Bertemunya Tiga Hati

439 46 5
                                    


"tapi nyatanya aku dan kamu berbeda. Kamu hanya ilusi yang kupertahankan dijalan yang salah."

Perusak Suasana

Sudut pandang Jongsuk

Hari ini, Indonesia mulai berkabut. Cuacanya tak panas, tidak seperti terakhir kalinya aku datang kesini untuk fansign.

Aku juga tidak tahu, kenapa aku bisa terburu ingin berada di negeri kelahiran Anna. Setelah mendengar kabar akan adanya pernikahannya dengan Farhan seluruh kerja otakku perlahan melambat. Aku semakin tidak bersemangat menjalani hariku.

"Jongsuk!" sapa Farhan yang tergopoh, dia menjemputku di bandara.

"lama tak jumpa, aku rindu sama kamu." sambungnya lagi sambil memelukku layaknya saudara laki-laki. Dan aku masih diam, belum tahu harus berkata apa pada lelaki yang akan menikahi wanita yang kucintai ini.

"iya aku juga." balasku, kami berbincang dengan bahasa korea. Maklumilah bahasa inggrisku tidak terlalu lancar, bahasa indonesia aku tidak terlalu paham.

"mari, keluargaku sudah menunggu." ia mengambil alih koperku, dan membawanya menuju mobilnya. Aku masih kosong, bagaimana aku bisa bertemu Anna nantinya, apa yang harus aku katakan padanya, pikiranku sungguh kosong.

Kami tidak banyak mengobrol, seperti biasa Farhan sangat anteng sedangkan aku kini membisu. Farhan hanya menanyakan bagaimana kabarku selama ini, bagaimana syuting dramaku, bahkan dia juga bertanya tentang universitas yang ia ajar sebelumnya.

Tanpa kusadari mobil Farhan sudah terparkir rapi di garasi rumahnya. Aku belum bercerita pada Farhan bahwa aku sudah menghubungi Anna saat baru saja sampai di bandara. Namun naas, sepertinya perasaanku takkan terbalas. Bahkan Anna memutuskan panggilan secara sepihak. Anna tak mau menemuiku lagi, pikirku namun aku yang sangat ingin bertemu dengannya.

"untung kamu datang tanpa ada pemberitahuan pers, kalau tidak bandara akan ramai tadi." lagi-lagi Farhan berusaha memecah dinding keheningan antara kami. Aku tersenyum kaku menanggapinya, sedangkan Farhan masih acuh terhadap senyumku karena sibuk mengeluarkan koperku dari dalam bagasinya.

Kedua orang tuanya menyambutku antusias, seperti dugaanku ibunya masih tetap seorang penggemar setiaku. Ya penggemar fotoku di setiap papan iklan yang ia lihat saat di korea.

"selamat datang nak, Farhan antar Jongsuk kekamarnya ya." ucap ayah Farhan yang sempat tak ku mengerti, namun setelahnya aku paham setelah Farhan menjelaskannya padaku.

Kami masih canggung satu sama lain, sampai akhirnya terdengar suara ibu Farhan yang memanggilnya, berkata bahwa Anna baru saja sampai. Tuhan aku harus apa?

"mau ikut turun menemui Anna?" tawarnya padaku. Secepatnya aku menggeleng, menolak ajakannya.

"kenapa? Bukankah kamu merindukan Anna?" tanyanya padaku, sungguh aku tidak mengerti pikiran dari Farhan.

"apakah kamu tidak cemburu? Kamu tahu persis bahwa aku menyukai Anna, dan Anna kini adalah calon istrimu. Tolong jangan membuat aku merasa bersalah." setelah satu jam bersama itu kalimat terpanjang yang aku lontarkan.

Namun aku tidak melihat urat marah melekat pada wajah Farhan, seperti Farhan yang kukenal dia hanya tersenyum. Dia meraih bahu kananku, menepuknya perlahan. "Anna memang calon istriku, namun kamu juga mencintainya dan status kalian masih berteman aku tidak bisa melarang seseorang untuk saling berkomunikasi apalagi memutus tali hubungan. Itu sangat dilarang dalam agama kami." dia masih terus tersenyum.

"maafkan aku, harusnya aku rela karena Anna telah menemukan pendamping sebaik kamu. Bukan lelaki seperti aku, seorang pengecut yang hanya mengatas namakan Tuhannya untuk mencintai Anna." sedikit konyol, tapi aku memang menangis.

"aku sebenarnya juga cemburu, setulus-tulusnya hatiku masih ada rasa cemburu. Namun aku tidak berhak Jongsuk, aku tidak berhak mengatur hidup Anna. Pantas tidaknya seseorang Allah yang menentukan."

Tanpa kusadari Anna telah hadir di depan pintu kamar, menyimak pembicaraan kami. Dengan tatapan mata yang kian sendu menjelang hari pernikahannya.

Farhan yang menyadari itu, dan Anna cepat-cepat meninggalkan kami. Farhan menghela napas, dia menatapku mantap kemudian menatap tempat Anna berdiri tadi.

"sekarang waktu untuk kamu membuktikan, bahwa kamu memang mencintai Anna. Sebelum semuanya terlambat, berat harus kukatakan ini tapi Anna juga merasakan hal yang sama dengan kamu." air matanya terjatuh.

"jikalah Anna jodohku Allah akan menyatukan kami, namun bila Anna adalah jodohmu biarlah Allah menggantikan Anna dengan seseorang yang lebih pantas untukku. Pergilah, jelaskan padanya." senyum Farhan sekali lagi membuat ringkan langkahku menuju Anna. Tuhan, Ya Allah terimakasih telah menciptakan Farhan. Sungguh dialah lelaki yang baik hatinya, ampuni aku yang tega menorehkan luka di hatinya.

Langkahku terhenti, Anna berada pekarangan milik keluarga Farhan. Dia mendongak menatap langit-langit yang mulai di hiasi awan putih. Dia tidak menikmati pemandangan langit itu, melainkan menahan air matanya. Dia tengah menahan kuat-kuat bendungan air matanya itu.

"An?" kemudian dia berbalik, menghapus jejak air mata yang tersembunyi dibalik cadar hitamnya. Dia gelagapan, gugup akupun sama.

"kenapa kamu kesini?" tanyanya sedikit ketus, tak jauh beda dengan Anna yang kuajak ngobrol di telepon tadi.

"aku hanya ingin memastikan bahwa kita masih berteman, Farhan bilang memutuskan tali persaudaraan itu dilarang." aku bohong, bukan itu tujuanku kesini. Melainkan untuk memastikan bahwa kamu akan bahagia bersama Farhan An.

"sebentar lagi aku akan menikah, kumohon kita harus jaga jarak. Aku tidak mau Farhan salah paham." Entah kenapa napasnya mulai tidak teratur, matanyapun mulai memerah.

"apakah kamu tidak merindukan aku An?" baik, itu kalimat gila untuk diungkapkan saat ini. Timming yang kurang pas.

"Jongsuk kumohon, hentikan semua ini. Perasaan ini." baiklah, aku telah membuatnya menangis.

"aku juga ingin berhenti, tapi hatiku tidak mau." aku pasrah, terserah Anna mau menemuiku lagi atau tidak setelah ini tapi aku memang berharap untuk memilikinya.

"kenapa hatimu memilih aku?" suaranya bergetar. Aku makin tidak tega.

"aku juga tidak tahu, Tuhan yang menakdirkan ini semua. Allah ingin aku jatuh cinta, dan ternyata orang itu kamu."

Anna semakin terisak, kakinya lemas. Dia duduk begitu saja. Tangannya berisyarat agar aku tidak mendekatinya. Dia ingin aku tidak dekat dengannya.

"kita tidak akan bisa bersama Jongsuk!" suaranya lebih lantang, dia berbicara dengan nada yang lebih emosional.

"jika takdir Allah demikian, kita bisa apa?"racauku, aku mukai frustasi.

"tapi nyatanya aku dan kamu berbeda. Aku nyata Jongsuk, sedangkan kamu itu semu. Dunia kita bahkan berbeda. Kamu hanya ilusi yang kupertahankan dijalan yang salah."

"lalu aku harus apa?"

"menghadaplah kepada Allah dengan hati yang ikhlas, lalu aku akan percaya bahwa semua ini bukanlah sebuah ilusi."

Bojonegoro 04 Januari 2019



Bagaimana? Chapter ini panjang kan hehe.
Maafkan daku yang suka molor update ︶︿︶

Comment yang banyak jangan lupa share cerita ini ya, biar banyak yang baca  hehe ^o^

Terus dukung Syahadat Di Langit Korea ya. Jangan lupa ngajinya juga!! See you next time~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Syahadat di Langit KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang