tampan ataupun apa, seperti sebuah perasaan yang tidak di definisikan saat aku berada di samping Jongsuk, meski aku tahu betul itu adalah sebuah kesalahan. Mencintai seseorang yang belum halal bagiku, merupakan sebuah dosa yang tidak main-main.

"bi, sepertinya Fatimah terkadang masih bimbang." ucapku kemudian.

"Farhan datang melamar dengan niat tulus fat, sebenarnya bukan perihal perjodohan kalian tapi Farhan yang dengan berani melamar kamu hanya berbekal kemantapan jiwa saat menemui abi."

Aku menunduk, kalimat ayah yang membuatku semakin menunduk. Aku tahu Farhan lelaki baik, namun hatiku masih ragu.

"apa yang membuat kamu ragu dengan Farhan?" tanya ayah kembali. Dan membuatku bungkam.

Aku bingung, pada diriku sendiri. Kadang aku mencintai Jongsuk diam-diam. Dengan kedok ingin mengajarkan agama kepada Jongsuk. Tapi apa nyatanya? Aku sendiri yang terjerumus dalam lembah dosa yang tak karuan.

"Fatimah merasa nyaman dengan Jongsuk, hati Fatimah enggan pergi dari Jongsuk bi. Fatimah tidak menemukan sesuatu yang nyaman saat berada bersama Farhan." terangku pada ayah.

Ayah menepuk pundaku ulang, rasanya hati ini semakin gelisah.

Dering ponselku berbunyi, nyatanya semakin aku menghindar Jongsuk semakin mendekat. Ya, dia menelponku dengan terang-terangan di depan ayah.

"siapa fat?" tanya ayah.

"Jongsuk. Permisi bi, Fatimah mau angkat telfon dulu. "

Lancang memang, aku langsung ke balkon kamar dan meninggalkan ayah di kamarku sendirian.

"Hallo?" ucap suara saat ku geser ikon telefon ke arah hijau.

Ya Allah ampuni aku, bahkan aku sangat merindukan suaranya.

"iya?"

"hanya memberi kabar, aku sudah ada di bandara."

Alisku terpaut,  "bandara mana maksudmu?"

"Indonesia"

Ucapannya setelah mengakhiri teleponnya.


Apalagi ini? Tuhan tolong aku, hentikan perasaan gila ini. Izinkan hatiku terbuka untuk Farhan, dan biarkan Jongsuk perlahan pergi dari singgasana hati.



Assalamualaikum? Rindukah kalian dengan SDLK?

Sebelumnya maaf lagi, dan maaf untuk seterusnya karena author benar-benar selalu slow update. Dikarenakan kesibukan, apalagi kemarin setelah Penilaian Akhir Semester.

Saya butuh dukungan kalian untuk melanjutkan SDLK. Comment ya!!

#budayakanmengaji 💕

Syahadat di Langit KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang