Setelah pertengkaran yang selalu kami lakukan hampir setiap hari, Inoo pun pergi meninggalkan ku. Aku mengacak rambutku kasar. Aku selalu emosi setiap hari karenanya.
Aku beralih ke ruang kerja ku yang berada disebelah kamar ku. Aku mengambil beberapa file yang sudah menunggu disana. Aku mengerjakannya. Tapi aku tak fokus.
Aku pun kebawah untuk mencari tempat yang menurut ku nyaman untuk mengerjakan file ini. Aku turun kebawah dan tak lupa untuk membawa beberapa file dan laptop ku. Dan aku pun memilih duduk di sofa. Beberapa jam lagi aku harus pergi untuk meeting dan kerjaan ini harus sudah selesai.Aku mendengar langkah kaki anakku bukan--dia bukan anakku Dia anaknya Inoo. Dia terlihat seperti berlarian ke kamarnya. Aku tak tau apa yang akan ia lakukan. Aku pun kembali fokus ke layar laptop ku.
"ma! Ayu buruan. Nanti Yamada marah nih" setelah hampir 2 jam suara Chinen pun terdengar lagi. Ia seperti tergesah gesah ingin bertemu dengan Yamada. Anak dari Daiki dan Yuya. Yamada dan kedua orang tuanya pernah datang berkunjung kerumah ku disaat dia masih berusia 4 tahun dan Chinen masih berusia 2 tahun.
"iya iya nak" kata Inoo. Dan kurasakan bahwa pergerakan jalan mereka berhenti. Aku hanya diam dan tetap menatap layar laptop ku. Sampai berapa lama mereka berhenti didepan pintu keluar?
"ma..." panggil Chinen ke Inoo.
"ya sayang?" tanya Inoo ke Chinen
Tak ku dengar jawaban dari Chinen. Aku hanya bisa mendengar "Chinen pamit dulu sama papa sana" itu suara Inoo.
Tak ada jawaban juga dari yang disuruh. Aku tetap fokus ke layar laptop ku.
"Pa...Chinen sama mama pergi dulu ya" seseorang sedang berdiri didepan laptop ku. Berbadan kecil. Aku sudah tau bahwa itu pasti Chinen. Tak ada anak kecil lagi selain dia disini.
Aku hanya melihat kearahnya sebentar lalu menatap kembali layar laptopku."ya" jawabku singkat padat dan jelas. Chinen terlihat tersenyum. Walaupun aku tak bisa melihat penuh kearahnya, tapi entah mengapa rasanya senang jika melihat Chinen tersenyum. Dan itu adalah senyuman tulusnya.
"dada papa" bisiknya pelan. Tapi tetap saja aku bisa mendengarnya. Dia lucu, manis dan yah dia mirip dengan diriku. Aku tetap fokus ke layar laptop ku. Ia meninggalkan diriku dan menuju kearah Inoo berdiri.
Inoo langsung memegang tangan Chinen dan "kami pergi" itulah kata pamitannya.
Setelah rumah sudah benar benar hanya tinggal diriku. Aku pun hanya mengerjakan beberapa file yang tersisah. Jam sudah menunjukkan angka 3 sore dan 1 jam lagi aku sudah harus berangkat ke kantor. Aku sudah lelah, tapi jika aku mengingat sebuah senyuman Chinen yang tulus, entah mengapa diriku menjadi semangat lagi. Apakah ini yang dirasakan oleh seorang ayah?
Aku pun akhirnya mengerjakan semua file ku yang tersisa hingga tak ada lagi. Aku melirik kearah jam yang berada di laptop ku, ini sudah jam 3.45 sore dan aku harus berangkat.
Aku terlebih dahulu membereskan barang barang ku dan menuju ke atas yaitu ke kamarku untuk mengganti baju. Setelah selesai mengganti baju, aku pun langsung ke bawah dan mengambil selembar kertas yang berwarna terang. Aku menuliskan
'aku ada meeting. Dan aku tak akan bisa makan malam bersama kalian. Aku akan pulang larut malam. Jangan menunggu ku'
Kurasa itu sudah cukup. Aku pun segera menempelkannya ketempat yang mudah dilihat dan aku langsung mengambil barang barang ku dan tak lupa aku mematikan lampu dan langsung berangkat pergi.--
Aku sudah memarkirkan mobil ku dengan sempurna di basement. Aku langsung menekan tombol lift. Hampir 5 menit dan pintu liftnya tak kunjung terbuka. Aku membutuhkan bantuan satpam. Aku menangkap sosok satpam yang sedang duduk didekat sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are My Husband! [✔️]
Fanfiction'3 "Kita sudah menikah dan memiliki anak. Apakah kau tak akan pernah menganggap aku sebagai istri mu?!" "Just shut up your mouth! Kita menikah hanya karena surat wasiat itu!" "Dan anak kita?!" "Itu anak mu dan dia bukan anakku. Aku tak pernah mencin...