"kita sudah menikah dan memiliki anak. Apakah kau tak akan pernah menganggap aku sebagai istri mu?!"
"just shut up your mouth! Kita menikah hanya karena surat wasiat itu!"
"dan anak kita?!"
"itu anak mu dan dia bukan anakku. Aku tak pernah mencintai dirimu dan aku tak ingin mempunyai anak yang terlahir dari orang yang tak ku cintai"
"cukup! CUKUP!" kata ku menjerit dan sambil meninggalkan Yabu Kota.
"aku tak akan pernah mencintai dirimu Inoo Kei" katanya yang sempat ku dengar.
Aku berjalan menuju kamar ku. Kamar ku dan kamar Yabu terpisah. Kami seperti benar benar tak menikah!
Mendadak kaki ku lemas dan aku terduduk dilantai pintu kamar ku. Aku menangis. Itulah yang kulakukan setiap hari. Tiada hari tanpa menangis.
"Tok Tok"
Suara ketukan membangunkan ku dari tangisan. Itu pasti dia. Dia yang kumaksud adalah anakku.
"ma? Chinen boleh masuk?" tanyanya
Tentu saja aku persilahkan anakku satu satunya ini masuk. Dia masih berusia 5 tahun dan dia sudah masuk ke bangku taman kanak kanak.
Aku pun segera membangkitkan badanku dan membuka pintu. Aku tersenyum melihat putriku yang sangat cantik ini. Ia langsung memeluk kaki ku dan aku menutup pintu kamar.
"kenapa sayang?" tanya ku sambil mengelus kepalanya
"mama kenapa nangis? Chinen tadi denger mama nangis" katanya. Chinen, kalo kamu tak ada. Mungkin aku sudah mengakhiri hidupku.
"mama gapapa kok sayang. Jangan khawatir ya?" kata ku membujuk. Ia mendongkakkan kepalanya dan menatap ke arah mata ku.
"janji ya? Mama ga kenapa napa" katanya sambil memberikan kelingking tangan kanannya.
"iya mama janji" kataku sambil membalas jari kelingkingnya itu.
"ma...Chinen tadi diajak sama Yamada main di taman. Chinen boleh ikut?" tanyanya ke aku. Tentu saja ku ijinkan dia untuk bermain. Tetapi aku pasti akan mengikutinya.
"iya boleh. Tapi karna Chinen masih kecil, mama juga ikutin jagain ya?" kataku sambil berjongkok untuk menyeimbangkan tinggi kami.
"iya! Mama ikut saja! Tante Daiki juga bakalan ada disana nantinya!" kata anakku semangat. Aku langsung mengangguk dan dia langsung senang dan melompat lompat. Seketika selesai dari imajinasinya yang hanya beberapa detik. Ia beralih melihat kearah ku.
"kenapa sayang?" tanyaku
Dia langsung memeluk leher ku erat. Pelukannya begitu hangat. Aku menyukainya. "Chinen sayang sama mama" katanya riang. Sudah ku bilang, jika ia tak ada, maka hidup ku sudah berakhir lama.
Aku hanya mengelus kepalanya sebentar dan dia melepaskan pelukannya. "yaudah ma, Chinen ganti baju cantik dulu ya" katanya sambil ingin meninggalkan ku.
"sayang. Kenapa pakai baju cantik? Kan cuman ke taman" kataku bingung
"ma...nanti si Yamada ga mau sama Chinen dong. Yamada bilang Chinen kalo mau ketemu sama dia harus berpakaian cantik" katanya sambil memperagakan rok kembang yang ia putar putar.
Aku hanya bisa tertawa lucu melihat tingkat laku anakku yang satu ini. Bukankah ia terlalu manis dan lucu? Aku sangat beruntung untuk memilikinya."yaudah ma. Chinen ganti baju dulu ya. Nanti Yamada kelamaan nunggu. Mama juga ya, beres beres" katanya sambil meninggalkan aku sendirian.
Aku menunggu sampai badan anakku benar benar tak nampak. Aku pun segera membereskan diri untuk pergi ke taman bersama Chinen dan lagipula sebelum Chinen mengatakan izin, aku sendiri sudah tau dari Daiki.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are My Husband! [✔️]
Fanfic'3 "Kita sudah menikah dan memiliki anak. Apakah kau tak akan pernah menganggap aku sebagai istri mu?!" "Just shut up your mouth! Kita menikah hanya karena surat wasiat itu!" "Dan anak kita?!" "Itu anak mu dan dia bukan anakku. Aku tak pernah mencin...