Hadirnya Iman

161 10 10
                                    

Bukan kepada kamu aku jatuh cinta. Tapi kepada Penciptamu, aku bersyukur karena Dia telah mengizinkan kamu hadir.

Gejolak Batin

Sudut pandang Anna

Kami masih memandang satu sama lain. Tak ada orang dirumah, Jongsuk tak boleh masuk.

"kamu kenapa?" teriakku dibali tirai jendela, aku tidak sempat memakai niqab karena hendak berwudhu.

"izinkan aku masuk.. " gumamnya lirih.

"tidak boleh Jongsuk, tidak ada orang dirumah. Kamu juga harus pergi." aku menunduk. Entah mengapa melihatnya yang lusuh membuat hatiku bergetar.

"aku takut kehilangan kamu, tapi aku belum mantap untuk bersyahadat."

Kakiku lemas. Jongsuk semakin mempersulit keadaan, aku juga takut kalau perasaan ini semakin membesar. Farhan adalah jodoh yang Allah kirimkan untukku bukan Jongsuk, aku tidak ingin hatiku jatih diraga yang salah.

"Jongsuk kumohon, jangab mempersulit ini semua. Bukankah semuanya sudah usai kemarin? Aku tidak bisa bersama kamu sekalipun kamu mualaf, Farhan calon suamiku bukan kamu." aku bertutur panjang hingga Jongsuk akhirnya bergerak. Dia menghapus sisa air mata yang perlahan jatuh dari matanya.

"terimakasih sudah membuat saya senang Jongsuk, tapi kita punya dunia masing-masing. Sebaiknya kamu kembali ke Korea dan menyelesaikan tanggung jawab kamu. " baik aku akui aku sangat cerewet kali ini tapi ini demi kebaikan kami, terutama Jongsuk.

Aku percaya Allah mempertemukan aku dengan Jongsuk bukan tanpa sebab. Allah menyayangi hambanya, begitu pula Jongsuk dan diperuntukkan hidayah lewat aku dan Farhan.

"jangan mencintai makhluk berlebihan, nanti kamu terluka. Cintai Penciptanya, nanti kamu akan mendapatkan yang terbaik."

Jongsuk melepas maskernya, ada senyum samar disana. Aku lega. Cinta sepasang manusia memanglah rumit, tapi ada hikmah yang bisa kita ambil.

"sepertinya aku akan tetap menetap sampai kamu dan Farhan menikah. Tidak mungkin aku melewati hari bahagia sahabatku kan?" dia perlahan mendekati aku yang bersemayam dibalik jendela.

"Allah tahu Farhan yang terbaik untukmu an, terimakasih berkat kamu dan Farhan aku mengenal Islam dengan baik. Aku pamit."

Dia tersenyum cukup lebar, setelahnya memakai masker kemudian menghilang. Aku percaya rencana Allah lebih baik daripada dugaanku selama ini.

Telepon berdering, Farhan menelpon.

"Assalamu'alaikum?"

"Waalaikumus salam?"

"Ann bisa kita bertemu? Aku ingin
menyampaikan sesuatu."

Aneh, akhir ini sering sekali Farhan menelpon. Apa karena sebentar lagi dia akan pergi ke Gaza?

"aku tidak bisa, dirumah tidak ada orang. Kalau keluar boleh aku akan mengajak teman."

"iya, lebih baik begitu. Aku tunggu di tempat biasanya. Assalamualaikum."

"Waalaikumus salam."

Aku segera menghubungi Nur, kawan karibku. Berharap dia mau meluangkan waktunya untuk menemaniku. Dan, alhamdulillah Nur sedang tidak sibuk.

Setelah siapa-siap sekitar 20-25 menit aku baru bisa sampai di tempat yang Farhan katakan, aku mencari Nur disekeliling
"Anna." panggil seseorang, saat aku menoleh dia adalah Nur.

"masya Allah Nur, pangling aku melihatmu." sapaku padanya.

"kamu juga, eh tumben sekali mengajak keluar ada apa?"

Aku mengajaknya duduk terlebih dahulu, "calon suamiku mengajak bertemu. Abi dan umi sedang pergi makanya aku mengajak kamu."

"aku jadi obat nyamuk ya? Hehe."

"huss enggak lah, belum halal."

"iya bercanda, memang siapa calonmu? Aku kenal dia?"

Aku tertawa kecil, lupa aku mengabari kawan-kawan bahwa sebentar lagi aku akan menuju akad.

"kamu kenal sekali dengan dia. Tebaklah!"
Alis Nur mengernyit, sesekali dia membenarkan niqabnya sembari berpikir.

"Farhan?"

"masya Allah, kok bisa tahu kamu?"

Kami larut dalam obrolan kami sampai tidak sadar bahwa Farhan telah berdiri dibelakangku lalu duduk.

"sedang membicarakan aku ya?" sela Farhan diobrolan kami.

"tidak, kamu pede banget." jawabku dan disertai tawa kecil dari Nur.

Lalu Farhan menyodorkan sebuah bingkisan, yang dibungkusnya rapi-rapi. Dia mengisyaratkan untuk aku membukanya.

Isinya adalah mukenah juga cincin?

"untuk apa?" aku bertanya.
Farhan tersenyum, "besok aku akan berangkat. Doakan aku dalam shalatmu. Mohon Allah untuk melindungiku, dan cincin itu pakai ya."

Farhan melihat arlojinya, seketika ia berdiri dan pamit.

"aku harus pergi, terimakasih sudah meluangkan waktu. Assalamualaikum."

"Waalaikumus salam."

Ya Allah aku tidak bisa menyangkal, aku lebih menyayangi Jongsuk daripada Farhan tetapi Farhan adalah calon suamiku. Aku khawatir padanya. Semoga Engkau melindunginya Ya Allah.

Bojonegoro 25 Maret 2020

Lumayan panjang ya? Hehe terimakasih sudah stay dengan SDLK.

Kemungkinan cerita ini akan segera tamat :((

Dan author akan nge-publish cerita baru, tapi tidak bertemakan Islami. Tidak apa kan?

Terimaksih sekali lagi untuk dukungan kalian, uh Lupyuu readers achuu.

Assalamualaikum.

Syahadat di Langit KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang