Ada Apa Dengan Hati

1.2K 121 0
                                    

Sebuah perasaan tanpa nama

Sudah hampir setengah hari, aku masih Melihat Jong Suk dan Farhan bercakap tanpa ampun. Mereka terlihat sibuk dengan mulutnya masing-masing untuk membalas satu sama lain.

"Fatimah? " gumam pelan ibuku yang berhasil mengalihkan perhatianku dari kedua lelaki yang tengah asyik bercerita itu.

"Eh, umi ada apa?"

Kulihat senyum dari bibir yang lumayan rapuh itu berkembang. "kamu akrab dengan lelaki itu?"

"Tidak, kami hanya tidak sengaja bertwmu di kereta. Sungguh, aku juga baru mengenalnya. "

Kulihat wanita paruh baya yang biasa kupanggil umi itu mulai menundukkan dirinya di atas kasur emouk yang biasa ditidurinya di rumah Farhan.

"sepertinya dia suka deh sama kamu."


Deg

"ah, umi apaan sih. Kami cuma gak sengaja ketemu di kereta dan cuma kenal sebatas nama saja." ku alihkan perhatianku dari ruang tamu. Kusenderkan kepalaku di bahu jendela.


Aku melihat sekilas bayangan, lelaki keturunan korea asli dengan nama Lee Jong Suk itu menghantui pikiranku sementara.

Ada apa ini? Ada apa dengan hati ini? Kumohon jangan ada rasa tanpa nama di hati. Dia bukan mahram bagiku.

Cepat-cepat aku menggelengkan segala isi kepalaku, kubungkam pikirku dengan segala lantunan Al Quran yang berputar dari rongga mulutku.

Baru pertama kali dalam hidup sebuah cerita seperti drama korea ku alami, kisahnya benar-benar nyata. Aku selalu terbayang akan dirinya yang entah kenapa kini selalu saja muncul baik secara ataupun tidak nyata dalam hidupku.

Sungguh tak berani lagi kulantunkan ayata dari Sang Ilahi sedangkan pikiranku telanjang kemana-mana. Oh hati, ada apa denganmu?

Kubereskan segala peralatan ibadahku dan mulai menyusuri satu persatu sudut rumah yang murni dimiliki oleh farhan ini, aku melihat Farhan memandangku aneh. Pandangan yang sebelumnya tak pernah tampak.

“ada apa Farhan?”

Dia hanya tersenyum, lalu menggeleng. “sebentar lagi akan masuk waktu maghrib, sebaiknya kamu menginap saja di sini. Tak baik bagimu untuk pulang larut malam, Jong Suk juga akan menginap disini, malam ini.”

Aku hanya mengangguk, jangan lagi hati ini mulai bereaksi hanya karena mendengar namanya. Sungguh jangan, aku takut jika rasa tanpa nama itu mulai menggerogoti segala isi pikiran dan hatiku.

Aku melangkah meninggalkan Farhan, baru saja selangkah kata-katanya membuatku tercengang seperti ditelan api hidup-hidup.

“Jong Suk ingin belajar menjadi seorang muslim, dan salah satu alasannya adalah kamu.”

Ayolah, kenapa harus kalimat itu yang keluar. Seakan bisa menebak isi pikiranku Farhan melanjutkan kalimatnya, “sepertinya dia benar-benar mencintaimu, dari hatinya.”

“Alhamdulillah, aku senang Jong Suk ingin menjadi seorang muslim tapi kumohon. Jangan kaitkan aku dengannya, aku ingin dia menjadi seorang muslim murni karena Allah bukan karena perasaan yang dimilikinya terhadapku namun kecintaannnya pada Allah yang mengarahkannya untuk menjadi seorang muslim.”

Tanpa kami sadari, Jong Suk telah berdiri diantara percakapan rumit aku dan Farhan. Aku baru mengetahuinya setelah Jong Suk membalas beberapa kalimat dariku.


“apa mencintaimu serumit itu?” tuturnya yang membuatku ragu lagi dengan hatiku.

Aku berpaling dan meninggalkannya begitu saja, aku tidak tahu akan terjadi apalagi dengan hatiku jika terus bersama dengannya. Terakhir yang kulihat, tatapannya menjadi sayu.






Bojonegoro 22 April 2018


Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan.

#Nb. Sudut pandang dari cerita ini ada dua. Sudut pandang dari Lee Jong Suk dan Anna Fatimah kalau mungkin tidak mengerti mohon maaf.

Sudut pandang akan di pisah dengan tanda *** atau judulnya yang ber-font tebal terimakasih.

Syahadat di Langit KoreaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang