Hati-hati hai hati

1K 90 19
                                    


Masih sudut pandang Anna

Aku menunduk, aku rasa Farhan terlalu menekankan 'cinta' dalam setiap kalimatnya. Dan entah kenapa aku merasa yang tengah ia tekankan adalah aku.

Aku mencoba tidak berpikiran demikian, sungguh mana mungkin Farhan akan menyimpan perasaan terhadapku. Aku menepis segala sangkaku keoada Farhan saat ini.

"oppa, kira-kira kalau ada gadis yang mendekatimu bagaimana reaksimu?" suster Bae yang sepertinya mulai mencairkan suasana mulai mengambil langkah untuk mendekati Farhan.

Farhan selalu mengajukan senyumnya, dan juga Jongsuk sangat khidmat dengan daging panggang yang di pesannya.

"saya sebisa mungkin menjaga jarak, takut ada dosa." ucapnya semakin memelan. Dan makin menurunkan kedua sudut bibir suster Bae.

Hening.

Aku tidak suka dengan atmosfer yang ada disini. Sesegera mungkin aku menghabiskan minumku. Dan bergegas bangkit, dan merapikan kembali cadarku seusai acara makan tadi.

"sepertinya jamku kerja sudah dimulai, aku permisi dulu. Assalamualaikum." aku bergegas pergi, tapi suster Bae masih asyik dengan kedua lelaki tampan yang semeja dengannya itu.

Aku tidak tahu dengan perasaan ini, tapi harusnya aku tidak perlu memikirkan hal ini.

Baru saja aku akan memasuki ruang kerjaku, beberapa dokter senior memberikan tatapan yang kurang menyenangkan kepadaku.

Ada apa ini?

Bahkan dokter yang bertugas bersamaku sedang izin. Aku melihat sekilas kalender yang terpampang di sudut ruangku. Tanggal 11 September hampir di penghujung tahun, setelah kurang lebih sebulan lalu aku menuntaskan ibadah puasaku.

Ya Rabb,  jangan biarkan aku berhusnudzon ria dengab orang-orang kafir ini.

Aku mendapat kan jatah periksa pasien di bangsal VIP, aku meninggalkan ruang kerjaku dan memilih langsung menuju ke bangsal yang di mana sekarang giliranku memang.

"assalamualaikum? " ucapku pelan namun pasien yang akan ku periksa kondisinya mengalihkan wajahnya dariku.

"Ahjussi, apakah anda merasa baikan?" tanyaku seramah mungkin.

Mata lelaki paruh baya itu mulai memandangiku aneh. "aku sudah baik, pergilah." suaranya serak.

Aku hanya mencoba mendekat dan memeriksa tekanan darahnya namun, lelaki paruh baya itu mengelak.

"aku sudah baik, apa telingamu tuli?" ucapnya dengan nada yang meninggi.

Aku menunduk, aku ingin tahu apa kesalahanku kenapa Ahjussi ini sampai tidak mau di periksa olehku.

"kenapa anda menolak untuk saya periksa?" tanyaku sejalan kemudian.

"apa karena penampilan saya? Saya juga manusia biasa seperti anda, dan memastikan kesehatan adalah tugas saya, jika anda merasa tidak nyaman saya bisa memaklumi." kataku panjang lebar dan berupaya membuka pintu.

"aku akan ganti dokter saja, aku takut anda akan mencelakaiku. Memakai bom peledak misalnya?"





Allahhu Akbarr...





Langkahku tertahan, hatiku sakit sekali, miris sekaki rasanya. Aku ingin menampar lelaki tua ini.

"anakku yang tinggal di Amerika bilang tragedi gedung kembar itu terjadi karena adanya sekelompok manusia seperti kalian. Teroris!"

Ya Rabb kuatkan hatiku. Kuatkan imanku kepada-Mu. Kuatkan mataku menahan air mata ini. Kuatkan ragaku menahan goncangan batin ini.

"Islam tidak mengajarkan untuk membunuh orang-orang kafir, Islam tidak mengajarkan berbuat buruk, sekali lagi Kalamullah tidak mengajari hal buruk kepada kami." nada-nadaku mulai naik satu persatu.

"nyatanya yang teroris itu orang islam, masih mau mengelak." balasnya santai dengan memainkan ponselnya.

Aku melangkah pergi daripada nantinya aku terus menerus di sakiti.

Pundakku bergetar hebat, di dalam ruang kerjaku.

Apa salahnya dengan Islam? Ada apa dengan niqab yang aku kenakan? Dan ada apa dengan Al-Qur'an penuntunku?

Kenapa pemikiran orang di sini sempit sekali, bukalah hati mereka Ya Rabb.

Menyudut sendiri dengan tangisanku, aku baru menyadari kenapa banyak orang memandangiku aneh. Hari ini adalah tragedi 11 September di Amerika. Ya, tragedi hancurnya dua gedung kembar yang tersohor di Amerika di karenakan kecelakaan pesawat yang menabraknya. Lalu ada apa dengan Islam? Mereka bilang Islam turut andil dalam penghancuran gedung itu hanya karena ada salah seorang Muslim yang ikut wafat di sana.

Andai semua masyarakat Korea seperti Jongsuk, yang ingin mendalami Islam. Aku yakin, negeri ini akan menjadi negeri yang maju dengan seizin Allah.

Aku mencoba menetralisir semua kalimat-kalimat yang menusuk otakku. Dan melihat sekilas kaca jendelaku. Jongsuk dan rekan-rekannya masih sibuk syuting.

Astaghfirulladzim..


Mataku kembali sakit, bukan karena menemukan tatapan tajam oarang-orang memandang remeh aku dan agamaku.

Tapi mataku menemukan Jongsuk yang tengah melakukan adegan yang tidak layak dengan gadis 'pemeran utamanya' di sudut dengan sorotan kamera yang ada di mana-mana.

Hatiku nyeri, apa lagi in ya Rabb??

Setelah dengan kalimat-kalimat yang lelaki tua itu layangkan kepadaku kini Jongsuk?

“jika tiba-tiba aku datang melamarmu apa boleh?”

Seketika kalimat itu membekas di penghujung pikirku. Dan entah seberpaling apapun, hatiku tetap sakit.

Farhan?

Nama Farhan muncul lagi di hatiku. Ya Allah, aku berpangku kepada-Mu. Hatiku hanya milik-Mu, janganlah Engkau membiarkan rasa cinta ini diam-diam menggerogoti hatiku.

Aku tidak tahu kenapa hati tersayat-sayat hanya karena melihat Jongsuk dengan wanita lain apalagi melakukan adegan tak layak, aku juga sakit jika melihat suster Bae menggeliat manja dengan Farhan.

Ya Rabb, Dzat yang membolak-balikkan hati. Ampuni aku yang telah berzina ria tanpa peduli dengan dosa rasa yang akan ku tanggung karena mencintai dua ikhwan sekaligus yang bahkan belum halal bagiku.

Dan kini Engkau timpakan padaku pedihnya pengharapan kepada manusia, dan sungguh aku telah lupa harusnya aku hanya berharap kepada-Mu ya Rabb.

Farhan is calling you~

Kenapa ia menelpon di saat yang tidak tepat, di saat hatiku belum siap menerima kenyataan.



Bojonegoro 06 Juni 2018

Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan.

Jangan lupa vote dan comment dan juga kiritik dan sarannya ya.

Sudut pandang akan di beri judul penekanan sudut pandang Anna/Jongsuk.

Syukron readers kuuu. :)

Syahadat di Langit KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang