17 'Yabu

460 54 16
                                    

Aku sekarang sudah dirumah. Ya, aku sudah keluar daei rumah sakit dan itu membuatku lega. Tapi retakan dikepalaku belum juga sembuh. Perbannya boleh dilepas sekitar 2 atau 3 minggu lagi.

"Papaa" panggil Chinen yang tiba tiba duduk dipangkuanku

"Eh? Ada apa sayang?" tanyaku

"Besok Papa ingat hari apa?" tanya Chinen mengodein aku. Hari apa besok?

"Eh? Besok emang hari apa?"

"Ih! Papa ga ingat!" kesal Chinen sambil turun dari pangkuanku lalu pergi kekamarnya.

"Yab. Nih dimakan buburnya" kata Inoo yang barusan dari dapur lalu meletakkan mangkuk yang berisikan bubur dihadapanku dan dia duduk disebelahku.

"Thanks" kataku sambil mengambil bubur lalu melahapnya

"Sama sama" jawabnya lalu beralih pandang kearah pintu kamar Chinen yang dapat dilihat dari lantai satu.

"Kau apakan dia?" tanya Inoo langsung

"Hm? Uapa? Oh. Uhuk..um itu"

"Itu apa?"

"Emang besok hari apa sih? Chii tadi marah samaku karna aku ga tau besok hari apa"

"Yaampun Yabu sayang. Kau melupakannya? Dia besok ulang tahun. Padahal dari kau masih dirumah sakit dia selalu menyuruhmu agar mengingatnya" kata Inoo sambil geleng geleng kepala. Ah sial! Manis.

"Oh iya! Yaampun aku sampai melupakannya. Ck, apa yang harus kulakukan?" tanyaku dan berharap agar Inoo menjawabnya.

"Tau deh" jawab Inoo seadanya sambil mengangkat kedua bahunya dan memonyongkan bibirnya. Manis sekali. Boleh ku terkam kan?

"Sayang" panggilku

"Hm?"

"Buat anak yok?"

"BODOH! Kepalamu belum sembuh! Ini pasti efek kepalamu yang masih retak" gumam Inoo diakhir kalimat.

"Nga sayang. Aku beneran" kataku sambil menatapnya sungguh

"Tidak! Kepalamu masih belum sembuh total. Kau harus sembuh total dulu sayang"

"Tapi-"

"Ga ada tapi tapi-an! Kau ingat ulang tahun anak pertamamu saja tidak. Bagaimana dengan anak kedua nanti?" kesal Inoo

Aku tersenyum kecil lalu mendekatkan diri kearahnya.

"Jadi kalau aku sudah sembuh. Kita boleh kan?" tanyaku serius

"Te-terserah kamunya" jawabnya malu malu. Ah rona dipipinya ingin kugigit.

"Kau manis sekali sayang" gumamku lalu aku semakin memperdekat jarak antara wajah kami. Memperdalam tatapanku lalu kuletakkan bibirku dibibirnya. Kulumat sedikit dan dia mengikuti permainanku.

"Yab-engh...stop..Yab-mnn..janghan teligha...mhnn" lenguhnya disaat aku sudah beralih ketelinganya dan posisiku sedang berada diatasnya.

"Kau sensitif ditelinga ya ternyata" kataku sambil menatap kearahnya.

"Mama sama Papa lagi ngapain?" tanya seseorang yang tiba tiba berdiri didepan kami. Sial! Chinen melihat kami?!

Melihat Chinen yang tiba tiba datang, Inoo langsung mendorongku jatuh kesofa. Ah kena kepalaku, sakit.

Aku membangkitkan badanku lalu duduk seperti biasa. Tapi kepalaku malah jadi sakit.

"Ah. Ngapapa kok sayang" kata Inoo sambil menyuruh agar Chinen duduk diantara kami.

You are My Husband! [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang