Jika berjodoh Allah akan mudahkan. Percayalah Allah lebih mengetahui daripada apa yang hati kita harapkan~
Minggu-minggu berkabut
Sudut pandang Anna
Hmm. Sudah hampir tiga hari Jongsuk berdiam diri di Indonesia. Membengkalaikan tugas-tugasnya sebagai seorang penghibur masyarakat di sana.
Kudengar bahkan manajernya juga turut menyusulnya. Karena sungkan mereka akan pindah ke hotel, meski ayah Farhan berkata dia sangat senang dengan kehadiran dua tamunya.
Kudengar ponselku berdering dengan nyaringnya. Tertera nama Farhan disana, segera mungkin aku menerima panggilan itu.
"assalamualaikum?" sapa Farhan di sebrang sana.
"iya Waalaikumus salam?"
Cukup lama hingga terdengar lagi suara beratnya, ciri khas suara berat seorang lelaki.
"an aku akan pergi."
Alisku terpaut menjadi satu, jangan bilang Farhan mengalah dalam cinta segitiga ini.
"lusa aku ke Gaza, Ahmad bilang dia butuh bantuan. Mungkin bulan depan aku baru akan pulang, tepat di hari pernikahan kita."
Aku menunduk, membayangkan betapa ricuhnya Gaza, Farhan seorang medis sangat diperlukan disana. Akan tetapi keselamatan Farhan bisa dipertaruhkan.
"kenapa mendadak baru bilang?" aku mencoba mencari celah dalam pembicaraan ini.
"sebenarnya sudah lama aku ingin bilang, tapi takutnya kamu tidak mengizinkan."
Seolah-olah Farhan bisa menerka apa yang ada dalam isi otakku. Farhan adalah calon suamiku, mengkhawatirkannya bukankah itu wajar?
"Gaza terlalu berbahaya Farhan, aku tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya kamu disana. Aku calon istrimu aku berhak khawatir."
Aku mendengar tawa Farhan diseberang sana. Tawanya lirih, tapi terdengar riang ditelinga.
"an, jodoh, maut, rezeki semua itu Allah yang atur. Jangan risau hanya karena aku ke Gaza. Aku pergi ke Gaza juga karena perintah Allah, lewat perantara Ahmad untuk berjihad disana. Banyak ahli medis yang sedang dibutuhkan disana, dan itu adalah jalanku untuk beramal."
Aku terdiam, Farhan sudah membulatkan keputusannya tanpa harus ada izin dariku.
"aku sangat senang kamu khawatir denganku, tapi jangan sampai kekhawatiranmu membuat kamu seudzon apalagi dengan Allah."
Sontak aku beristighfar, Farhan benar. Aku harusnya selalu mendoakan yang terbaik untuk Farhan dan selalu berprasangka baik kepada Allah.
"hati-hati ya." ucapku kemudian.
"aku harus kemas-kemas an, aku tutup teleponnya ya. Assalamualaikum."
"waalaikumus salam."
Sambungan telepon terputus, dan lusa jarak antara aku dan Farhan akan semakin jauh. Aku melihat jarum jam menunjuk angka 9, lebih baik aku bergegas untuk sunah dhuha.
Tapi ada satu hal yang membuatku berdiam, sosok Jongsuk dengan pakaian serba hitam serta penutup wajahnya dia tengah berdiri dihalam rumah dan berdiam menatapku dari jendela.
Dia menatapku nanar, tangannya penuh dengan goresan luka. Serta lututnya berdarah.
Bojonegoro 25 maret 2020
Assalamualaikum semua maaf karena sempat PHP diawal, tapi wattpadku kenapa eror gitu ya jadi sebel akunya T_T
Untuk kalian stay at home ya, karena wabah corona yang semakin naik daun. Juga jangan lupa jaga kesehatan readers.
Maaf ya agak sedikit karena aku kesian kalian nunggunya lama ya :"(
Insha Allah aku baka up secepatnya dengan chapter yang lebih panjang, terimakasih sudah setia dengan SDLK.
Assalamualaikum ( ̄3 ̄)
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahadat di Langit Korea
Spiritual"Haruskah aku senang bertemu denganmu atau tidak?" "namun bagaimanapun juga terimakasih telah mengenalkanku kepada Tuhanku yang sesungguhnya." -Lee Jongsuk Ini hanya cerita fiksi. Kurang lebihnya mohon dimaklumi. Afwan... Selamat membaca!!!