9 'Yabu

528 66 24
                                    

Aku sekarang sudah berada didalam mobil. Bukan aku yang mengendarai, bawahan Hikaru yang mengendarainya.

"Drrt-Drrrtt" suara ponselku berbunyi.
Aku mengambilnya dan melihat siapa yang meneleponku dan itu adalah Hikaru.

"Kau dimana?" tanyaku datar

"Saya sudah berada dialamat yang kemungkinan dimana Chinen disembunyikan Pak" katanya sangat formal diseberang sana

"Apakah kau tau dimana alamatnya?" tanyaku kepada bawahan Hikaru yang mengendarai mobil.
Dia mengangguk dan fokus melajukan mobil lagi.

"Baiklah, kalian tunggu disana. Jangan membuat orang yang didalamnya keluar. Jika keluar, gunakan keahlian menghipnotismu Hika" kataku panjang lebar

"Baik Pak Yab" katanya diseberang sana dan dia langsung mematikan sambungan teleponnya.

Setelah hampir 1 jam penuh kami berkendara, akhirnya kami berhenti dirumah kumuh. Disini dia menyembunyikan Chinen? Akan kuberikan dia hukuman yang sangat berat untuk ini.

"Disini?" tanyaku disaat aku sudah turun dari mobil yang sudah diparkirkan agak jauh dari rumah kumuh itu.

"Menurut alamat yang diberikan oleh Pak Hikaru, disinilah tempatnya"

"Oh baiklah" kataku dan aku langsung jalan maju kedepan. Aku mendapati Hiakru yang tengah bersembunyi dibalik semak semak yang tak terurus.

"Hik" panggilku dan dia langsung menoleh.

"Apakah kita dobrak sekarang saja?" tanyanya

"Sebentar lagi saja" kataku menyarankan.

"Mama....Papa" tangisan anak perempuan membuat jantungku menjadi terhenti. Itu suara Chinen yang tengah nangis.

"Diam kau anak kurang ajar" suara seseorang yang ada didalam sana. Aku mengepalkan telapak tanganku kuat kuat. Ntah apa maksud dari perkataannya itu.

"Kau seharusnya tak dilahirkan!" kata seseorang itu lagi.
Dengan tidak sabaran aku langsung berlari dan mendobrak pintu kayu yang sudah lumayan rapuh itu. Aku terjatuh dilantai dan mendapati Chinen yang kedua tangannya diikat oleh tali. Aku tak melihat orang yang berbicara kepada Chinen tadi.

"Yabu!" jerit seseorang dibelakang.
Ku acuhkan panggilan dari Hikaru yang sudah panik. Aku berjalan Kearah Chinen dan langsung ku lepaskan tali yang ada dipergelangan tangannya.

"Cari orang itu. Jangan sampai kehilangan jejaknya" pintahku dan mereka langsung mengangguk mengerti dan meninggalkan aku dan Chinen berdua.

Chinen menundukkan kepalanya. Isak tangis masih bisa kudengar.
Aku memegang kedua pipinya, mengangkat kepalanya dan menghapus cairan bening yang sudah membasahi pipinya yang tembem.

"Chinen. Ini Papa. Kok sedih?" tanyaku masih dengan posisi yang sama

"Chinen takut Pa"

"Takut apa sayang? Hm? Sekarang kan sudah ada Papa disini. Kenapa takut?"

"Chinen takut jika perkataan orang yang tadi itu benar"

Aku mengumpat kasar. Sialan. Siapa dia? Berani beraninya dia berbicara yang tidak seharusnya dikatakan dihadapan anakku.

"Emang dia bilang apa? Coba cerita sama Papa" kataku membujuk

"Dia bilang kalo Chinen itu anak yang dilahirkan dari orang tua yang ga saling sayang"

Aku berusaha menutup semuanya, sebenarnya itu benar. Tapi...dia masih terlalu dini untuk mengetahuinya. Dengan terpaksa aku harus berbohong.

"Apa? Dia bilang begitu? Jika Papa dan Mama ga saling sayang, maka Chinen ga mungkin lahir loh" kataku bohong

You are My Husband! [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang